TUGAS MEMBUAT PLOT SCENE SUJU IV (Part 3)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

9. Tugas plot scene S.N. Afifah AfifahHanafi20

Aku menatap rintikan hujan di balik kaca bus. Jalanan jakarta masih saja macet seperti biasanya, angkot-angkot tetap dipenuhi oleh penumpang walau tak seramai dihari biasa, bus yang ku tumpangi pun tak terlalu padat dan berdesak-desakan, ku lihat dipinggir jalan pun warung makan tak kalah ramai, para pelayan siap dengan mangkuknya untuk menghidangkan sebuah bakso untuk pelanggannya. Masih sama, bus berjalan pelan melewati jalan yang licin. Angin dingin mulai menusuk sampai ke tulang, ah, aku melupakan jaket ku, karena tadi tergesak mengejar waktu. Bus berhenti sejenak, sepertinya ada penumpang yang akan masuk. Aku pun memejamkan mataku sejenak, menikmati udara dingin yang masuk di ventilasi bus.

"Hey, Ria! Kita bertemu."

Suara ini tidak asing di telingaku, aku membuka mataku dan menoleh kepada sang pemilik suara, ya dia Fenny. "Hay Fenny, duduklah di sampingku."

"Kau tidak memakai jaket Ria? "tanya Fenny kepadaku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman dan anggukan.

"Oh iya, ini aku bawa jaket punya adikku. Pakailah," katanya lalu menyerahkan jaket berwarna coklat muda.

Entah mengapa aku merasakan ada detakan jantung yang hebat, sebelumnya aku tidak pernah merasakan ini, setiap berada di samping Fenny aku selalu merasa gugup. Fenny tersenyum, "Hey malah bengong! Pakailah, ahh mau ku pakaikan? " Fenny memang bertanya tapi tidak menunggu jawabanku ia langsung memakaikan jaket tersebut kepadaku.

"Fenny, sepertinya aku menyukaimu," ucapku lirih.

Fenny terdiam sejenak, ia menatapku wajah cerianya berubah seketika, aku menjadi gugup. Apakah yang aku katakan tadi menyinggungnya? Aku sadar, aku memang gila malah menyukai sesama jenis, entahlah sejauh ini aku memang tak pernah menjatuhkan hati kepada kaum adam. "Sudah sampai, aku duluan," ucap Fenny beranjak lalu meninggalkanku.

Rintikan hujan telah reda, aku berjalan gontai menuju kelas, entah mengapa sikap perubahan Fenny membuatku sakit. Kedua mataku menangkap seseorang yang berjualan permen kapas di depan gerbang sekolah. Ah, ide bagus! Siapa tau Fenny menyukainya.

Setelah membeli permen kapas tersebut aku berlari menuju kelas Fenny untuk memberikannya. Namun, lagi-lagi Fenny malah bersikap acuh seperti tidak mengenaliku.

"Ada apa? " tanyanya sinis.

"Ini permen untukmu, ambillah," ucapku

"Permen? Kau kira aku anak kecil?!"

"Tidak ada salahnya, jika kau menerimanya."

Fenny mengambil permen kapas itu dari tanganku, kemudian ia melambaikan tangannya memanggil seseorang, seseorang itu pun menghampiri Fenny, "Nih buat Lo! Lo suka permen kan? Ambil aja gue ikhlas," ucap Fenny.

Setelah kepergian Fenny aku tertunduk lemas, dasar orang egois, yang tak pernah memikirkan perasaan orang lain. Tapi, aku tidak mau menyerah sampai di sini. Ah iya, Fenny menyukai Coklat. Aku pun langsung berlari ke kantin untuk membeli sebungkus coklat silverqueen. Setelah itu, aku kembali ke kelas Fenny untuk memberikan coklat ini kepadanya.

Ia tersenyum sinis menatapku, "Hey! Anak bodoh, berhentilah dengan perasaan gilamu itu! Aku tidak akan menyukaimu, mana mungkin Fenny yang cantik jelita ini menyukai seorang perempuan? Haha ku harap kau menjauh Ria! Hentikan aksi konyolmu itu," ucapnya sarkas. Aku pun langsung tertunduk dan menangis, kata-kata sarkasnya menyakiti hatiku, mulai sekarang aku akan berusaha melupakan Fenny! Dia memang benar, aku sudah gila karena menyukai sesama jenis.

Setelah kelulusan tingkat akhir, aku memutuskan untuk pergi ke luar negri untuk meraih semua cita-citaku, tapi tidak tentang cinta, biarlah Fenny berlalu dari fikiranku walau sebenarnya kenangan tentangnya masih belum seutuhnya terhapus dari fikiranku. Selamat tinggal jakarta dan kau Fenny, semoga berbahagia dengan kehidupanmu.

Saat tiba di bandara negri London, ponselku berdering aku pun langsung merogoh saku ku dan mengambil benda pipih tersebut. fenny?

"Ria? Kau dimana? Aku merindukanmu! Maafkan aku Ria! Karena telah menyia-nyiakan cintamu, kita mulai dari awal Ria, aku baru saja menyadari jika selama ini aku pun juga menyukaimu," ucap Fenny di sebrang sana dengan nada yang tersedu-sedu. Aku pun ikut terisak, dan memjamkan mataku ini keputusanku untuk melupakannya! "Maaf Fenny, biarlah lupakan semuanya! Kau berhak bahagia, selamat tinggal."

=======<<<🎉🎉🎉🎉🎉>>>======

10. Tugas plot scene Als. Kamvret (Fela) Vei_la

Dihyan memandangi layar ponselnya penuh kagum, mengamati bayang wajah Alice dalam bentuk virtual. Sejak lama dia memang menyukai gadis itu. Namun, selalu saja dia segan berbicara dengan Alice, apalagi mengutarakan tentang perasaannya kepada gadis itu.

Kali pertamanya mengenal Alice adalah ketika mereka bertemu di pameran buku. Alice yang memang menyukai buku dan Dihyan yang sedang memburu sebuah buku pun saling berkenalan. Selain Alice, Dihyan juga mengenal Kia, sahabat Alice. Mereka bertiga kerap pergi bersama, sekadar nongkrong untuk menghabiskan waktu senggang. Namun, Dihyan lebih terkesan dekat dengan Kia daripada dengan Alice karena Dihyan merasa bahwa Kia lebih enak dijadikan teman bicara. Dan recananya, Dihyan ingin mencari tahu bagaimana kepribadian Alice melalui Kia. Dia yakin ini merupakan cara terbaik untuk merebut hati Alice.

"Cewek memang begitu, ya? Suka sekali berbuat misterius," kata Dihyan sambil menyeruput minumannya. "Menurutku, kamu misterius, Kia. Dan rasanya, aku ingin tahu lebih banyak tentangmu."

Kia yang sejak tadi asyik menulis sontak menghentikan aktivitasnya, hatinya berbunga karena Dihyan ingin tahu banyak tentangnya. Sejak pertama kali bertemu dengan Dihyan, Kia memang sudah menyimpan rasa kepadanya. Dan seiring berjalannya waktu, rasa itu semakin tumbuh, hingga membuat Kia terus memikirkan Dihyan. "Gak banyak kok hal menarik dari aku, kamu pasti rugi jika ingin mengenalku lebih jauh. Intinya, aku tipe orang yang setia dan sangat menyayangi orang terdekatku, terutama sahabatku. Aku selalu ingin menjadi tempat sandaran mereka, mendengarkan segala keluh kesah mereka," katanya.

Hati Dihyan terasa menari-nari mendengar itu. Sebentar lagi dia akan tahu banyak hal tentang Alice dan ini berarti dia dapat merebut hati Alice.

"Kalau begitu, aku juga ingin tahu banyak tentang sahabatmu. Pasti mereka punya banyak cerita menarik, 'kan?" Dihyan memutar bola matanya. "Hmm bagaimana dengan Alice? Sepertinya dia sahabat terbaikmu. Kalau boleh, ceritakan kepadaku tentang sahabat terbaikmu itu."

Kia mengerutkan dahinya, bingung mengapa Dihyan ingin tahu tentang Alice. Namun, dia tidak mempersoalkannya. Kia pun bercerita tentang Alice, tentang apa yang dia tahu dari sosok Alice. Dihyan mendengarkan dengan seksama, mengambil inti dari penuturan Kia.

Di sisi lain, Alice yang baru masuk ke kafe dengan jelas melihat kedekatan antara Kia dan Dihyan. Hatinya tertikam, sakit melihat laki-laki yang dicintainya dekat dengan sahabatnya. Alice merasa iri, dia ingin sedekat itu dengan Dihyan. Namun, dia juga tidak boleh egois, jahat namanya jika dia merasa cemburu melihat kedekatan Dihyan dan Kia. Bagaimanapun, Kia adalah sahabatnya, orang yang sudah dianggapnya sebagai saudara. Dan mungkin, inilah titik di mana Alice harus merelakan dua orang yang dia sayangi bersama.

Alice menarik napas, berusaha menguatkan dirinya sendiri. Beriring kecewa, Alice pergi meninggalkan kafe ini. Dia sudah bertekad untuk melupakan rasanya kepada Dihyan, demi kebahagiaan mereka bersama. Alice harus bisa, harus. Ini demi kebaikannya, agar dia tidak merasa sakit ketika nanti Dihyan dan Kia sudah benar-benar bersama.

Sementara itu, Dihyan yang sedang menunggu kedatangan Alice mulai merasa cemas. Sudah hampir satu jam, tetapi gadis itu tidak juga datang. Pikirannya mulai melayang ke mana-mana, was-was karena tidak biasanya Alice seperti ini. Sejauh dia mengenal Alice, gadis itu selalu mengirimkan pesan jika terlambat ataupun jika tidak bisa datang. Namun, ini berbeda. Apa yang terjadi dengan Alice sebenarnya? Dihyan bertambah was-was.

=======<<<🍁🍁🍁🍁🍁>>>=======

11. Tugas plot scene Ecaa firasad

Alan dekat sama Eca tapi status adik kakak an aja. Alan juga dekat sama Cinta tapi status Cuma sahabat. Sama keduanya Alan memperlakukan seolah sama pacar. Merasa di php kan Cinta dan Eca meminta sebuah kepastian.

Setiap hari mereka bertiga selalu pulang bersama Alan, Cinta dan Eca. Mereka selalu pergi bersama-sama. Eca yang rumahnya lebih dekat daripada Cinta dan Alan selalu diantar hingga dia telah masuk rumah. Eca dan Cinta tidak saling kenal namun, mereka mengenal dan akrab dengan Alan. Cinta dan Alan telah bersahabat sejak kecil, sedangkan Eca adalah adik kelas Alan dan saudara dari sahabatnya yang sekarang telah pindah sekolah. Alan telah menggap Eca sepert adik kandungnya sendiri, dan Cinta sahabat yang paling dia sayang.

Dia selalu memberikan perhatian kepada mereka berdua, dia selalu datang jika mereka sakit dan akan menghiburnya. Dia selalu ke rumah Eca untuk mengajarnya jika ada yang belum dia pahami. Jika dia bosan rumah Cinta akan menjadi sasaran utamanya. Dia menjemput Cinta untuk menemaninya jalan. Sifatnya yang penuh perhatian membuat Eca dan Cinta baper kepadanya. Namun, Alan menganggapya biasa sebagai perhatian kepada adik dan sahabatnya.

Karena merasa di phpkan Eca dan Cinta berniat untuk menanyakannya pada Alan. Mereka ingin menanyakan secara langsung.

Saat pulang sekolah Alan dan Cinta mengantar Eca terlebih dahulu. Setelah mengantar Eca mereka langsung jalan berdua menuju taman untuk beristirahat.
Kamu haus, Cin? tanya Alan pada Cinta yang telah duduk sambil menghapus keringat di dahinya.
Nggak kok, jawab Cinta sambil mengipas-ngipas menggunakan tanggannya.

Alan pun berjalan mencari warung untuk membelikan minuman buat Cinta. Setelah itu kembali dan memberikan minuman yang telah dia beli untuk Cinta dan memberikannya. Cinta mengambilnya dan meminumnya sampai habis.
Makasih, Lan ucap Cinta dan dibalas anggukan kepala Alan yang telah duduk disampingnya.

Mereka pun bergegas pulang di perjalanan Cinta berniat akan meminta kepastian pada Alan.
Alan, aku mau tanya tentang hubungan kita, tanya Cinta
Aku dan Kamu? tanya Alan balik
Iyaa, aku udah lama suka sama kamu dan aku baper sama kamu karna semua perhatian yang kamu berikan ke aku. ucap Cinta sambil menutup mata.
Cin, aku udah nganggep kamu sahabat bahkan saudara aku. Aku ga ada rasa sama sekali sama kamu. Aku harap kamu tetap jadi sahabat aku selamanya, ucap Alan sambil mencubit pipi Cinta.Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka menuju rumah.

Alan lupa bahwa janji akan datang ke rumah Eca untuk mengajarinya, dan segera bersiap-siap. Saat tiba di rumah Eca dia melihat seorang cewek yang sedang duduk dan memegang bukunya telah berdiri didepan pintu dengan mata melotot.
Maaf yah, Ca. ucap Alan sambil menyunggingkan senyumnya.
Iya gapapa ayo masuk, Kak. ucap Eca mempersilahkan masuk

Setelah selesai Alan segera berpamitan, Eca mengantarnya sampai depan pagar.

Kak, aku butuh kepastian tentang hubungan kita ini. Aku udah baper karna kakak selalu perhatian sama aku, ucap Eca dengan gugup.

Ca, aku lakuin itu semua karna aku udah nganggep kamu seperti adik kandung aku sendiri, ucap Alan sambil merangkulnya.

Makasih, Kak. Aku lega udah ngungkapin semuanya. ucap Eca sambil tersenyum manis.

=======<<<🌸🌸🌸🌸🌸>>>=======

12. Tugas plot scene Fuby Filian ffilian

"Fela!" teriaku dengan suara menggelegar.

"Kenapa sih lo?" tanya sahabatku muncul di balik pintu dengan tampang masam dan langsung tersentak kaget melihat ke arahku. "Muka lo... yaampun kok bisa sih?" Ia jadi histeris sendiri.

Aku mendengus kesal, ini semua gara-gara sarannya untuk mencuci muka dengan kembang tujuh rupa. Dan hasilnya luarbiasa sekali, wajahku jadi rata seperti tembok. Aku tidak mengerti kedahsyatan yang dimiliki kembang tujuh rupa itu hingga bisa membuat wajahku yang cantik banget jadi rata. Creepy banget jadinya wajahku.

"Terus gue gimana dong? Ini kencan gue sama Min Ho oppa masa dibatalin? Dia kan sibuk banget Fel, dalam setahun dia cuman punya satu hari luang buat gue. Hari ini harusnya jadi momen romantis buat dia lamar gue," isakku bak cewek menye-menye dalam drama recehan.

"Plis, lo jangan nangis ok? Mending sekarang lo berangkat apa adanya aja, soalnya waktu janjian kalian bentar lagi." Fela memberikan saran sambil menedekat padaku dan mulai merapikan pakaian yang aku kenakan.

"Ini muka gue gimana? Min Ho oppa bisa kabur dong liat muka gue yang udah mirip baget sama Nopperabou si hantu muka rata itu."

Bisa kudengar desahan napas sahabatku yang pasrah dan tabah. Ia mulai memberikan motivasi dan ceramah-ceramah tentang cinta itu buta dan tidak memandang kecantikan wajah semata. Dan, aku merasa tidak termotivikasi sama sekali. Daripada mulai ketiduran di toilet, lebih baik aku pergi saja menemui pujaan hatiku. Meskipun dalam hati aku takut dan cemas pada reaksi Oppa saat melihat wajahku yang mirip si Nopperabou. Aku tidak mau dia lari terbirit-birit dan pergi meninggalkankku sendiri dengan luka perih dihati.

Tak butuh waktu lama, tiba lah aku di taman tempat kami akan berkencan. Aku dengan langkah-langkah pelan mendekati sosok jangkung berjas yang memunggungi diriku. Itu pasti Min Ho oppa, dan aku yakin malam ini ia akan sangat tampan maksimal. Ku mohon semesta! Berikanlah ujan geledek bersama meteor agar Oppa bisa termanipulasi dan melihat wajahku bak dewi purnama yang cerah indah nan sempura. Dengan tiba-tiba, dia berbalik dan membuat jantungku nyaris lompat keluar. Aku mundur dengan panik, bisa kulihat di remang-remang lampu taman yang pas-pasan wajah Oppa yang tampan sedang tersenyum ke arahku. Aku pasang kuda-kuda dan sudah siap-siap ngacir saat ini juga. Tapi, reaksinya Oppa kok nggak takut ya? Padahal kan mukaku rata banget seperti tembok. Creepy gitu, harusnya dia teriak atau kabur. Tapi... ia malah terus menyunggingkan senyumnya yang luar biasa padaku.

"Kau cantik malam ini... dan aku suka." Ia mulai bersenandung.

Serius, rasanya aku ingin terbang ke langit dan menari bersama bintang-bintang lalu menghilang di lubang hitam saking senangnya. Inikah yang dinamakan cinta itu buta? Meski wajahku rata, ia tetap saja cinta. Oh semesta! Aku bahagia.

=======<<<🌻🌻🌻🌻🌻>>>=======

Best Regards

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro