Cia's Lover

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Prompt; Lebih mudah untuk mencintai dalam diam, tapi terasa sangat berat saat melihatnya bersama orang lain ... mungkin ini waktunya mengakui perasaan.

Genre: Romance

.
.
.

"Cia, apa kau mengetahui sesuatu?" tanyaku dengan penuh selidik pada gadis itu. Semenjak aku kembali dari liburanku, dia terlihat seperti tidak waras.

Seperti melamun, tersenyum sendiri, bahkan terkadang sampai meraung kegirangan. Jadi, aku memutuskan untuk menggali informasi secara halus, Cia ini adalah orang yang memiliki segudang informasi. Jadi, dia tak akan sadar kalau informasi pribadinya sedang diamati.

"Hm, tumben sekali kau ingin bergosip denganku? Hehe." Bagus, dia menangkap umpannya! Aku langsung menarik bangku belajarku ke depan tempat tidurnya, aku mendaratkan bokongku di sana dan kutatap Cia lamat-lamat.

"Yash, jadi apa yang ingin kau ketahui, Nona?" Cia tersenyum menyebalkan.

"Hmmm, menurutmu siapa yang paling tampan di akademi ini?" aku bertanya dengan penuh kehati-hatian, sedangkan yang ditanya terdiam. Mimik wajahnya tidak terbaca, namun aku dapat melihat rona merah menjalar dari ujung telinga hingga ke hidung.

"Mmm, Asgard menurutku. Penggemarnya juga banyak ...." kalimatnya tertahan, namun terlihat ia tidak ingin melanjutkannya dan hanya menyimpan untuk dirinya sendiri.

Baiklah aku tahu apa yang harus kulakukan, "Apa dia memiliki kekasih?" aku memandangnya, Cia tersenyum dan tangannya mulai gelisah. Dia menggeleng sebagai responnya, aku menormalkan posisiku kembali.

"Kau menyukainya, ya!" tukasku padanya, kena dia! Sedangkan si empu terkaget dan wajahnya menjadi berwarna merah seperti tomat masak.

Astaga anak ini lucu sekali saat sedang kasmaran. "Wah, kau tak perlu menjawab ... akan aku biarkan seluruh akademi tahu bahwa kau me-" mulutku ditutup oleh Cia sebelum kuselesaikan kalimatku.

Wajahnya terlihat gelagapan, astaga aku ingin menggodanya lebih lanjut! Jadi, aku tersenyum dibalik tangannya berharap dia akan semakin terganggu akibat sikapku.

"Lia hentikan ... aku memang menyukainya tapi itu susah." Aku memandang gadis berelemen air ini heran, susah? Apa susahnya menyukai seseorang? "Hm, kenapa?"

Cia kembali duduk di kasurnya dan menatap ke arah luar jendela, "Dia adalah seorang yang kaya dan keluarganya adalah hakim kerajaan. Sedangkan aku? Tidak layak bahkan berjalan beriringan dengannya." Ah, benar. Dia terlalu melihat itu di pandangan yang menyedihkan.

"Hey! Aku akan membantumu, rasa suka itu akan semakin membengkak jika didiamkan terus. Lebih baik kau ungkapkan saja," saranku padanya sambil beranjak ke arah jendela dan bersandar dengan tumpuan dua tangan.

"Mmm, bagaimana jika dia menolak?" Cia datang menghampiri, aku menatap sahabatku yang terlihat tidak berdaya ini.

"Itu masalah lain, yang penting kau sudah berani. Lagi pula jika dia berani menolakmu, aku akan memukul hidungnya. Janji!"

.
.
.

Aku memegang nampan dengan tiga buah apel yang telah dilapisi karamel dan coklat penuh gemetar. Dadaku berdegup kencang serta dapat kurasakan aliran darahku berdesir dengan deras.

Sebenarnya apa yang kulakukan? Ugh, baiklah. Aku melangkah ke arahnya, pada seseorang yang selalu membuatku rindu serta salah tingkah akhir-akhir ini.

Sebenarnya sudah sejak lama aku ingin mengakui perasaan ini, namun aku hanya bisa memendamnya. Sampai ada seseorang yang selalu berada di sampingnya itu membuatku kesal dan menjadi sikap sukaku padanya tidak dapat dikendalikan.

"A-asgard!" Seruku setelah jarak hanya tersisa beberapa langkah padanya, bukan hanya dia yang berbalik dan menatapku. Tetapi, gadis itu juga dan yang lain. Sekarang aku menjadi pusat perhatian di tengah-tengah koridor akademi.

"Ada apa, Felicia?" Dia memanggilku! Astaga aku harus tenang, aku maju menghadapinya dan mengangkat nampan ini sembari melihat wajah tampannya.

"A-aku menyukaimu! Terimalah perasaanku!" Semuanya menjadi sunyi, aku dapat mendengarkan bisikan yang tidak mengenakkan. Namun, kukokohkan hati ini demi jawaban yang dapat meluluh lantahkan hatiku.

Asgard terdiam, lalu aku dapat melihatnya tersenyum tipis. Lelaki itu mengambil salah satu dari ketiga apel dan ia mendekat padaku. "Aku lebih suka buah pir, kekasihku." Ia tersenyum lalu mengambil nampan ditanganku dan pergi.

Sedangkan yang lain menggila karena patah hati menurutku, "Hey! Aku mendukungmu. Kakak sudah menyukaimu sejak lama, lihat saja ujung telinganya memerah! Dia pasti sangat senang." Gadis yang berada di sampingnya terlihat kegirangan, tidak seperti yang lain. Apa yang terjadi?

"Um, kau siapa bagi Asgard?"

"Aku adikmu, kakak ipar." Dia tersenyum dengan mata yang membentuk bulan sabit, indah sekali. Eh? Adik?!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro