Cruelty History

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Prompt; Holocaust, pembantaian dengan kamp konsentrasi dan pemusnahan tahanan, seakan menjadi bukti kekejaman dan kekelaman manusia.

Genre: Historical

***

"Sebagai hadiah untukmu, akan aku biarkan dirimu untuk berkencan denganku!" lugas Nevan padaku yang membuat kesal, lagi-lagi ia mengungkit hal yang terjadi pada Empistyrtum.

"Hentikan itu, atau kau ingin kupukul?!" Yash, balasku dengan nada yang cukup tinggi. Namun, kami malah jadi perhatian pemandu tur kami. Yash, sudah beberapa kali aku melakukan tur wisata di akademi ini?

Kali ini aku mengunjungi rumah penyiksaan bagi para penyembah Dewa Xyergi pada zaman dahulu. Seperti yang pernah kuceritakan, hal-hal sengsara yang dialami pasca perang besar-besaran antar dua belas kubu itu menbawa kegelapan tak berujung di Loctanus.

Di saat klan Oriana masuk, tak sepenuhnya mereka diterima secara baik. Di kala mereka memulihkan Loctanus dari sisa-sia perang, ada golongan dari kedua belas kubu yang bersatu dan berniat untuk menghancurkan klan Oriana beserta pengikutnya.

Hal ini terbukti dari banyaknya kamp-kamp bangunan penyiksaan dekat Kastil Vasmov yang sekarang sudah banyak dialih fungsikan menjadi rumah perawatan, rumah ibadah kecil, dan banyak lagi.

Konon katanya, pembasmian yang dilakukan oleh golongan tersebut membawa lebih banyak penderitaan dibanding peristiwa pasca perang terjadi. Karena di sana lebih dari dua puluh lima persen rakyat Loctanus dari berbagai suku dan klan yang telah menyembah Dewa Xyergi, diculik dan dibantai habis oleh mereka.

Genosida tak berujung ini bernama Holocaust, jika kusebutkan pasti akan mendapat tatapan aneh, namun pada akhirnya dapat terungkap dan dibersihkan ketika banyaknya warga yang kehilangan anggota keluarganya serta bantuan dari kekaisaran Vasmov.

Aku yang melihat bekas-bekas dari peristiwa tersebut sedikit merasa ngeri, terbayang di benakku bahwa ketakutan yang diberikan oleh orang-orang keji itu akan membekas selalu pada korban yang telah disiksa.

Kepala pelayan di rumahku adalah salah satu korban dari peristiwa ini, terkadang jika ia melihat tali tergantung atau suara yang cukup keras maka kepala pelayanku langsung pingsan atau gejala traumatisnya muncul.

Kelam sekali jika hidup di zaman itu, andai kata jika aku hidup pada masanya. Tak terpikir lagi aku akan menjadi Lia yang seperti apa.

"Hey, apa yang kau pikirkan? Bagaimana dengan tawaranku tadi?" Nevan menaik-turunkan alisnya dan membuatku merasa jengkel setengah mati.

"Entahlah, lagipula tidak ada yang menang di sana! Kami berdua seri," balasku lalu meninggalkannya dan berlari ke rombonganku yang telah pergi melihat-lihat tempat lain.

Semoga tidak ada lagi hal seperti penyiksaan atau pemusnahan seperti ini. Diskriminasi memang mengetikan ya, pikirku sambil menghela napas dan kembali mengikuti pemandu tur wisata.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro