Unknown Creature

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Prompt; Aku berjalan ke sana ke mari selama tujuh hari, tetapi mereka tidak menyadari keberadaanku … di hari kedelapan, aku sudah terperangkap.

Genre: HTM

***

Aku kembali terbangun di tengah malam yang sunyi, memberanikan diriku sendiri untuk beranjak dari kasur. Berjalan tanpa berpikir sembari meninggalkan goresan yang berarti di lorong asrama ini, berharap semoga ada yang bisa menemukanku di lain waktu.

Terhitung sudah tujuh hari diriku diliputi oleh sesuatu yang tidak kuketahui, aroma ini, bisikan ini, sesuatu yang memabukkan ini membawaku ke taman belakang asrama. Memanggilku keluar, melewati pintu kecil di antara dua tembok penghalang.

Pembatas antar gedung asrama dan hutan belantara, aku keluar dari sana. Kedinginan malam menyapa kulitku yang terbalur gaun tipis, yah tidak ada waktu untuk berganti pakaian.

"Bagaimana aku bisa sampai?" tanyaku sendiri, dilihat olehku pada sebuah kolam yang terdapat di tengahku. Aku memandang tiap bagian wajahku yang tercerminkan di atas air jernih itu, cahaya bulan sangat membantuku.

Tiba-tiba, di tengah kesunyian yang meredam kecekaman malam jerat tali itu menyentuh kaki dan tanganku. Menarikku hingga beberapa bagian tubuhku lecet meninggalkan darah di antara rerumputan dan tanaman berduri.

Aku ingin teriak, namun suaraku tertahan oleh sesuatu. Aku hanya bisa kembali berharap, semoga aku bisa kembali lagi dan ini hanyalah sebuah mimpi. Kapankah aku dapat bernapas dengan tenang?

Aku seret hingga berada dalam goa, kurasa. Beberapa tetes air hidup menggenangi sudut goa dan kulihat sebuah bayangan sedang berdoa di dekat altar. "Akhirnya, perjamuan tiba!" Dan yang kutahu, inilah akhir dari hidupku.

.
.
.

"Lia, aku membawa berita penting!!!" Aku menoleh pada Cia yang berlari cepat dengan napas tersenggal-senggal, baiklah akan kudengarkan sepenting apa cerita yang ia bawa.

"Kamu tahu Cindy, 'kan? Teman sebelah kamar kita." Aku mengangguk, kudengar Cindy hilang beberapa hari yang lalu. Lebih tepatnya dua hari sebelumnya.

"Di dekat kolam hutan, ditemukan sehelai rambut dan segel simbol dan diyakini itu milik Cindy!" lanjut Cia, aku mengangguk paham. Namun, apa yang diinginkan oleh gadis ini? Aku tak yakin ia akan membuatku tenang, padahal beberapa hari lagi angkatanku dan termasuk aku serta Cia akan mengadakan upacara kelulusan.

"Lanjutkan atau kau ingin rambutmu menjadi botak?" ancamku padanya, suruh siapa ia tertegun? Memangnya ada apa? Aku tak yakin. Perlahan Cia mendekat dan membisikkan dengan sangat pelan kalimatnya tepat di depan daun telingaku.

Aku terkejut bukan main, tatap harap Cia membuat jantungku kembali berdegup dengan kencang. Apa ini sebuah kutukan? "Aku harus mematahkannya?" Cia mengangguk cepat, dari sini akan kuputuskan.

Aku tidak bisa tenang sampai aku benar-benar lulus dari akademi yang memberiku banyak tekanan ini!

***

"Kamu lebih terlihat seperti ingin piknik dibanding menyelidiki sesuatu!" Tukasku padanya, kenapa dia membawa banyak sekali barang? Harusnya tidak aku ajak dia. Cia adalah gadis yang merepotkan di beberapa kali kesempatan bukan? Dengusku sebal.

Kami sedang berjalan di hutan belakang asrama, berharap menemukan pentujuk karena Cia bilang ada catatan yang menyebutkan bahwa ada campur tangan seseorang dan beberapa kandidat pelaku atau tersangka yang salah satunya adalah aku.

"Oh ya, kenapa bisa aku menjadi salah satu tersangkanya?" tanyaku sembari melihat-lihat di antara kolam yang di sebutkan, kenapa di sini banyak sekali kolam? Mana yang mereka maksud? Menyusahkan!

"Hm, di kolam yang dimaksud ada segel simbol khusus. Di jejaknya terdapat simbol keluargamu, sebuah bunga di antara dua gunung," balasnya sembari menelisik, ikut melihat sesuatu yang janggal di sini.

Kami menuju arah tatap yang sama, di sana, di tengah pohon-pohon yang menjulang tinggi terlihat seorang perempuan? Berambut panjang serta gaun tipis. "Dia terlihat seperti Stella ...." gumam Cia yang masih dapat kudengar.

Gadis yang kami kira Cia itu berdiri di depan sebuah kolam dan terlihat seperti hidup di banding saat berjalan tadi, ia menunjukkan gerak-gerik yang linglung? Lalu tiba-tiba sebuah tanaman rambat mengikatnya dan menyeretnya seketika gadis itu pun teriak.

"Itu benar Stella!" seru kami bersamaan lalu berlari, mengerjar ke mana tanaman rambat itu menyeret Stella. Tetapi, keberuntungan tidak ada dipihakku. Aku terjatuh karena sebuah akar timbul dan ditinggali oleh Cia yang memang dapat berlari dengan cepat.

"Harusnya kau mengajakku." Dapat kulihat dengan jelas, senyuman menjengkelkan itu. Nevan mengejekku! Lalu ia mendekat dan membantuku berdiri, aku sedikit heran kenapa ia bisa di sini. Tapi dia adalah seorang penguntit, aku tak perlu heran!

"Kenapa kau bisa ada di sini? Delan juga ikut?" tanyaku ragu sembari menepuk bagian tubuhku yang kotor, mereka tak menjawab dan malah menunjukkan satu orang lagi, Asgard?

"Kami akan membantumu, ayo selamatkan Cia dan Stella!"

.
.
.

Kami berpencar dan terbagi menjadi dua tim, aku bersama Nevan dan Asgard dengan Delan. Aku sedikit tidak setuju, namun suara teriakkan Cia membuatku menjadi khawatir.

Aku berdiri di depan sebuah goa yang tampak familiar, saat ingin memanggil Nevan yang juga memandang goa itu dengan takjub suara nyanyian yang merdu menyapa indra telinga kami.

"Suara apa ini?" Aku tahu suara ini, suara yang sangat kubenci! "Ini adalah vodun! Mereka akan mengorbankan sesuatu, lebih baik kita bergegas!" Aku menarik lengan Nevan dan masuk ke dalam goa.

Sepanjang perjalanan nyanyian ini semakin jelas terdengar dan dapat dilihat dari dinding goa, banyak sekali bekas goresan kecil dan dapat kupastikan itu adalah cakaran korban-korban sebelumnya.

"Berhenti di sana!" teriakkan Nevan membuatku sadar dari lamunan, di ujung goa dapat kulihat sebuah altar dengan meja persembahan dan sesosok makhluk bayangan. Vodun? Bukan! Dia adalah makhluk keji.

Cia dan Stella terlihat tak sadarkan diri di atas meja altar, aku tak dapat menahan gejolak amarah dan hendak memukul sosok itu namun Nevan menahanku. "Akhirnya korban terakhirku datang ...." lirih makhluk itu.

Dia memandangku lalu beralih memandang Cia serta Stella, tangan dengan kuku panjang itu menyentuh pergelangan tangan Cia hingga darah segar keluar dari sana, "Hentikan itu bajingan!" Aku menepis tangan Nevan dan mengambil botol ramuan kabut dan peledak dari belakang.

Kakiku kuajak untuk berlari, melewati dinding goa dengan cepat kakiku kuhempaskan untuk menyapa sosok tersebut dan kulepaskan juga ramuan kabut. "Dia tidak akan mempan dengan itu Lia!"

Kakiku terpeleset, kenapa tak kena? Ia sangat transparan dan benar-benar sesosok bayangan! Apa dia menginginkan sebuah tubuh? Saat aku beralih dalam pikiranku sebuah bayangan hitam menyapa diriku dan menghempasku jauh hingga batu besar menahan diriku dan membuatku kesakitan.

Seharusnya aku tidak ceroboh seperti ini, di ambang kesadaranku dapat kulihat Nevan mengeluarkan segel simbol dan hendak melawan makhluk itu ... dengan segenap energi yang tersisa aku menarik napas gusar dan mencoba duduk di antara reruntuhan batu yang terbelah akibat benturanku tadi.

Kuucapkan beberapa mantra dan kuukir segel simbol pelindung di dalam pikiranku hingga kembali terukir di antara atas dan bawah tubuhku, "Lepaskan!" Sebuah cahaya semu mengitari diriku serta Cia dan Stella, semoga Nevan dapat menang di pertarungan ini.

"Lia, bertahanlah!" dapat kulihat Nevan menahan sesosok bayangan itu dengan sebuah pedang energi, dia terlihat sangat keren. "Semangat ...." ucapku tepat sebelum aku kehilangan kesadaran ini.

"Kau tidak akan selamat asal kau tahu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro