Fairy Tale

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Prompt; Saat diriku berziarah ke makam saudara kembarku, bunga di atas makamnya kuhitung hanya ada emam, kemana perginya satu bunga lainnya

Genre: HTM

***

Pada suatu hari di tanah yang tak terjamah oleh manusia asing, hiduplah seorang gadis cantik di tengah keajaiban hutan.

Yash, gadis cantik itu adalah aku. Semenjak aku remaja, aku rasa aku tidak menjadi cantik kembali. "Bagaimana caranya untuk menjadi cantik kembali?" monologku di bawah pohon yang rimbun di pinggir danau.

Bodoh sekali diriku, sudah berapa lama ya aku berbicara sendiri? Aku tidak mengingatnya. Hm, kuharap aku menjadi pohon saja, sama sepertimu.

"Kamu indah, tapi aku harus pulang!" Aku tersenyum kepada pohon tersebut dan bergegas pulang, di pulau ini banyak sekali makhluk ajaib, namun aku tak mengerti bahasanya.

Selain itu, aku juga merasa dikucilkan dari yang lain semenjak keenam saudari kembarku meninggal karena kebakaran rumah. Padahal semuanya baik-baik saja, kenapa hidupku bisa seperti ini?

Setitik air melewati wajahku tanpa permisi, aku terduduk di jalan setapak ini dan kembali menangis. Sudah berapa banyak aku menangis? Kenapa hidup bisa sejahat ini?

Kukuatkan diriku untuk bangun dan sesegera mungkin untuk pergi ke rumah, kakiku berjalan dengan lemas dan mataku bengkak akibat tangis yang tiada henti.

Hatiku sangat sakit, bagaimana dengan adik-adikku di sana, ya? Apakah mereka baik-baik saja? Aku merindukan mereka.

Aku tersenyum, lalu berlari meninggalkan halaman rumah menuju ke arah pemakaman keluarga. Sangat menyenangkan berada di sini belakangan ini, apalagi aku selalu merasa sendiri.

"Kalian akan selalu menemaniku, 'kan?" Aku memetik beberapa bunga di sepanjang jalan, sebelum tepat berada di depan makam adik-adikku.

Aku memberikan satu bunga kepada setiap nisan adikku, mereka sangat indah. Apakah mereka akan memarahiku kembali? Bukan salahku juga 'kan jika seperti ini? Kuharap aku bisa memutar kembali waktu.

Aku memandang adik-adikku dan mendapati bahwa salah satu dari makam mereka tidak terdapat bunga yang telah kuberikan, kemana perginya?

Apa alam juga tidak membantuku untuk sedikit saja? Dahulu aku adalah gadia cantik yang bahagia, kebutuhanku selalu terpenuhi serta aku hidup dalam kehangatan yang penuh.

Sekarang semuanya berbanding terbalik, aku kesepian. Aku ingin kembali ke masa lalu, Apakah sang waktu akan membantuku? Aku kembali terisak dan langit pun menurunkan air dengan begitu derasnya, tak lupa gemuruh petir yang terasa seperti geraman penuh amarah.

"Kau layak untuk mati." Aku mendongak menatap seseorang dengan pedang di tangannya, saat mulutku terbuka ia mengangkat pedang perak tersebut dan menusuk keras ke dalam.

Menembus leherku dan menahanku dari suara yang akan kukeluarkan, a-ada apa? Diriku merasa bingung, tangisku juga sudah berhenti. "Terima kasih," tuturku pada dia, entahlah siapa dia. Sebelum netraku semakim memggelap aku menelisik seseorang di depanku ini.

Di telinganya terdapat bunga yang tadi hilang, apakah kau adikku? Atau kau seorang pencuri? Entahlah, aku ingin melakukan sesuatu sebelum aku mati.

***

"Wah, menyedihkan sekali hidup dia," tukas Cia padaku yang sedang fokus pada buku dongeng ini, aku memandang malas pada gadis di sampingku ini.

"Kau tahu apa yang terjadi padanya?" Aku menatap Cia heran, kenapa jadi serius sekali? Aku pun menggeleng sebagai jawaban.

"Yash, padahal dia sendiri yang membakar rumahnya." Aku terdiam, terkejut dan heran.

"Apakah benar?! Kenapa?" Cia tertawa, yah ini dongeng juga. Kenapa aku harus serius? Pasti Cia sedang bercanda juga.

"Yah, dia ingin menjadi yang tercantik dari mereka." Aku mengangguk paham, kenapa Cia tahu banyak? "Kenapa bisa tahu?"

"Katanya itu bukan dongeng, tetapi kisah. Ada kok, pohon kering di tengah enam makam di dekat rumahku."

Aku merasa bagian belakang leherku merinding, bulu kudukku berdiri karena angin halus nan dingin. "Aku merasakannya."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro