Inscapitrum Monastery

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Prompt; Reformasi agama di masa itu membawa perubahan sosial dan budaya, membuat perkembangan pendidikan dan kapitalisme.

Genre: Historical

***

Tanganku terulur mengambil buku dengan sampul hijau kekuningan di atas rak, buku ini terlihat sangat tua dan usang. Selain berdebu, beberapa halaman di bagian depan juga sudah terlihat terbakar.

Untunglah bukan bagian pentingnya, itu hanya sebuah map tentang Loctanus di masa lalu. Aku membuka lembaran demi lembaran buku hingga denting jam malam dibunyikan.

"Bagaimana nanti, ya?" tanyaku bermonolog, aku terus mengalihkan gejolak penasaran di kepalaku dengan membaca buku.

.
.
.

"Bagaimana perasaanmu hari ini Lia, apa merasa baikkan?" Cia bertanya sembari menggandengku, mengikuti iringan murid-murid lain yang sedang berjalan di wilayah rumah ibadah Inscapitrum.

Bangunan ini sangat kuno jujur, tapi ukiran-ukiran dindingnya menakjubkan dan terlihat autentik! Aku suka gaya arsitekturnya, siapa pembuatnya? Klan Oriana? Wah, berarti dia sekaum dengan Delan dong?

"Baik, kok. Terima kasih telah membantuku dengan cipratan airmu itu," jawabku dengan senyum menahan kesal, saat hari di mana putri kembali menginjakkan kakinya di pelabuhan.

Aku di sana melihat hal lain yang dilihat oleh Delan, anak itu sangat spesial sehingga dapat melihat masa yang tak ia lalui. Ketika aku tidak tersadar dan masih berada di alam bawah sadar atau kejadian yang dilihat oleh Delan, Cia menyemburkan banyak air laut ke wajahku sehingga aku bisa merasakan rasa asin yang mendalam sampai sekarang!

"Maafkan aku, padahal aku hanya ingin membantu," ujarnya dengan suara kecil, namun aku dapat mendengarnya dengan jelas.

Kami semua diajak masuk ke ruang aula, di sana dapat kulihat tembok besar namun tidak menutupi seluruh ruangan yang disekat, bagian atasnya terbuka yang menampakkan langit-langit berlapis kaca.

"Seperti yang kalian lihat, tembok ini adalah awal dari reformasi agama yang berada di Loctanus ...." Yash, yash yash. Aku sudah mendengar cerita ini, aku akan menceritakan langsung saja kepada kalian.

Kalian tahu? Dahulu kala para penduduk Loctanus memuja dua belas Dewa-Dewi yang memang terutus oleh Ruang-Waktu dan terukir di atas batu yang menjulang tinggi dan berada HoU-pusat dari benua Loctanus yang sangat tandus dan tak berpenghuni dikarenakan kondisi geografis yang sangat parah-Namun semuanya berubah ketika salah satu dari batu tersebut hancur dan merusak altar di HoU.

Aku sendiri tidak tahu mengapa hal itu bisa terjadi, akibat prasasti tersebut jatuh dan menyebabkan ketidak seimbangan alam para penduduk pun mulai kehilangan kepercayaannya pada ke dua belas Dewa-Dewi.

Loctanus berada di masa tersuram yang pernah ada hingga 2 abad lamanya, sampai ketika ada seorang klan yang berasal dari pulau Dymatress singgah di Inscapitrum dan menyampaikan permohonan memberikan bantuan pada Raja ... atau harus kusebut Ratu? Karena yang memimpin adalah seorang wanita yang pernah kubahas beberapa waktu lalu.

Castella Diane da Vasmov, Ratu pun menyetujuinya dengan sebuah perkamen yang dapat dilihat di tembok bersejarah ini sekarang. Klan itu adalah Oriana, klan yang membawa Dewa baru ke dalam Inscapitrum dan menyebar dengan cepat ke segala penjuru Loctanus.

Dewa baru yang kumaksud adalah Dewa Xyergi, selain menyebarkan agama dengan penyekatan bagian belakang rumah ibadah yang tepat dibelakangnya ada 12 pecahan batu Dewa-Dewi dari tanah HoU, Klan Oriana juga mengajarkan banyak hal pada Kerajaan Vasmov tentang cara memimpin dan membantu rakyat Loctanus dengan membangun banyak fasilitas.

Seperti bendungan, aliran irigasi, sekolah yang kutempati sekarang dan banyak buku-buku pengetahuan yang ditulis oleh nenek moyang klan Oriana. "Nah, jadi seperti itu bagaimana Dewa Xyergi dapat memberikan kita kesejahteraan dengan mengirim orang baik."

Aku tersenyum mendengarnya, pemandu regu kami sangat mahir dalam berbicara. Rambut keabu-abuan dengan mata yang seperti itu, kurasa aku pernah melihatnya di suatu tempat.

Mmm, di mana ya? Saat yang lain dibawa oleh pemandu lain aku memberanikan diri mendekat dan hendak bertanya. Dia terlihat sedang berdiri sambil memperhatikan tembok besar itu.

"Selamat siang Nona, ak--" suaraku tercekat ketika melihat tatapan tajam itu, ah kenapa dia ada di sini?! Dalang utama atas apa yang menimpaku tempo hari lalu.

"Jangan kau gegabah dalam mengenal kakakku!" serunya, walaupun dia terlihat sangat marah namun dimataku hanya seperti kucing yang sedang mengincar ikan!

"Eh? Kakakmu? Jadi ... Delan dan Denta, kalian saudara!" Wanita yang tadinya terlihat tak peduli itu mengangkat sedikit bahunya dan memperlihatkan padaku dia sedang berdiri dengan sangat anggun sembari memegang buku bersampul hijau kekuningan di tangannya yang kurasa cukip tebal.

"Ya, dia adikku," jawabnya dan membuatku sangat terkejut. Bagaimana bisa? Mereka saudara? Mengejutkan serta mengherankan!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro