Chapter IV

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Ebrar masih memandangi jendela kaca mobil pikirannya masih menerawang mengingat pertemuan dirinya dengan Serkay dan bagaimana pria itu memberikan perhatian untuk dirinya hingga mampu membuat Ebrar jatuh cinta pada Serkay. Jujur saja Serkay adalah pria pertama yang mampu meluluhkan hatinya dan membuat dirinya jatuh cinta.

Tidak ada pria lain yang mampu membuatnya berdebar setiap saat, tidak ada pria lain yang mampu mengerti dirinya selain Serkay. Alasan itulah yang membuat Ebrar mantap menerima lamaran dari Serkay, sejujurnya Ebrar tidak pernah menyangka akan menjalani hidup bersama seorang pria. Ia tidak pernah bermimpi menjadi seorang pengantin tetapi ketika ia bertemu dengan Serkay pemikirannya berubah.

Ebrar mengembuskan napasnya pelan, mendengar desah pelan Ebrar, Serkay melirik dari ujung matanya. Serkay menghentikan mobilnya tepat saat tarffict light berwarna merah, satu tangannya yang bebas bergerak meraih telapak tangan Ebrar. "Apa yang sedang kau pikirkan?" Serkay menarik lembut telapak tangan itu dan memberikan kecupan ringan di sana.
Mereka berdua masih dalam perjalanan menuju butik untuk fitting baju pertunangan.

"Kamu," jawab Ebrar santai sembari menyengir.
Serkay asih menggenggam tangan halus itu dan menempelkan di pipinya meraskaan kelembutan kulit wanita itu. "Aku? Kau memikirkan aku tentang apa?" tanya Serkay dengan raut penasaran, jarang-jarang Ebrar sejujur ini pada dirinya. Biasanya wanita ini selalu terlihat malu-malu dan jujur saja itu makin memesona seorang Serkay Aleksey.

"Aku teringat bagaimana pertama kali kita bertemu," Ebrar terkikik geli mengingat kejadian pelemparan pot di toko bunga, "aku juga masih ingat bagaimana kau menggendongku pulang saat itu," lanjut Ebrar mengerlingkan satu matanya.

"Ya ya, karena lemparanmu waktu itu aku jadi jatuh cinta padamu." Serkay mengangguk dan lanjut melajukan mobilnya ketika traffict light berwarna hijau.

Ebrar mengerjap dua kali dan mengubah posisi duduknya yang kini menghadap sepenuhnya pada Serkay. Ebrar mrmicingkan mata menatap kekasihnya itu. "Serkay, apa kau malu."

"Tidak, aku tidak malu. Kenapa aku harus malu?"  Serkay menggeleng dengan cepat maish fokus memerhatikan jalanan.

"Ayo katakan saja." Ebrar menelengkan kepala dan menaik turunkan alisnya sembari menyengir makin menggoda kekasihnya itu.

"Tidak." Serkay masih mengelak.

"Ayo mengaku saja. Lihat wajahmu semerah tomat." Ebrar makin gencar menggoda Serkay dan mulai menggelitiki pria itu dan Serkay berusaha menghindari serangan dari Ebrar, bukannya berhenti Ebrar malah makin tertawa.

"Tidak. Mungkin itu perasaanmu saja." Serkay berhasil menangkap tangan Ebrar dan memberikan tatapan peringatan.
"Serkay awas!" Ebrar berteriak saat sebuah truck datang dengan kecepatan tinggi ke arah mereka. Serkay yang terkejut berusaha mengendalikan mobil dan membanting stir namun naas ia tak berhasil.

Yang terjadi berikutnya mobil mereka terhantam keras oleh truck dan terpental ratusan kilometer jauhnya. Dengan sekejap mobil terguling dan terbalik hingga membuat jalanan kacau dengan bunyi klakson para pengemudi lainnya yang ikut terkejut mendapati kecelakaan itu.

Deretan mobil di belakang pun mengerem seketika agar tidak terjadi tabrakan beruntun, beberapa pengemudi lainnya mulai turun dari mobil. Begitu pula dengan para pejalan kaki mulai berhenti melangkah dan mengerumuni mobil Serkay. Alam seperti kurang bersahabat pada mereka berdua sedetik setelah kejadian itu hujan mengguyur dengan derasnya hingga membuat evakuasi sedikit lebih lambat tetapi mereka berusaha membalikkan posisi mobil untuk menolong Ebrar dan Serkay.

Kemudian beberapa dari mereka mencoba membantu mengeluarkan tubuh Ebrar dan Serkay dari dalam mobil, tubuh keduanya tak sadarkan diri dengan darah merembes di sekujur tubuh mereka. Setelah tubuh mereka berhasil di keluarkan, salah seorang dari pejalan kaki berteriak panik dan berusaha menghubungi rumah sakit terdekat untuk mengirim ambulan.

Beberapa menit kemudian tubuh Serkay dan Ebrar berhasil di keluarkan dari mobil tetapi mereka berdua masih tidak sadarkan diri. Hanya saja Serkay sempat membuka sedikit matanya kemudian terpejam kembali, ia juga berusaha menggerakkan mulutnya tanpa mengeluarkan suara.

"Apa yang pria itu katakan?" seorang wanita paruh baya bertanya pada seorang pria yang menyeamatkan mereka.

"Entahlah, ku rasa ia masih pingsan," sahutnya mencoba memeriksa kembali denyut jantung Serkay.

"Oh lihat ambulan datang beri mereka jalan." gadis muda menepuksesorang dalam kerumunan hingga semua ikut menoleh.

Seketika kerumunan itu menyamping dan memberi akses untuk para nakes, dengan sigap para nakes menaikkan tubuh Ebrar dan Serkay ke brankar yang sudah di sediakan kemudian memasukkan mereka ke dalam ambulan. Setelah itu ambulan melaju membelah jalanan masih diiringi hujan yang begitu lebatnya.

Hujan kali ini seperti menjadi saksi ketidakberuntungan  mereka berdua  hari ini, seolah hujan menyapa mereka dalam kesedihan. Kemampuan manusia memnag terbatas, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi berikutnya di dalam hidup mereka.
Sama halnya seperti Ebrar dan Serkay, mereka tadinya merasa begitu bahagia hingga tak bisa menyembunyikan kebahagiaan itu. Kini dua sosok itu masih belum sadarkan diri, mungkin saja seorang dari mereka sedang menunggu di bangunkan agar bisa saling bergenggaman tangan melewati ketakutan bersama-sama atau mereka berdua saling menunggu satu sama lain.

Ambulan berhenti di pelataran rumah sakit, para nakes mengeluarkan mereka dari sana dan mendorong brankar dengan cepat memasuki UGD masing-masing dari mereka di tangani oleh dokter dan beberapa perawat.

"Mereka mengalami kecelakaan bersama?" tanya dokter perempuan berkacamata dengan nametag Azize pada perawat

"Iya Dokter."

"Kalau begitu hubungi keluarga mereka."

"Baik, saya akan menghubungi keluarga pasien."

Note : untuk part ini aku akan update Setengah dlu karena takut kepanjangan 😁😅 oke happy reading

💙💕
Primavera

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro