BAB 8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

      Malam tepat pukul dua belas, Ryu masih berada di teras rumah Raka setelah beberapa jam lalu menghabiskan waktu di rumah Chica. Gadis itu telah welcome mengizinkannya main cukup lama, walau hanya di pekarangannya saja.

      Setiap percakapan yang terjadi sejak sore hingga ba'da isya terekam jelas dan telah digaris bawahi apa-apa saja yang harus tetap melekat di benaknya dan apa saja yang mesti dibuang.

      Yang pasti, kebersamaan dengan gadis itu terabadikan jelas diingatan dan kamera HP-nya.

      "Jadi, gadis mana lagi yang kali ini lo deketin?" Raka membuka percakapan.

      "Sialan! Baru sekali gua benar-benar deketin cewek, selebihnya mereka yang deketin gua!" protes Ryu.

      "Oke, gua ganti kalimatnya, anak mana yang lo gebet?"

      "Anak sini, dia homeschooling."

      Arya meneguk seloki minuman berwarna ungu. Anggur merah. Yang pernah dicicip Ryu dan rasanya biasa saja, tidak pahit dan tidak asam seperti yang diceritakan dua temannya dan baunya mirip tinta spidol bagi Ryu.

      Wajah anak itu memerah pada bagian tulang pipi, bagai diberi blush on.

      "Satu-satunya anak homeschooling di sini itu ya anak pemilik yayasan sekolah kita."

      Ryu cukup terkejut mendengar jawaban dari Arya. Jadi, selama ini dia mendekati anak pemilik yayasan yang terkenal tegas dan disiplin waktu teramat tinggi? Dia dan teman-temannya bahkan telah mendapat tiket khusus untuk menerima hukuman langsung dari beliau. Hal yang tidak akan di dapat siswa bangor lain.

      "Hati-hati lo sama dia!" Raka memperingati. Setelahnya, dia menegak minuman yang menemani malam mereka. "Dia itu bukan gadis sembarangan, kelihatan anggun, tapi sebenarnya ganas." Ryu melihat tanda-tanda mulai lupa diri pada temannya yang satu itu. Padahal yang menunjukan perubahan wajah lebih dulu adalah Arya.

      Artinya, ucapan anak itu benar. Sebab orang mabuk akan berkata jujur. Menurut kebanyakan orang begitu.

      "Dia itu homeschooling gara-gara matahin leher kakak kelasnya, seangkatan sama kita," Rupanya benar Chica setahun lebih muda darinya. "Cuma karena belain laki-laki brengsek yang udah mainin perasaan teman angkatan kita. Rahmi namanya, dia udah pindah sekolah sebulan sebelum lo datang. Lo beruntung kalau bisa dapetin hati tuh anak. Lo bakal dibelain mati-matian sama kayak cowok brengsek itu yang sekarang keberadaannya entah di mana. Gua bersyukur kalo dia mampus!" Raka terus mengoceh panjang mengenai masa lalu Chica.

      Pikiran Ryu jadi terbuka mengenai masa lalu Chica. Sedikit demi sedikit informasi yang tidak diketahuinya terkuak dari mulut temannya. Gadis anggun dan tampak feminim dengan tingkah menggemaskannya ternyata menyimpan sosok pemberani,  tidak kenal takut dan mahir bela diri, hingga membuat lawan jenisnya ragu-ragu ingin mendekatinya.

      Chica, gadis imut dan pemberani dengan kecerdasan yang tidak bisa dibilang biasa, namun memiliki catatan merah untuk setiap sikapnya. Sebelas-dua belas dengan mereka. Ryu menerka alasan dari sikap spesial pemilik yayasan pada mereka.

      "Gua sempet suka sama tuh anak, tapi dia acuh sama gua," Ryu cukup terkejut mendengar pengakuan Raka di bawah pengaruh anggur merah. "Tapi kalo ternyata lo yang deketin dia, gua ikhlas, kalian serasi, jalan pikiran kalian sama."

      Arya, yang masih bisa dikatakan sadar walaupun matanya memerah hanya bisa tersenyum memamerkan deretan giginya. Dia menaik-turunkan alisnya.

      Ryu, meski pernah mencicipi minuman itu, dia tidak meneruskan, cukup tahu rasanya saja. Dia paham betul resikonya dan dia tidak ingin mendapat masalah lebih besar dari kenakalannya saat ini.

      "Rokes nggak nih anak?" Ryu ingin memastikan tidak ada barang-barang yang akan menjadi pelampiasan ketidaksadaran anak ini. Meski ini adalah rumahnya sendiri.

      "Kagak, tenang aja."

      "Gua lihat siapa pembunuh yang udah bikin geger Cluster kita, dua kali dengan dua kasus yang sama." Pengakuan itu menghentikan niat Arya yang ingin menuangkan anggur merah ke gelasnya.

      Arya menatap Ryu, kemudian mengharapkan hal yang luar biasa dari Raka.

      "Orangnya selalu muncul di tempat yang sama, dengan pakaian sama, serba hitam dan mata sipit tapi tajam. Dia muncul dari arah rumah lo." Raka menatap Ryu.

_o0o_

     
     

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro