15* Welcome to FLY Academy!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Coba tebak di mana aku sekarang.

Kami muncul dari pohon oak besar yang hampir mirip dengan Pohon Neraida namun itu hanya pohon biasa di tengah-tengah danau, melingkar seperti donat bolong. Aku menoleh ke air terjun yang menimbulkan suara debum keras. Bebatuan fosfor yang licin disorot cahaya matahari lalu merefleksikan pelangi. Tempat ini indah sekali seperti destinasi wisata di Bumi. Hutan amazon misalnya. Atau Antelope Canyon. Intinya cantik banget.

Jembatan kayu terbuat secara ajaib saat Tuan Alkaran mengangguk pada pohon di belakang kami, menuju ke hutan. Aku dan Oceana saling tatap ragu. Tapi akhirnya kami berani menyebrang melihat Tuan Alkaran berjalan maju lebih dulu.

Aku yakin tempat ini pasti dibangun oleh Sebille. Dia bisa meminjam kekuatan dan pasti sudah berkembang pesat—mampu meminjam kekuatan tanpa harus ada pemilik kekuatan di dekatnya. Dan buku List of All Potencia adalah menu pilihan.

Kami melewati jalan setapak berlika-liku seperti huruf Z. Ada pepohonan dengan buah-buah tak umum di Bumi membuatku mengurungkan niat untuk mengambilnya sebutir. Itu bukan ide yang bagus. Walau bentuk buahnya mirip apel, aku yakin rasanya berbeda. Aku tidak mau mengambil resiko memakan buah-buahan dari dunia lain. Bisa keracunan.

"Araganal kesulitan mencapai dan menembus tempat ini," celetuk Tuan Alkaran mengusir keheningan. "Kala dan Kahina memasang ramuan penjebak dan paling tidak ada seratus lapis pelindung membungkus sempurna lokasi ini. Kami tidak ingin Araganal keluar ke dunia asli."

"Senior Kala dan Senior Kahina memang terkenal di akademi sihir, Tuan Alkaran. Mereka ahli dalam bidang masing-masing. Senior Kala berbakat dalam terbang, Senior Kahina berbakat mengaduk-aduk material dan menciptakan ramuan langka."

Bagaimana tidak? Kala kan Spirit Angin. Jelas dia sangat mudah dalam urusan terbang-terbangan di langit.

Jenuh jalan kaki, kami terbang sepanjang 500 meter. Sepuluh menit, ujung dari hutan yang penuh pepohonan ini pun tampak. Mataku terbelalak melihat ratusan... eh, tunggu, apa itu sebenarnya? Aku mengucek kedua mata, memastikan tidak salah lihat. Balon warna-warni berdiri di sepanjang daratan dunia duplikat.

Seperti permen tangkai yang sering kumakan ketika bosan dan ingin ngemil, seperti kapsul, menancap di tanah dan menjulang sekitar 70 meter, lalu di pucuknya terdapat lingkaran nimbus. Di kapsul sebelahnya ada sayap kupu-kupu.

"Ngarai Lalipopa. Tempat tinggal semua peri. Kami menyediakan fasilitas rumah di daratan supaya FLY Academy tidak terlalu sumpek." Tuan Alkaran menjelaskan kebingungan di wajahku.

Aku manggut-manggut... Tahan sebentar! 'Semua peri' katanya? Aku menutup mulut lebay. Maksudnya satu kapsul lolipop satu peri? Niat banget! Berarti banyak dong kapsul rumah bertebaran di sini?! Ladang permen! Benar-benar nekat sekali.

"Selamat datang di FLY Academy."

"I-itukah FA? Keren sekali!"

Aku turut mendongak, melotot. Yang benar saja? Itu akademinya? Apa kau serius?! Sekolah fantastis macam apa itu?!

Sebuah bangunan mentereng berwarna putih, melayang di ketinggian ribuan kaki. Bangunan itu terapung melebihi batas tinggi pesawat dan lapisan mesosfer. Tidak jelas kalau dilihat dari sini karena jaraknya sangat jauh. Tapi aku bisa melihat bagian paling mencolok.

Ya! Bagian menonjol adalah sayap angsa ukuran titan di sisi kanan-kiri bangunan, mengayuh tiada henti agar gedung sekolah terus melayang di ketinggian yang sama. Aku berani bertaruh, mereka butuh berbulan-bulan membangun FA.

Tidak hanya itu, lautan awan mengepungi bangunan tersebut sebagai landasannya membuatku sangat susah menahan diri untuk tidak berteriak kagum.

Astaga, ya ampun, ya tuhan, itu keren sekali, hebat sekali. Aku ingin menjerit di sini, tapi masih ada Tuan Alkaran. Aku harus jaga imej. Tapi arghh!!! Baddasss!!!

Jadi ini yang menyebabkan nama sekolahnya 'FLY Academy'? Sekolah itu benar-benar terbang di langit. Heol daebak, bukankah Tuan Alkaran dan Amaras terlalu totalitas? Terlalu niat!

"FA lebih indah dari akademi sihir. Sungguh," gumam Oceana yang dibalas senyuman teduh oleh Tuan Alkaran. Aku setuju dengan pendapatnya. Sungguh, Amaras tidak pernah kehabisan ide jitu.

"Hmm..." Tuan Alkaran melirik sekeliling yang lengang, mengelus dagu. Beliau tersenyum penuh arti. "Sepertinya hari ini ada acara di luar akademi, jadi FA sedang kosong. Kalian kelelahan, bukan? Lihat-lihat akademinya besok saja. Kau beruntung masih memiliki waktu untuk mempersiapkan mental, Dandi. Kenalanmu akan mewawancaraimu, bertanya ke mana saja kau bertualang selama ini."

Aku menelan ludah. Perasaanku saja atau Tuan Alkaran sangat pengertian denganku? Huhu, aku jadi makin tidak percaya diri bertemu teman-temanku.

Bagaimana cara aku menjelaskan kalau aku tak bertualang seperti yang mereka pikirkan? Aku hanya pulang ke dunia asalku. Tuan Alkaran benar. Aku butuh waktu tambahan buat mentalku.

.

.

Aku dan Oceana berpisah setelah menerima kunci kamar dari Tuan Alkaran. Aku menatap token di tanganku, nomor V112. Pakaian dan keperluan sekolah sudah ada di kamar begitu data diri dimasukkan ke server (anggap saja begitu) FA.

Setibanya di depan rumahku yang baru, aku mengernyit heran. Pasalnya hanya kapsul lalipopa milikku saja yang berbeda dari balon permen lainnya. Ada lingkaran nimbus dan sayap transparan, mirip sayap lamaku. Oh! Apakah karena aku seorang peri tapi memiliki sayap malaikat?

Papa, kenapa aku berbeda?

Aku menggelengkan kepala, membuka pintu, dan masuk ke dalam. Kamarku lumayan luas. Kasur dua tingkat, lemari pakaian yang bisa membersihkan pakaian dengan praktis, papan tulis dengan sekotak kapur, perkakas untuk perawatan sayap, dan perpustakaan mini. Aku tersenyum cerah. Kamar ini tidak buruk juga. Aku tinggal tambahi dengan tanaman gantung dan bunga-bunga segar.

Tanpa basa-basi, aku langsung melompat ke kasur. Woah, nyaman! Tidak keras! Lembut! Aku suka! Sepertinya aku akan bertransformasi jadi kerbau nih kalau kasurnya seempuk ini kayak kapas.

Tuan Alkaran menjelaskan singkat, hanya ada tiga kelas di FA (sebenarnya empat karena kelas terakhir adalah spesial). Kelas Newbie dan Middle, untuk peri-peri pemula yang belum mahir terbang dan belum lihai memakai kekuatan. Kalau mereka menguasainya, akan naik ke Senior dan berhak mendapat rekomendasi untuk menjadi dukungan dalam perang.

Lalu untuk para sepuh sepertiku, mereka di kelas Elderly. Nah, ini dia kelas spesial yang kumaksud di atas tadi.

Kami para Elderly diperbolehkan tidak ikut kelas apa pun (aku suka banget dengan peraturan satu ini), fokus berjaga-jaga di sekitar FA, melindungi Newbie. Karena tidak ada yang tahu kapan Araganal menyerang, kami mesti ekstra waspada.

Hehehe, syukurlah. Aku tidak perlu belajar lagi. Aku sudah muak belajar.

FLY Academy hanya memiliki satu seragam formal yaitu: kemeja putih (untuk murid perempuan berdasi kupu-kupu, untuk laki-laki berdasi bolo tie) berlengan panjang berbalut jubah putih yang memiliki bros penjepit supaya jubahnya tidak lepas (bersifat opsional). Lalu rok putih tipe box pleats (boleh mengenakan stoking) di atas lutut. Terakhir, bot selutut yang juga berwarna putih. Serba putih. Kayak si putih (mbak kunti). Kalau lagi di luar akademi, murid-murid dibebaskan memakai baju apa pun. Terserah. Ini mirip sekali dengan sekolah normal di Bumi.

Ah, benar-benar nyaman.

Tapi, Araganal lah yang bikin tidak aman.

Baiklah. Aku akan mengurus itu besok pagi. Tubuhku lelah luar-dalam. Diawali dengan muntah-muntah, lalu disambung tekanan batin karena ulah Kuni dan bencana yang diceritakan Tuan Alkaran. Belum lagi reaksi teman-temanku nanti. Haah, terlalu banyak rentetan kejadian...

Aku tertidur beberapa menit kemudian.

*

Pagi-pagi sekitar jam tujuh, peri-peri masih belum pulang dari acara yang disebut Tuan Alkaran. Aku keluar dari rumahku, sudah rapi dengan seragam FA. Mari melanjutkan aktivitas kemarin!

Aku membuka sayapku lantas melesat terbang menuju FLY Academy. Butuh waktu sepuluh menit untuk sampai ke depan gerbangnya. Gerbang itu bergeser mulus sebelum aku menyentuhnya. Sepertinya dirancang terbuka otomatis.

Aku melangkah gontai melintasi taman luas. Sepanjang jalan setelah melewati gerbang, terdapat tugu-tugu batu berdiri dengan lilitan bunga morning glory.

Rerumputan terpotong rapi, kebun bunga tertata teratur, aliran sungai kecil, dua air mancur besar di kanan-kiri taman pose menyambut (yang kanan patung manusia malaikat, lalu yang kiri patung manusia kupu-kupu). Aku membutuhkan dua ratus meter berjalan untuk sampai ke gedung utama FLY Academy. Lebih enak jalan kaki menikmati semua panorama menakjubkan ini daripada terbang.

Ah, sialan. Sekolah ini benar-benar megah. Sentuhan arsitektur elegansi amat tebal. Aku melihat hewan-hewan kecil bermain. Suasana yang harmonis dan tenang.

Ada banyak lorong dan ruang-ruangan yang akan lebih baik tidak ditelusuri tanpa pemandu. Sekolah itu sepi seperti kata Tuan Alkaran. Aku melewati banyak furnitur ganjil yang diam membisu.

Setelah puas keliling taman dengan muka pelanga-pelongo tak berhenti takjub, aku akhirnya melewati pintu tinggi berbentuk huruf U dan sampai di lantai aula bangunan utama. Lagi-lagi aku dibuat melongo. Astaga! Atapnya terbuat dari kaca yang tembus pandang! Aku dapat melihat pemandangan langit biru dan buntalan kapas putih. Sangat luar biasa!

Aku terkesiap melihat Blessing Statue berada di sana. Tidak lagi patung berdiri dengan tangan terjulur memegang bulan sabit, melainkan patung anak kecil yang kuyakini wajah Sang Dewa duduk memeluk bulan sabit. Mereka memodifikasinya.

"Blessing Statue mengalami peningkatan," kata Tuan Alkaran dari lantai dua. Di belakang patung, terdapat dua tangga saling melengkung seperti tanda kurung, menjulur ke atas. "Ia berdetak menebar benih kekuatan satu kali dua hari."

Bukankah itu bagus? Newbie bisa memperoleh kekuatannya dengan cepat. Aku jadi teringat momen pertama kali aku melihat patung, murung, berpikir aku akan mendapatkan kekuatan dalam kurun waktu lama. Besok-besok. Kurang hoki. Nyatanya aku sudah meraih kekuatanku.

"Acara apa yang diselenggarakan Amaras, Tuan Aran?" tanyaku gagal menahan diri untuk tidak kepo. "Kapan selesainya? Besok? Lusa? Masih lama?"

Beliau terkekeh renyah, terbang mendekat ke tempatku. "Uji bakat untuk Newbie. Para Elderly hanya bertugas mengawal, melindungi adik-adik kelas. Mereka akan menantang Wintrypavo, peliharaan sekolah seperti Ondina, untuk memahami apa kelebihan serta kekurangan dari kekuatan mereka lantas menyarankan pemakaian yang efisien. Wintrypavo adalah penilai yang baik. Dia juga ramah. Sepertinya mereka akan kembali nanti siang merujuk mereka sudah pergi 3 hari."

Aku mendekap dada. Aku belum siap.

"Ngomong-ngomong Verdandi, ada yang ingin kutanyakan padamu. Ini soal Oceana."

Aku mengerjap. Ada apa dengannya?

Beliau mengelus dagu. "Dulu saat aku dan Amaras masih tinggal di ibukota Klan Peri, aku pernah bertemu dengan seseorang dari Klan Penyihir. Dia bercerita tentang sesuatu mengenai legenda spirit—"

"Oh, coba lihat ini." Seseorang dengan nada sombong menyela perkataan Tuan Alkaran. Dia bernyali sekali memotong kalimat kepala sekolah.

Aku menoleh, melotot. Ya ampun.

Laki-laki itu bersedekap. "Verdandi. Aku pikir kau takkan kembali lagi ke Fairyda. Sepertinya perkiraanku meleset, ya? Orang-orang yang menunggumu ternyata benar adanya. Mereka percaya kalau kau akan kembali suatu hari nanti."

Tuan Alkaran menghela napas, menatap orang itu. "Apa yang kau lakukan di sini..."

"... Parnox?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro