newt

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Newt ingat tatapan Thomas saat mendongak menatapnya untuk terakhir kali. Newt ingat berusaha untuk menarik napas pada detik-detik terakhir sebelum pandangannya menggelap dan nyawanya yang fana meninggalkan tubuhnya. Dia ingat betapa melihat air mata menggenang di mata Thomas terasa lebih menyakitkan dari pada pisau yang tertancap dalam di dadanya.

Newt bisa bernapas lagi. Dia dapat melihat lagi, tapi tak ada yang dapat dilihatnya sejauh mata memandang. Dia tahu dia sudah tewas. Newt tidak menyesali keputusannya sama sekali. Lebih baik dia mati dari pada menyakiti teman-temannya. 

Newt menunggu dengan sabar di area kosong tanpa isi itu, menunggu untuk melihat alam akhirat yang masih misterius. Namun, sekitar pemuda itu malah bertambah terang.

Pemuda berambut pirang itu berdiri di tengah jalan suatu kota. Lengang. Cahaya matahari menyilaukan, tapi tidak menyakitkan seperti yang dikenalinya. Menyipitkan mata, Newt melihat seorang pemuda duduk dalam sebuah mobil jip butut, mengklakson dengan tidak sabar. 

Langkah-langkah yang diambilnya untuk mendekat disadari Newt sama sekali. Penasaran, Newt mengamati pemuda itu mengulum bibir bawahnya dengan kesal dari balik kaca depan kusam jip tersebut.

 "Scott!" si pemuda dalam jip berteriak, menjulurkan kepalanya ke luar jendela yang terbuka. "Cepat naik! Kita tidak punya waktu sepanjang hari!"

Newt mengenali pemuda itu tentu saja. Thomas.

"Tunggu! Aku datang!" suara lain menyahut dari dalam rumah, tergesa-gesa. Pemuda lain berlari ke arahnya, terburu-buru memutari mobil untuk tiba di pintu penumpang di sebelah supir. Pemuda itu melewati Newt begitu saja seakan dia tidak ada di sana. 

Thomas mendecakkan lidah lalu memutar kunci, mesin jip tua itu menggerung sebentar lalu kembali mati. "Oh, ayolah!" Pemuda itu memukulkan tangannya ke dasbor, mencoba sekali lagi dengan hasil yang sama.

Thomas membuka pintu mobil, meloncat turun dan membuka kap depan. "Lakban!" dia berseru pada si pemuda di dalam mobil. Thomas menangkap dengan tangkas saat pemuda itu melemparkannya, tersenyum kecil melihat temannya.

Newt memperhatikan dari dekat, tepat di sebelah Thomas. Pemuda itu tidak menyadari, terus mengetuk-ngetuk mesin nyaris rusak jip itu dan melakbannya, entah bagaimana itu dapat membuat jip tersebut kembali berfungsi.

"Stiles, kita bisa berjalan kaki," kata pemuda yang satu lagi. "Atau menelepon Lydia."

"Scott, you're my best friend, okay? And I love you," Thomas, atau seperti yang dipanggil oleh temannya, Stiles, mendongak sebentar, "tapi aku tidak akan mengakui pada Lydia bahwa jipku sudah tidak dapat diandalkan lagi. Tidak, terima kasih."

Scott menghela napas, agak geli.

Pemuda yang satunya terus bekerja dengan tekun, sekali-kali menggumamkan sumpah-serapah karena mesinnya yang berulah. Beberapa saat kemudian, Thomas/Stiles berkata padanya di dalam mobil, "Coba nyalakan."

Temannya itu menjulurkan tangan ke kursi pengemudi dan memutar kunci. Gerungan lelah tapi menjanjikan terdengar.

"Yap! Teratasi!" Thomas/Stiles tertawa dan melompat masuk ke dalam jip. Scott menerima uluran tangannya untuk tos. 

Newt masih memperhatikan dalam diam, menyadari apa yang sedang disaksikannya. Inilah apa yang akan terjadi kalau dunianya masih utuh, tanpa penyakit dan tanpa radiasi matahari. Inilah Thomas dengan kehidupannya yang normal tanpa harus mengangkat senjata untuk melawan organisasi jahat yang menguasai dunia.

DI kehidupan Thomas yang ini, tidak ada Newt. Tidak ada Minho. Stiles dapat hidup dengan tenang, dengan seorang pemuda normal sebagai sahabatnya. 

Newt merasakan matanya mulai berkaca-kaca. Sahabatnya, yang tak akan pernah mengenalnya di dunia yang satu ini. Namun Stiles bahagia, dan itulah hal yang paling penting. Pemuda pirang itu berbalik dan melangkah menyusuri jalan beraspal panjang itu, membelakangi Thomas/Stiles di belakangnya.

Dia merasakan dunia di sekitarnya bertambah lebih terang lagi. Newt mengembangkan dadanya, merasa tenang dan siap menyonsong apa pun yang akan terjadi selanjutnya. Newt pergi, kali ini benar-benar pergi.

Sementara itu, Stiles menyipitkan mata di dalam jipnya, merasa melihat seseorang di jalanan depannya, hanya sekejap sebelum siluet itu menghilang. "Newt?" bisiknya, pelan, tak menyadari apa yang dikatakannya. Kata itu seolah terlontar begitu saja dari bibirnya, terasa familiar saat diucapkan. Stiles merindukannya, merasakan beban rasa bersalah yang berat di tubuhnya.

"Apa?" tanya Scott di sebelahnya. "Kau mengatakan sesuatu?"

Stiles menoleh padanya, dan perasaan tadi itu pun menghilang. "Tidak," katanya, lalu menginjak pedal gas. "Ayo."

Kedua sahabat yang lebih mirip saudara itu berkendara di bawah sinar terang matahari, bersiap untuk melawan makhluk selanjutnya yang ingin membahayakan kota Beacon Hills dan membunuh makhluk-makhluk mitologi. 

Keduanya punya banyak pekerjaan, karena Scott adalah manusia serigala pelindung kota Beacon Hills dan Stiles adalah rekan manusianya.

__

YEAY FANFICTION!! Crossover The Maze Runner dan Teen Wolf, dua-duanya favorit Rye sepanjang masa dan kebetulan pemeran Thomas di TMR dan Stiles di TW sama hehe. CErita Rye sejauh ini yang paling banyak dibaca adalah Daughters of Athena, crossover Harry Potter dan Percy Jackson yang suasananya mirip-mirip begini


Ini Newt dan Thomas dari Maze Runner

Dan ini Stiles dan Scott dari Teen Wolf

19 Juli 2020 - buat cerita dengan tema yang sama dengan ceritamu yang paling banyak dibaca di Wattpad tetapi dengan karakter yang berbeda.

Rye

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro