08. Past

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Igvin masih diam di penutup kepala Revia, sang pemilik duduk berdampingan dengan Virgilio dan berhadapan dengan Sylog.

Tiba-tiba saja Sylog tertawa melihat ekspresi yang dikeluarkan oleh Revia. "Santai saja, jangan terlalu tegang seperti itu," katanya sembari tertawa kecil.

Revia tertawa ragu, sedangkan Virgilio dan Igvin menatapnya datar.

"Jadi bisakah kau menceritakan bagaimana kau dapat bertemu dengan Vibirius itu?" tanya Sylog sambil menatap Revia dan Igvin bersamaan.

"Nama. Aku punya nama, Igvin. Aku bukan barang," kata Igvin kesal.

"Maafkan saya, jadi bagaimana kalian berdua dapat bertemu?" ralat Sylog setelah tertawa pelan.

"Bagaimana jika itu adalah sebuah rahasia?" tanya Igvin dengan senyum sinisnya.

"Apa kau sedang bercanda lagi Vin?" tanya Revia yang menggerakkan sedikit kepalanya ke arah Igvin.

"Kau memang pintar Revia!" kata Igvin yang seakan-akan menunjukkan jempolnya pada Revia.

"Kalian terlihat dakat ya," kata Sylog tersenyum senang.

"Tentu saja!" seru Igvin semangat.

"Anggap saja begitu," kata Revia pasrah.

"Hei! Ayolah bersemangatlah sedikit Revia!" kata Igvin sambil menggoyang-goyangkan bahu Revia.

"Ya ya terserahmu Vin. Oh iya, sampai lupa untuk memberitahukan pada bapak," kata Revia.

"Tidak apa, santai saja. Virgilio kau juga tak perlu khawatir saat bel berbunyi, masih lama kok." Virgilio hanya menatap remeh Sylog walau tak begitu terlihat.

Mulailah Revia bercerita mulai dari dirinya yang melakukan pekerjaan nya seperti biasa, tiba-tiba musuh datang, diselamatkan oleh Igvin sampai selesai. Sylog mendengarkan cerita Revia (yang beberapa kali di potong oleh Igvin) dengan serius. Sedangkan Virgilio menatap Revia dengan tatapan menahan amarah dan tangannya terkenal tanpa ada yang tahu.

Sylog menyandarkan punggungnya di sandaran sofa setelah cerita Revia berakhir. "Kau tadi mengatakan bahwa kau bekerja?" tanya Sylog setelah terjeda.

"I...ya," kata Revia sambil mengangguk ragu.

"Bukankah umurmu masih dalam waktu untuk bersekolah?" tanya Sylog dengan kedua alisnya tertekuk dalam.

Revia mengangguk sebelum kembali berbicara, "memang saya seharusnya sekolah, tetapi jika saya melakukan demikian tidak akan ada yang dapat membiayai kebutuhan saya," Revia menunduk dengan mata yang melihat ke sekeliling ruangan itu.

"Keluargamu? Orang tuamu?" tanya Sylog.

Revia menggeleng dan menggenggam kedua tangannya erat dan terdiam. Igvin langsung berinisiatif mengambil bentuk manusia dan memegang kepala Revia. "Orang tuanya telah tiada," kata Igvin mewakilkan Revia.

Sylog langsung tersentak, "maafkan aku..."

Revia menggeleng pelan, "tidak apa-apa. Itu sudah sangat lama." Senyuman dan air mata yang terlihat bersamaan itu membuat ketiga lelaki itu tertegun.

Igvin mengacak-acak rambut Revia. "Jangan sok kuat dengan air mata itu," kata Igvin kesal sedangkan Revia hanya tertawa pelan sembari mengusap air matanya.

"Lalu, bagaimana dengan sanak saudaramu yang lainnya?" tanya Sylog yang takut membuat gadis di depannya kembali mengeluarkan air matanya.

"Aku tidak tahu, setelah kebakaran besar itu aku dimasukkan ke dalam panti asuhan bersama yang lainnya."

"Kebakaran besar?! Yang lainnya?! Maksudmu kebakaran di kota Dioke belasan tahun silam?!" tanya Sylog tak percaya.

"Iya, bapak benar," kata Revia sambil menghapus sisa-sisa air matanya.

Sylog menghembuskan nafasnya dengan raut sedih. "Maaf, aku kembali membuka luka lama."

"Tidak apa, keingintahuan bukanlah kesalahan." Sylog menatap Revia yang kini menampakkan senyum manisnya. "Itu kata bunda Elly."

"Elly? Ellyta?" tanya Sylog.

"Bapak tau bunda Elly?" tanya Revia bingung.

"Tentu saja, ia adalah salah satu teman yang benar-benar teman," kata Sylog sembari tertawa. "Bagaimana kabarnya sekarang?" tanya Sylog kembali ceria.

"Meninggal karena sakit beberapa tahun lalu." Keadaan kembali suram, Sylog terdiam dengan senyuman yang tertahan. "Kata dokter ia terlalu kelelahan karena mengurus banyak anak-anak di panti asuhan."

Sylog mengusap wajahnya kasar. "Maaf, aku kembali mempertanyakan hal tabu."

"Tidak apa-apa. Karena bunda Elly aku dapat kembali merasakan suasana kekeluargaan. Bunda Elly juga yang mengajarkan kami membaca dan menulis," jelas Revia sembari tersenyum senang.

"Kau tidak disekolahkan?"

"Tidak perlu, ada adik-adikku yang jauh lebih pintar dan lebih pantas untuk masuk ke sekolah. Aku sama sekali tidak memusingkan hal itu," kata Revia yang tetap tersenyum lebar.

"Kenapa kau tak pernah cerita?" tanya Igvin.

"Karena kau tidak pernah bertanya," Revia tertawa kecil setelahnya.

"Bagaimana jika kita mencari udara segar?" tanya Sylog sembari berdiri. "Sekaligus aku ingin tau sampai mana kemampuan mu."

........

Revia menatap sekelilingnya ragu. Dari halaman sekolah ini dapat terlihat gedung sekolah ditambah jam istirahat yang entah mengapa terasa begitu lama membuat para murid melihat ke arah mereka berempat.

"Huh? Ada yang menantang pak Syl?"

"Yakin tuh?"

Revia melirik ragu arah bisik-bisikan yang tertangkap oleh telinganya. Ia menatap Sylog yang menampakkan senyum tanpa dosa.

"Permisi... Apakah bapak yakin?" tanya Revia ragu.

"Tentu saja. Sebetulnya aku cukup penasaran dengan kekuatan sayapmu," kata Sylog yang terus tersenyum. "Jika ada sesuatu yang salah ada Virgilio di sini," Sylog menunjuk Virgilio yang (ditahan olehnya) berdiri di dekat sana.

Igvin tertawa pulas begitu saja walaupun ditatap tajam oleh Virgilio. Revia tetap menatap ragu di segala arah. Virgilio yang melihat itu menghembuskan nafasnya dan membuang wajahnya kesal, "tenanglah, aku di sini."

"Tenanglah, aku ada di sini." Revia terdiam menatap Virgilio. Suara anak kecil tiba-tiba saja terdengar walaupun berbeda kata.

"Revia! Bersiaplah!"

"Eh iya! Huh... apa?" Revia yang telah memasang kuda-kudanya kini terdiam karena apa yang ia katakan secara refleks.

Sylog tertawa pelan sembari menyerang Revia dengan rantai besinya yang ia arahkan dari samping. Revia dengan cepat langsung menunduk dan Igvin yang berada di belakangnya menahan rantai itu dengan tangannya. Dengan sekejab rantai besi itu langsung meleleh hampir sampai di tangan Sylog oleh kekuatan Igvin.

"Sudah aku bilang kau mempunyai refleks yang bagus!" kata Igvin senang.

"Saking bagusnya sampai asal mengatakan 'iya' begitu saja," gerutu Revia pelan. Igvin yang bingung melihat ke arah Revia. "Tidak, abaikan saja," kata Revia sembari berdiri.

"Tak perlu rencana ya, pakai insting saja," kata Igvin senang.

Revia menatap Igvin horor. "Apa?! Kau gila?! Aku bukan vibirus tau!!" seru Revia kesal.

"Tetapi instingmu hampir sama seperti vibirus," kata Igvin yang mendekatkan wajahnya pada Revia hingga dapat dikatakan sangat dekat. Lalu Igvin menarik kerah belakang Revia dan membuatnya memutar. Dengan cepat Igvin kembali melelehkan rantai yang datang.

"Oh iya, aturannya cukup sederhana. Kau cuman perlu menyentuhku, tak perlu sampai menjatuhkanku," kata Sylog yang kembali memutuskan rantainya.

"Menyentuh..." gumam Revia.

"Kau bisa?" tanya Igvin yang sedikit menoleh ke belakang. "Tunggu, tak perlu di tanya, kau pasti bisa!" Igvin kembali menoleh ke depan dengan senyuman senang di wajahnya.

Revia menggerutu kecil dan kembali memikirkan apa yang harus ia lakukan. Setelah rantai ketiga telah dihancurkan Revia berlari dan terbang menuju Sylog sembari menghindari rantai-rantai yang diarahkan padanya. Saat telah mendekat Sylog mencoba mengikat Revia dari dua sisi tetapi ternyata Revia terbang ke atas dan menunjukkan Igvin yang tersenyum sinis. Di tangannya telah ada api yang membesar membentuk dua buah bola di tangannya.

Sylog yang kaget langsung membentuk rantai menjadi perisai di depannya, bersamaan dengan itu Igvin melemparkan kedua bola api itu ke arah pria di depannya. Sylog terdorong kebelakang dan membuat bekasan di tanah berumput itu. Tiba-tiba ia merasa sebuah tepukan di belakangnya, saat ia menoleh terlihat Revia di belakang.

"Tersentuh," kata Revia pelan.

Keheningan terjadi, semuanya terdiam kecuali Igvin yang tersenyum penuh kemenangan dan Revia yang tersenyum ragu. Keheningan itu di pecahkan oleh tawa Sylog yang sangat besar.

"Kerja sama kalian bagus sekali!" serunya yang menampakkan senyum lebarnya.

"Tentu saja karena ia mempunyai refleks yang sangaaat bagus ditambah insting kami para vibirus, tidak perlu di pertanyakan," kata Igvin sambil berdecak pinggang dengan bangga.

"Aku akui itu. Ditambah aku sempat salah fokus untuk melihat sayapmu secara langsung Revia. Dapatkah kau berputar sebentar?" Revia mengangguk dan berputar pelan di tempat itu juga. "Memang sayapmu sangat bagus. Aku belum pernah menemukan seseorang yang mempunyai kekuatan sayap."

"Terima kasih. Sepertinya kekuatan ini sangatlah langka ya?" tanya Revia pelan.

Setelah itu mereka berbincang sejenak sampai akhirnya Revia dan Igvin pamit undur diri. Hal yang mereka tak ketahui sedari tadi bahwa Aquory dan master-nya melihat pertarungan mereka tadi.

.
.
.
.
.

Anggap saja saya malas mengetik di paragaraf terakhir :v

SABTU OY! UDAH SABTU!!

Yah sama seperti cerita baru itu, nggak perlu siang-siang buat up. Subuh aja *tersenyum bangga*!

Ngomong-ngomong saya harus ngebut nih bikinnya. Habisnya belum kepikiran epic cerita ini hehe...

Kalo di bayangkan... Cerita ini mungkin akan tamat... 30 chap? *menekuk alis ragu* Yah! Semoga nggak sepanjang itu! AIMW aja nggak sepanjang itu muhehehe...

Selamat hari libur kawan. Maap, saya lupa kapan kalian benar-benar libur. Selamat mempersiapkan ajaran baru~~

-(23/06/2018)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro