09. Again

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Revia mengelus pelan kepala Ethan yang terlihat menikmatinya. Hari ini terlihat tempat pariwisata itu cukup sepi. Ada yang merapikan tatanan barang-barang, membersihkan jalanan dari daun, berdiam dan sesekali membantu pengunjung yang ada.

"Ada apa dengan hari ini? Mengapa sangat sepi di sini?" tanya Igvin dengan tubuh manusianya yang mendekati Revia lalu bersandar pada sebuah sapu.

"Tidakkah kau dengar mengenai berita akhir-akhir ini?" tanya Revia yang memberhentikan aktifitasnya.

"Mengenai serangan yang semakin keji?" tanya Igvin sambil melirik ke arah Revia.

"Yup, karena itu... khususnya orang tua yang mempunyai anak yang masih kecil tidak berani keluar dari rumah mereka. Bukankah tadi diberi tahu bahwa sekolah-sekolah di liburkan untuk beberapa hari?" tanya Revia yang menatap Igvin kesal.

"Wah, ternyata kau melihat berita juga." Hanya sebuah suara tak asing kini membuat kedua (tambah si naga) menoleh ke sumber suara. Terlihat Sylog berjalan dengan senyum manisnya.

"Huh? Kenapa bapak ada di sini?"

"Wanitaku sedang bosan dan tertarik untuk datang kemari," kata pak Sylog tetap menunjukan senyumnya.

"Wah walau keadaan kota seperti ini masih saja ada yang berpikiran seperti itu," kata Igvin dengan nada mengejek.

"Tidak masalah bukan?" seseorang kini berjalan mendekati mereka bertiga. Seorang wanita anggun dengan surai ungunya yang diikat satu menunjukan senyum cerianya.

"Tidak masalah, tetapi bukankah orang yang berpikiran seperti itu sedikit gila?" Jiatakan keras langsung di dapati setelah Igvin berkata seperti itu.

"Perhatikan kata-katamu!" bisik Revia kesal.

"Tidak apa-apa, bukankah orang-orang yang keluar di saat seperti ini memanglah gila?" tanya wanita itu masih dengan senyum cerianya.

"Sudah bercermin ya?" Jitakan kembali dirasakan oleh Igvin.

"Gila untuk mengorbankan nyawa demi orang lain," kata wanita itu walau tetap tersenyum, matanya menunjukkan tatapan sendu. "Ngomong-ngomong, mumpung bertemu denganmu bolehkah aku melihat sayapmu itu? Aku penasaran setelah Syl menceritakan dirimu padaku," kata wanita itu kembali ceria.

"Eh, oh, boleh saja," kata Revia yang sedikit bingung. Sebelum itu, ia menaruh Ethan di kandangnya untuk sejenak baru ia menunjukkan sayapnya.

Wanita itu terlihat kagum dan tersenyum senang. "Bolehkah kau berbalik?!" tanya wanita itu ceria yang dibalas anggukan oleh Revia.

Revia berbalik dan tak sengaja sedikit terbang dikarenakan tempat yang sempit. Walaupun begitu sorotan mata kagum itu semakin menjadi-jadi. "Indah sekali!!" sorak wanita itu ceria.

"Terima kasih... Um..."

"Oh, sedari tadi aku belum mengatakan namaku ya? Maafkan aku, namaku adalah Angela," katanya sembari tersenyum cerah.

"Salam kenal, saya Revia, lalu yang ini Igvin." Tangannya menunjuk bergantian antara dirinya lalu Igvin.

"Tentu-tentu. Sylog sudah menceritakan mengenai kalian. Sebuah hubungan yang menarik ya?" tanya Angela yang terus saja tersenyum.

"Ya...." Revia melirik Igvin yang tersenyum penuh arti padanya.

"Lalu siapa lelaki imut di belakang sana?" tanya Angela sembari menunjuk Ethan yang berada di dalam kandangnya. Ethan memiringkan kepala bingung karena merasa di tunjuk.

Revia melirik arah jari Angela, "oh, ia bisa di katakan maskot di tempat ini. Namanya adalah Ethan," kata Revia sembari mendekatkan tangannya untuk dinaiki kembali oleh Ethan. Setelah menaiki tangan Revia, Ethan mengembangkan sayapnya saat namanya terpanggil.

"Wah... salam kenal. Boleh aku mengelusnya?"

"Tentu saja silahkan, ia sudah jinak," Revia tersenyum mengakhiri perkataannya sembari mendekatkan Ethan padanya.

Perlahan Angela mendekatkan tangannya ke kepala Ethan yang disambut baik olehnya. Angela terlihat senang dan menikmati mengelus Ethan, begitu pula dengan yang di elus.

Setelah berbincang sebentar akhirnya mereka pamit untuk kembali menikmati tempat itu. Revia melambai sampai akhirnya mereka cukup jauh dan kembali melanjutkan aktivitas yang tertunda tadi.

Karena pengunjung yang sedikit akhirnya tempat itu di tutup saat sore mulai menjelang. Revia dan Igvin kembali menghabiskan waktu di bukit seperti biasanya.

Mereka terdiam menikmati angin yang berhembus dengan mata terpejam. Tiba-tiba Revia merasa angin yang berhembus semakin dingin.

"Vin, apa kau merasa angin semakin dingin?" tanya Revia tanpa membuka matanya.

"Huh? Aku pengendali api dan aku sudah bisa membuat perisai saat dingin tiba. Di tambah itu otomatis."

Revia membuka matanya dan terlihat sesuatu yang tajam dan cukup bening menuju ke arahnya. Dengan cepat ia mengambil Igvin yang di sebelahnya lalu melompat ke belakang. Setelah itu terlihatlah bahwa sesuatu yang mengarah kepadanya seperti terbuat dari es.

"Es?" Hanya ada satu orang yang terlintas di kepalanya dan saat ia menoleh ke depan dan terlihatlah seorang wanita yang memakai jubah dan memasang senyum sinis padanya.

"Lama tak berjumpa heh?"

Revia mengepalkan kedua tangannya. "Iya, sangat lama tak berjumpa."

"Hm... bukankah kita masih ada yang belum selesai?" tanya wanita itu dengan senyum sinisnya.

"Itu hanya menurutmu saja, tidak untukku," kata Revia berusaha tenang.

"Kenapa? Memangnya kalian bertengkar di saat aku tidak ada? Ckck dasar wanita," kata Igvin dengan tubuh tringgiling sambil melipat kedua tangannya dan menggeleng.

"Enak saja! Aku....-" Tiba-tiba Igvin terlempar ke belakang. Sebuah tangan akhirnya menangkap Igvin tanpa halangan. "Igvin!"

"Kalau kau mau teman kecilmu bebas, maka kalahkan dia dulu," kata seorang lelaki yang menunjuk wanita itu. "Haaaah, sebenarnya aku tak mau melakukan ini. Menyusahkan."

"Hei pak tua! Awas saja kalau kau melepaskannya!" seru wanita itu kesal.

"Tenang saja Tasha, kau bisa mempercayaiku... sepertinya."

"Pak tua bodoh! Awas sampai kau benar-benar melakukannya!!" seru Tasha dengan amarah.

"Revia... jangan terburu-buru, santai saja~" kata Igvin yang terlihat seperti tidak ada apa-apa.

"Tetapi..."

"Hei pak tua, kau ada permainan?"

"Aku ada kartu."

"Wah bagus! Ayo kita bermain!" Lalu mereka berdua langsung siap dengan gaya memainkan kartu di tangannya.

"APA-APAAN ITU?!" seru Tasha kesal.

"Diamlah kita sedang serius," kata keduanya dengan tampang serius dengan kartu di tangannya.

"Benar-benar tak perlu di khawatirkan ya..." kata Revia pelan.

"Hei kau!" tunjuk Tasha yang membuat Revia menoleh padanya. "Walaupun aku membawa orang gila, tetapi aku benar-benar serius ingin mengalahkanmu."

"Tunggu, kau memilih orang yang salah, aku sama sekali tak bisa melawan."

"Aku tidak peduli. Lebih baik kau bersiap!"

"Eh?! Apa?!"

Sebuah es kembali datang mengarah kepadanya. Dengan cepat Revia membuka sayapnya untuk menghindari serangan tersebut.

"Tu-tunggu! Kau yakin dengan ini?"

"Ya, sampai kau tak lagi bisa bergerak."

"Eh?!"

.
.
.
.
.

Saya baru sadar suka pake "Dengan cepat", "Dengan ini", "Dengan itu", dan saudara-saudaranya :v.

Btw di tempat saya sudah berganti hari loh... Sudah sabtu loooh :3

Mending saya ingat di jam segini soalnya kamis kemarin saya hampir saja lupa :"v

Terima kasih yang sudah menunggu cerita ini ya~

-(30/06/2018)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro