[16] : Lee Haechan dan Dua Bocah Kecil

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

• From Home •

Ya allah—aku kapan banyak duit?

EchanKhusyuk

Jadi laki-laki harus berani!

—Lee Haechan—

•~~•

Hari ini Jaemin dengan sengaja membawa gel rambutnya untuk kegiatan abal-abal bermanfaat—kalau kata Haechan— berhubung baru pulang sekolah jadi bisa ngereog dulu bentar sebelum dijajanin siomay rebus sama Mang Atuy, hal itu menjadikan dirinya sasaran utama sebagai manusia yang harus di tekankan untuk berbagi.

"Bagi Jaem!"

"Sini-sini gue pakein"

Jaemin mengoleskan gel rambut berwarna biru itu ke telapak tangannya sebelum berakhir pada rumbut lurusnya Renjun.

"Sini gue yang sisirin—TARAA MAKJRENG!" Haechan menukas.

"GANTENG!"

"Bentar Bre, kerupawanan kita ini perlu di abadikan"

Dengan segera Haechan mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana, tangannya diluruskan agar ketiga temannya itu masuk dalam satu frame.

"Widihhhh udah seganteng Johnny Orlando!"

"UPLOAD CHAN UPLOAD!!!"

haechanahceah

33 Like
Gapapa udah ganteng yang penting ketjeh!

#ganteng #senggolbos #hits #bandungjuara

15 detik yang lalu

_Jeongjaehyun idih si najis
yuu_taa_1026 idih-idih....idih najis banget gue liatnya
haechanahceah @ _Jeongjaehyun @ yuu_taa_1026 Iri? Bilang Bos!
na.jaemin0813 yang jaket hijau ganteng banget 😍
haechanahceah jaket biru Dongker kiyowok ❤️❤️😍
yellow_3to3 @ haechanahceah SINTING!!!!

I_Je_Jeno @ na.jaemin0813 cuh...
na.jaemin0813 @ I_Je_Jeno ☹️

"Punya guru kerjaannya nyinyir mulu kaya acara gosip—nanti tuanya jadi keledai gimana coba" Renjun bergumam pelan yang tanpa sengaja didengar oleh Jaemin.

"Iri sama kegantengan Jeno"

"Gak mau kalah ganteng mereka tuh"

"Gue mau cari kamar mandi dulu" Haechan dengan segala sat-setnya, bergegas keluar dari mobil milik Yuta yang terlihat penuh dengan jajanan chiki yang baru saja mereka beli.

"Ngapain?"

"Lo pikir ngapain gue ke kamar mandi?"

"Pipis?"

"Berak—mau ikut?"

"Nggak, jangan lupa nyalain kerannya, biar suaranya agak tersamarkan gitu"

"Bilangin ke si Atuy buat nunggu" Haechan mengangkat sebelah alisnya seraya memberikan tanda hormat kepada ketiga sobat karibnya itu.

"Siap!"

"Ngapain lagi kalian?!"

"ASTAGHFIRULLAH PA! GAK LIAT SAYA LAGI ANTENG ADEM AYEM KAYA MUKANYA ALWI ASHEGAF?!"

Renjun bersikukuh kalau mukanya seadem ubin masjid.

"Nggak, muka kamu tampang dosa soalnya"

"Nyebut pa nyebut"

"Kalau mau masuk tuh ketok dulu pa, gak sopan!"

"INI KAN MOBIL SAYA! TERSERAH SAYA LAH!"

"Haechan mau berak dulu katanya Pa"

"30 menit yang lalu saya udah bilang yang mau ke toilet, silahkan cari, kenapa baru sekarang hah?! Lama kan jadinya! Nunggu lagi!"

"YA BARU KERASANYA SEKARANG GIMANA TUY?!"

"NYOPAN TU LAMBE!" Yuta greget banget pengen banting tulang.

"Lagian juga Bapa santuy-santuy aja tuh kan sempet ngekomen postingan Haechan!" Harga diri Renjun kini menggebu-gebu.

"Ya terus?"

"Ya terus ya terus, udahlah kita makan sekitar sini aja, Siomay rebus mau?"

"Mau!!!"

"Kasih tau Haechan—kita tunggu dulu itu bocah"

•~~•

"Beuh...mantap banget pa"

"Mang Atuy emang paling tau soal kuliner enak"

"Kalau kalian banyak nurut sama saya, nanti saya ajak keliling cari kuliner sedep"

"Asik!"

"Udah ini kemana lagi Pa?"

"Pulang lah, gak usah minta saya ajak kemana-mana lagi, saya lagi sibuk, kalau mau main silahkan, kalian sendiri aja gak usah saya anter"

"Iya pulang, tapi anterin"

Yuta menganggukan kepalanya.

Awak Dewe Tau Dewe
Bayangan Besok
Yen Wes Wayah Omah-omahan~

Dering dari ponsel Haechan membuat Renjun dan Jaemin seketika berdiri, Haechan yang melihat kedua temannya itu malah asik berjoget malah ikutan buat joget-joget gak jelas, menimbulkan tatapan kebingungan dari orang-orang disekitar mereka.

Aku Moco koran sarungan
Koe Belonjo Dasteran~

"OA—OE!!!"

Melihat Haechan, Renjun, dan Jaemin yang joget-joget gak jelas, Jeno hanya dapat menahan malu, dan Yuta yang mati-matian buat nggak nabok itu bocah tiga.

"Halo?" Haechan mengangkat ponselnya setelah sama-sama joget asik bareng Renjun dan Jaemin tadi.

"Yeu lagi asik juga"

"Haechan pake celananya Chan!"

"Kampret maneh"

"Eh Bu maaf-maaf" Haechan tersenyum sesaat sebelum matanya berkilat kearah Renjun.

Selama beberapa saat tidak ada reaksi apapun kecuali Jeno dan Jaemin yang rebutan makan kerupuk kulit.

"Saya kesana Bu" setelah mematikan ponselnya dengan segera Haechan menarik telapak tangan Yuta untuk ia cium, persis anak sekolahan sopan pada umumnya, Yuta sampai curiga Haechan kerasukan setan sopan dari daerah mana coba.

"Mau kemana kamu?"

"Izin pulang dulu pa"

"Kemana?"

"Pulang duluan bre!" Dengan segera Haechan mengambil tasnya dan membereskan barang-barang yang sempat ia keluarkan tadi.

"Buru-buru amat Chan"

"Duh ini Ade aing"

"Sungchan?"

"Bukan"

"Yang mana woy Ade lu ada banyak!!"

"Yang China!"

"Oh si Chenle?"

"Kenapa tu bocah?" Tanya Jaemin yang masih asik nyemilin kerupuk kulit.

"Jatuh katanya dari tembokan sekolah, gue di telepon gurunya—duluan ya!"

"Mau di anter kaga?"

"Kaga usah"

"Yoi dah hati-hati"

"Duluan ya mang, makasih siomaynya —Love you segede biji salak" setelah berpamitan secara singkat itu, kini Haechan dengan tergesa berlari keluar, membuat Yuta kembali diserang rasa heran.

"Haechan punya Ade?"

"Banyak Pa"

"Satu ibu?"

"Banyak Ibu"

Ucapan Jaemin tadi menimbulkan lipatan dahi yang lebih kentara dari sebelumnya.

"Nah kan keliatan suka nonton sinetron azab"

"Ya kamu kalau ngomong jangan ambigu gitu bocah sableng!"

"Bilang dulu 'Jaemin Ganteng, Kasih tau dong' "

"OGAH BANGET!"

"Yaudah gak usah tau"

Yuta hanya dapat mendengus dengan kesal.

"Sekali coba 'Jaeminn' " Anak itu kini tersenyum dengan lebar, menatap lekat ke arah manik mata hitam milik Yuta seraya berlahan mencondongkan tubuhnya untuk mendekati Yuta.

"Kamu mau saya tampol?!"

"Gantengggg"

"..."

"Ayo dong Pa 'Jaeminn—Gantengggg—"

Pletak!!!

Jaemin di tampol beneran.

"Ibunya Haechan punya panti pa, makanya tadi Jaemin bilang kalau Haechan Adenya banyak"

Yuta manggut-manggut paham ketika mendengar pemaparan Jeno tadi sedangkan Jaemin masih manyun di pojokan.

"Terus yang ngelola siapa?"

"Saya kurang tau sih pa, tapi yang saya liat cuman ibunya doang, bukan panti asuhan resmi sih, tapi gak tau kenapa ada aja anak yang kesitu tiap tahunnya, jumlahnya juga gak banyak, jadi yang ngurus pasti cuman ibunya Haechan—makanya Haechan juga harus turun tangan kalau ada apa-apa"

"Penjelasan dari kamu udah cukup jelas buat saya"

"Asik pinter"

"Udah selesai makannya?"

"Dikit lagi Pa"

"Jaemin, ayo pulang"

•~~•

"ABANGGGGGG!!!!" Satu teriakan melengking seketika menyeruak ketika langkah kaki Haechan memasuki ruang UKS sekolah adik-adiknya, memperlihatkan Ji-Sung yang langsung berlari merengek kepadanya dan Chenle yang sedang menangis sesenggukan di atas dipan.

"Kok yang nangis Jisung? Yang sakit siapa?"

"Chenle"

"Terus lo ngapa nangis bocah?" Ji-Sung hampir di toyor sama Haechan kalau aja gak liat ada gurunya disana.

"Se...hiks..dih liat Chen..hiks...le"

Haechan merangkul anak itu sebelum kembali berjalan menghampiri seorang wanita paruh baya yang mengenakan baju berwarna coklat andalan PNS.

"Maaf ya Bu merepotkan" Haechan sedikit membungkuk tanda hormat.

"Nggak apa-apa, kan ini  tugas saya, tadi kayanya Chenle lagi bercanda sama anak-anak lain—saya juga gak liat, tadi tiba-tiba di anterin sama Mang Dadang katanya jatuh dari tembokan"

"Namanya juga anak-anak Bu, Terimakasih banyak udah di urusin Chenle nya"

Mata Haechan beralih ke arah Chenle yang mukanya udah merah banget maceman lobster baru beres direbus, hidungnya penuh dengan ingus, matanya tak henti mengeluarkan air mata, dan bibirnya melengkung kebawah, membuat Haechan ingin sekali mengambil fotonya untuk dijadikan foto profil akun social media milik Haechan.

"Sakit bang"

"Chenle kan kuat, anggap aja ini kenangan masa lampau—Asoyyy Ketjehhhhh"

"SAKIT ABANG!"

Bisa-bisanya abangnya ini bercanda padahal Chenle lagi kesakitan.

"Sini tangannya, Abang do'ain biar cepet sembuh"

Anak itu menjulurkan tangannya ke arah Haechan yang langsung merapalkan do'a seraya meniup-niup lengan Chenle.

"Abang"

"Apa? Pengen Yakult? Nanti kita beli"

"Gak mau Yakult" Ji-Sung menjawab.

"Apa? Es krim Aice mau?"

"Mau"

"Abang jangan pergi kemana-mana ya?"

"Emang Abang bakalan kemana sih Le?"

"Pokoknya Jangan kemana-mana!!" tukas Ji-Sung yang langsung bersandar kepada Haechan.

"Kalau Abang gak ada, aku gimana?"

"..."

"Kalau Abang gak ada, anak-anak panti gimana?"

"Abang gak akan pergi kemana-mana, ini buktinya Abang masih disini"

"Abang"

"Kenapa?"

"Huweeeeee aku sayang Abang!"

"Etdah bocah!"

"Abang"

"Apa?"

"Aku tau kok Abang cape—aku tau kalau Abang pusing"

"..."

"Jadi Abang jangan sampai sakit ya"

Ucapan Chenle tadi yang disertai dengan mata yang berbinar membuat Haechan justru terdiam selama beberapa saat.

"Kamu jangan mati dulu Le!"

"SIAPA YANG MAU MATI, ABANG!"

"ITU NGOMONGNYA KEK UDAH DI AKHIR HAYAT"

"ABANGGG!!!!"

"Iya-iya—" Haechan sedikit menutup telinganya tak kala mendengar Chenle menjerit sebelum akhirnya beralih untuk menghadap ke arah gurunya Chenle.

"—Bu, maaf ya, saya bawa Chenle pulang dulu, terimakasih banyak"

•~~•

"Abang"

"Apa?"

"Gendong"

"Kan yang sakit tangan bukan kaki"

"GENDONG!"

Haechan menyerah, dengan segera ia memindahkan posisi tasnya lalu berjongkok membelakangi Chenle, mempersilahkan tempat bagi anak itu untuk segera naik ke punggung nya, tangan yang satunya ia gunakan untuk tetap menggenggam tangan kecil Ji-Sung yang terlihat iri ingin juga digendong.

"Abang"

"Kenapa lagi Le? Kepala kamu kepentok dahan pohon rambutan tadi pas Abang gendong?"

"Nggak, kan jauh"

"Terus kenapa? Dari tadi 'abang-abang-abang' kenapa hah?"

Alih-alih segera menjawab pertanyaan Haechan, anak itu justru memilih untuk menyandarkan kepalanya di atas bahu Kakaknya itu.

"Abang tau kan aku gak pernah ngerasain kalau aku punya ayah"

"..."

"Aku juga gak pernah ngerasain gimana rasanya main bola sama ayah"

"..."

"Atau Jalan-jalan ke suatu tempat sama ayah"

"..."

"Karena emang dari kecil aku gak punya"

"..."

"Tapi sekarang aku punya abang—aku gak akan lagi ngerasa kaya gitu—Abang ada sama aku, sama Ji-Sung, sama anak-anak yang lain juga—Sibuknya Abang pasti ada waktu buat main sama kita, Capenya Abang pasti selalu ada senyum buat kita, segimana padat apapun kegiatan Abang, Abang pasti ada waktu buat sekedar ngecek PR kita"

"..."

"Jadi aku harap, aku bisa kaya gini terus—aku pengen terus sama Abang"

"Chenle—Jisung—dengerin Abang, Abang pasti bakalan terus ada buat kalian—Apapun alasannya pasti bakalan Abang usahakan"

Kedua anak itu hanya terdiam, tak ada respon yang mampu mereka keluarkan kecuali mengeratnya genggaman tangan Ji-Sung atau dekapan Chenle pada punggung Haechan.

"Tapi bakalan ada keadaan dimana kalian harus bisa menghadapinya sendirian, tanpa Abang—tapi kalau kalian kewalahan, Abang pasti bakalan datang buat jadi tameng kalian"

"Abang kenapa lewat sini?" Di tengah percakapannya dengan Haechan, Ji-Sung memilih untuk kembali menarik tangan laki-laki itu, nampak enggan untuk melanjutkan perjalanannya.

"Ada yang punya anjing besar disini, Bang"

"Nah, makanya—Ayo kita jadi pemberani!"

"Gak mauu"

"Kan ada Abang"

Kedua anak itu terlihat menggeleng.

"Buat hari ini Abang bakalan ajarin gimana cara jadi berani"

"..."

"Terutama berani untuk tetap bisa menghadapi apapun, sekarang coba tegakin punggung kalian, angkat dagunya, liat lurus ke depan, terus teriak 'AKU PENGEN ES KRIM AICE!!!' "

"Kenapa harus teriak pengen es krim Aice?"

"Karena kita punya tujuan"

Haechan memegang erat tangan Ji-Sung lalu segera berlari kencang seraya meneriakan keinginannya untuk membeli es krim yang sedang menanti di ujung sana.

Melewati riuhnya gonggongan anjing serta suara teriakan Chenle dan Ji-Sung yang terdengar kentara, Haechan hanya dapat tertawa.

•~~•

"Kenapa sih Bang, kita harus jadi berani?" Tanya Chenle dengan mulut yang penuh dengan es krim berperisa vanila.

Karena belum tentu semesta ingin berbaik hati sama kalian, Haechan membatin.

"Biar kalian gedenya jadi power ranger"

"Aku mau jadi Ranger merah!"

"Aku Biru!"

"Loh gak rebutan?"

"Jisung suka Elsa, makanya suka biru"

"CHENLE!"

"APA?!"

"Suka kok sama yang fiksi" kekeh Haechan.

"Nggak kok, kata temen aku Elsa tinggalnya di Antartika soalnya gak kuat panas"

Manusia tukang ngibul mana lagi yang habis ngobrol sama Ade gue?

"Temen mana?"

"Bang Ojun!"

"Ngaji yang bener! Main mulu kerjaannya!"

"Iya aku ngaji tapi boleh main juga ya Bang?"

Haechan mengangguk "Nanti, jangan bilang ibu ya, Abang jajanin kalian es krim"

"Amannn"

"Emang kenapa?"

"Soalnya Chenle mau pilek"

•~~•

• From Home •

•~~•

ToBeContinue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro