[2] : Lee Jeno dan Petikan Gitar

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

• From Home •

•~~•

Dengan restu mama di rumah, insyaa allah gue menerima Aram sebagai majikan gue

JenoBudakKucing

Suara tangisan merupakan lagu paling menyedihkan yang pernah gue dengar

Jeno

•~~•

—Jeno baru saja meletakkan sebuah kotak bertuliskan luwak white coffe ke dalam kamarnya, jangan harapkan isinya beneran luwak, tapi Aram yang secara diam-diam ia bawa kabur pulang ke rumah, anak itu sempat bersin berkali-kali tak kala hidungnya bergesekan dengan bulu lebatnya Aram.

Tapi agaknya Aram tidak begitu paham, kucing berbulu orange itu tetap mengeong seraya mengikuti setiap langkah Jeno.

Sudah sering Jeno melihat Aram bertandang ke ruangan Taeyong dulu, dan mendapati kucing itu yang selalu mengeong ke arah meja kerja laki-laki itu.

Ternyata bukan hanya dia yang merasa begitu kehilangan atas kepergian Taeyong.

"Denger Ram, budak Lo yang sekarang nggak setajir budak Lo dulu—Jadi buat seminggu ini Lo gak akan makan dulu wishkas, tapi ikan pindang yang dicampur nasi, dan juga mungkin bulu Lo bakalan rontok sementara—tapi tenang aja gue bakalan nabung dulu biar bisa beliin Lo wishkas"

Aram mengeong lirih, nampaknya tak setuju dengan ucapan Jeno.

"Lo harus ngerti, orang yang sering ngasih Lo wishkas—" Jeno sedikit tercekat anak itu menatap nanar ke arah Aram yang masih mengeong "—sekarang udah gak ada Ram"

Jeno menarik nafasnya panjang, membuat kucing yang ada di hadapannya ini memiringkan kepalanya, mungkin kucing oren itu sedang bertanya-tanya, apa maksud dari perkataan Jeno tadi?

"Jadi mau Lo ngeong terus di meja kerja dia, dia gak akan pernah bisa kembali lagi"

Kali ini Aram mengerti kenapa piring makan yang ada di kantor sekolah nampak selalu kosong, kucing itu segera mengeluskan tubuhnya ke arah kaki Jeno mencoba memberitahu kepada anak laki-laki itu bahwa dia bersedia untuk makan ikan pindang dicampur nasi.

"Iya, gue juga kangen Pa Taeyong"

Jeno mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Aram beberapa kali, setidaknya Jeno tak akan merasa sendirian dengan kehadiran kucing itu di kamarnya.

"Jenn?"

"Iya ma?"

"Ini ada Jaemin, turun nak"

Tanpa berfikir panjang lagi Jeno segera berjalan keluar kamarnya untuk menemui Jaemin yang sedang mengobrol bersama ibunya.

"Sering-sering aja nginep disini, di rumah gak ada siapa-siapa kan sepi, disini aja temenin Jeno"

"Tapi saya harus kerja—"

"—Oh iya, kalau libur aja kesini gak apa-apa—Jaemin udah makan nak?"

"Sudah Bu, tadi sebelum kesini"

"Nanti-nanti kalau libur tuh makan disini aja ya, Nggak apa-apa kok, biar lebih ramai"

"Ma—"

Wanita itu mengalihkan pandangannya ke arah Jeno dengan wajah yang berseri "Jaemin mau nginep katanya—tadi Mama gak sengaja ketemu pas di angkot—Mau mama bikinin sesuatu?"

"Nggak usah Bu, saya bawa makanan juga soalnya nanti malah gak kemakan mubazir" ucap Jaemin menyerobot.

"Yaudah, ke atas aja langsung ya—Jen?"

Jeno hanya mengangguk, senyumnya tertarik seraya mengedikkan kepalanya ke arah kamarnya, memberikan isyarat pada Jaemin untuk segera mengikuti langkah Jeno.

"Tumben Lo"

"Tadinya mau ke rumah si Renjun, tapi kayanya bokapnya masih punya dendam kesumet sama gue—"

"—Sebenernya lo ada masalah apa sih sama bokapnya Renjun?"

"Renjun kepergok pertama kali mabal pas lagi sama gue, bokapnya galak banget uy, takut aing"

"Gue pernah ketemu, hawanya kaya tukang dagang ketemu satpol pp"

Jaemin mengangguk setuju "terus kalau rumah Haechan, gue lagi kaga bawa duit banyak, makanan juga seadanya, kaga enak banyak bocah gue gak bisa bagi-bagi"

"Ngerti gue"

"Nanti dah kalau gue gajian"

"Jadi akhirnya Lo memilih kesini?"

"Yoi—nih" Jaemin mengeluarkan sekantung kresek penuh makanan dari dalam tasnya

"Apaan?"

"Amer"

"Beneran Amer" Jeno terkekeh geli saat melihat isi dari kresek yang dibawa Jaemin tadi.

"Tadi gue habis ke rumah sakit, Pa Taeil bawa banyak buah yaudah gue bawa"

"Ini yang namanya kerja cerdas"

Jeno dan Jaemin tertawa, kedua anak itu duduk lesehan di lantai memandang secara seksama Aram yang sedang tertidur di atas dipan milik Jeno yang justru membuat Jaemin membulatkan matanya.

"Itu si anak haram?"

"Hooh"

"Lo bawa kesini?!"

"Hooh"

"Gak waras Lo"

"Paan yang kaga waras?"

"Tu kucing garong—Jen terakhir gue bawa dia balik gue dicakar abis-abisan, berasa gue bakalan mati gara-gara di amuk oleh tahta tertinggi dunia perkucingan"

"Aman-aman aja tuh tadi sama gue"

"Gile gile budak kucing sejati!"

"Ngegitar bre?" Jeno berjalan untuk mengambil sebuah gitar berwarna coklat di ujung kamarnya, sebelum kembali untuk duduk disamping Jaemin seperti tadi.

"Gas dah"

"Request"

"Justin Bieber"

"Yang?"

"Iya sayang?"

"GELO MANEH!"

"NGAMUK LO! GUE COLOK TU MATA!!"

Jeno yang gemes sendiri jadi noyor kepala Jaemin dengan segenap dendam.

"Yang bener dong bre"

"Jurig"

"Hah?" Kasih tau Jeno buat gak boleh pake kekerasan kalau lagi kesel.

"Ghost—gue yang nyanyi"

"Bentar, apa kaga bakal lari itu si Aram denger lo nyanyi"

"Suara dunia tarik suara layaknya Afgan begini—Jangan remehkan gwa!"

"Beneran lo mau nyanyi?

"Tinggal ngenjreng Lo ah lama bener!!!"

"Sabar dong! Lo jadi kek si Renjun apa-apa ngegas"

"Ok—gue kan lemah lembut Jen"

"Ketukan ketiga gue ngenjreng"

"Ok"

Tuk..tuk..tuk..

Jeno mulai memetik jarinya pada kunci A Minor, yang dengan magisnya membuat suasana di sekeliling mereka terasa lebih sunyi, mengheningkan suara lain yang hanya menyisakan suara petikan gitar Jeno.

"Youngblood thinks
there's always tomorrow

Jaemin mulai untuk bernyanyi ketika Jeno menyelesaikan intro.

I miss your touch on nights
when I'm hollow
I know you crossed a bridge that
I can't follow

Since the love that you left
is all that I get
I want you to know
that if I can't be close to you
I settle for the ghost of you
I miss you more than life

Diluar sana angin berhembus dengan lembut menyibakkan gorden penutup jendela yang dibiarkan terbuka, lampu tidur yang berada di kamar Jeno dibiarkan meredup untuk merelakan sedikitnya cahaya temaram dari bulan yang membulat sempurna menerpa kakinya yang masih berbalut kaus kaki berwarna putih sebagai hadiah pemberian Taeyong karena ia berhasil mendapatkan nilai di atas rata-rata dalam ulangan bahasa inggris.

And if you can't
be next to me
Your memory is ecstasy
I miss you more than life
I miss you

Youngblood thinks
there's always tomorrow
I need more time but time
can't be borrowed
I'd leave it all behind
if I could follow

Jeno masih bertanya-tanya pada dirinya sendiri, dari sekian banyak manusia dibumi, kenapa harus Taeyong yang dibawa pergi?, kenapa harus seseorang yang begitu istimewa yang dipaksa menghilang?, bahkan sampai saat ini Jeno belum memahami tentang cara dunia bekerja dengan begitu kejam, hanya karena ia ingin menjalani hidup yang lebih baik

Since the love that you left
is all that I get
I want you to know
that if I can't be close to you
I'll settle for the ghost of you
I miss you more than life, yeah

And if you can't be next to me
Your memory is ecstasy
I miss you more than life

"I miss you more than life" Petikan gitar itu masih terus bersuara ketika benteng ketahanan Jaemin kembali runtuh, menyisakan lirihan suara gitar yang terdengar sama menyakitkannya dengan suara rintihan Jaemin, membuat Jeno hanya mampu untuk terdiam seraya menatap lurus ke arah Aram yang tertidur dengan tenang.

Selama beberapa saat hanya terdengar suara isakan Jaemin yang berangsur mereda namun Jeno pun tak kunjung untuk berbicara, keduanya nampak termenung untuk tenggelam dalam pikirannya masing-masing, rasanya luka yang pernah mereka tanam kembali ditaburi garam, kembali menyakitkan, yang berjung dengan kehampaan. 

•~~•

—"Pa Jamal kayanya seneng banget dah tuy" Renjun menaruh tas sekolahnya tepat disamping Jaemin yang baru saja selesai menggambarkan sebuah gambar babi di halaman terakhir buku bersampul coklat miliknya, gambar yang diiringi dengan nyanyian dari Jeno dan Haechan.

"Ibu ayah pergi ke pasar~

"Nenek kakek berguling-guling~

"3 4 3 dan 1 ~"

"Jadilah babi~"

"Paling lagi nongki kapal api sambil nyebat" Jawab Yuta menanggapi pernyataan Renjun tadi.

"Bapack-bapack sekali seleranya Jamal"

"Kenapa gak Pa Jaehyun yang ngajar?"

"Ogah dia, lagian bocah kaya kalian mana bisa di atur"

"Kalau upacara bisa tuh" Haechan nampak tak peduli sambil menatap laki-laki di depannya ini dengan tangan yang sibuk membenarkan posisi dasinya.

"Anak seragaman mana yang kalau upacara malah jongkok sambil mainin tanah!"

"Ya—yakan!—"

"Apa?! Itu pahlawan yang ada di buku sejarah aja gak ada ngeluh kepanasan waktu perang!"

"Kita juga lagi perang tuy, cuman beda perangnya, mereka yang terdahulu melawan penjajah, kalau kita melawan diri sendiri" Ucapan Renjun tadi langsung di angguki oleh Haechan yang merasa terbela "Jadi itu tuh salah satu cobaan kita melawan diri sendiri"

"Lagian ikut upacara gak sampe sejam kalian udah tepar"

"Pa Atuy enak! Diem didepan keteduhan, lah kita kepanasan—itu punuk saya sampe item pa!"

"Ya terus saya harus peduli gitu?! Biar begini saya pecinta sejarah sejati!"

"Hubungannya?"

"Gak ada, penting kalian tulis apa yang saya tulis? ngerti?"

"Nggak"

Yuta kembali menarik nafasnya, tangannya meraih spidol hitam yang kemudian ia goreskan diatas bor putih yang nampak mengkilat oleh pantulan cahaya dari jendela yang tak terhalang apapun.

"Misi Pa!"

"Pa gak keliatan!"

"Geser dikit!!"

"Saya mau nulis pa gak keliatan!"

"YA SAYA JUGA LAGI NULIS! SABAR KEK TINGGAL TUNGGU SAYA GESER APA SUSAHNYA!!!"

"Nah kan jiwa Johny Indonya keluar!"

"Saha?"

"Johny indo"

"Iya itu tah saha?"

"Preman legendaris indonesia, persis banget si atuy!"

Laki-laki yang sedang mereka bicarakan itu lebih memilih untuk tak mengindahkan celoteh dari empat sekawan kurang ajar yang dari awal masuk gak berhenti buat ngomong, Yuta sampe heran sendiri ternyata ada juga  makhluk yang model beginian, kalau boleh milih Yuta mendingan ngelamun di pinggir jalan seharian dari pada harus ngurusin empat bocah ini.

"Pa mau tanya"

"Gak usah nanya matematika saya gak jago, jagonya ngitung duit"

"Oh ini mah Jaemin jagonya tuy, ditipu teteh minimarket sumbangan 200 aja ngeuh minta kembalian"

"Yoi, kece banget gue" Jaemin tersenyum bangga

"Liat tuh badan udah kaya sapu ijuk yang hilang ketahanan gitu disebut kece darimana?"

"Sapu ijuk katanya bre!"

"Mang atuy minta di ajak gelud!"

"SINI LO!!" 

"Passive voice adalah—" Yuta baru saja bersiap dengan membuka jaket kulit kebanggaannya namun Haechan yang awalnya sudah bersikap sok berani malah mengalihkan perhatiannya dengan menyebutkan tulisan yang Yuta tuliskan di atas bor.

Yuta jadi beneran mau nabokin Haechan.

"Mau nanya apa tadi kalian?"

"Mang atuy kalau sikat gigi pake odol merk apa?"

"..."

"hwhwhwhw"

"MAU SAYA KEPRET SATU-SATU EMANG!!"

"Bercanda, ini mah asli mau nanya tah pa"

"Apaan?"

"Cie penasaran"

"SERAH!"

"Mamang Atuy sebenernya kerja apaan?"

"Kerja ya?"

"Hooh"

"Penjual organ dalam"

Ucapan Yuta tadi berhasil membuat keempat anak itu menganga lebar tak percaya, Renjun sampe mikir apakah matanya bakalan copot beneran saking kagetnya, Jaemin dan Jeno memilih untuk berdiri seraya berbicara dengan lantang diikuti dengan Renjun yang ikutan menyeramahi Yuta yang tangannya udah gatel banget pengen nabok itu bocah satu-satu.

"DOSA PA!! GAK BAROKAH DUNIA AKHERAT!!"

"DZOLIM DZOLIM!!!!"

"PA ATUY INGET PA HIDUP CUMAN SEKALI JANGAN DIPAKE MAKSIAT!!"

ditutup dengan Haechan yang berteriak dengan nyaring, gini-gini Haechan kalau teriak udah setara toa masjid lagi ngasih pengumuman, berisik banget.

"HEH TARZAN BUDUG! GAK USAH TERIAK!!"

"BAHASANYA SEREM BANGET PA!!"

"JUAL SATE USUS!!"

"USUS ORANG?!"

"AYAM DODOL!!!!"

"Oh ayam" ucap keempat anak itu serempak "Selain itu?"

"Jadi model"

"IDIH?!"

"NGIBUL NIH PASTI"

"APAAN TANTE ARISAN BEGINI?!"

"HEHHH!!!!!!!!!!!"

"Iya dah percaya, asal pulang ini ditraktir sate usus"

"Menjilatnya aja jago kalian!"

"Saya yatim loh pa"

Yuta terdiam merasa dongkol sendiri saat mendengar ucapan Haechan.

"Sedekah ke orang aja pahalanya besar apalagi ke anak yatim"

Haechan menatap dalam ke arah manik mata Yuta yang membuat isi kepala laki-laki itu terdengar begitu berisik.

"Yaudah iya"

"YASH!!!!!!!!" Haechan tersenyum girang seraya bersalaman dengan ketiga anak lainnya.

"Heh!—lain kali mau minta traktir saya alasannya jangan itu, ganti yang lebih enakan"

"Siap tuy!"

Ada dua sisi yang menyerang kepala laki-laki itu sekarang, pertama rasa penyesalan karena untuk kesekian kalinya ia diperdaya oleh keempat bocah laknat itu, tapi disisi lain Yuta merasakan bahwa ada beribu hal yang mereka kubur dalam-dalam dengan tingkah yang tak bisa Yuta pahami seluruhnya

•~~•

• From Home •

•~~•

ToBeContinue

















•~~•

Hallo semua selamat datang di bagian kedua dari From Home

Cuman mau ngasih tau author sendiri mau bikin target mungkin kedepannya cerita ini bakalan update setiap seminggu sekali (?) Atau dua Minggu sekali (?) Atau moodnya lagi cantik dalam waktu cepat bisa up, tapi paling telat kisaran dua Minggu jadi di tunggu aja hehehehe

Btw, seperti biasa ya, kalau kalian liat kalimat kurang enak atau typo yang berserakan tolong kasih tau author

Terimakasih ❤️

Selamat malam kalian
Semoga selalu bahagia ❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro