-[5] : Dari Ruang Hampa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

• From Home •

I feel emptiness that can't be filled, I am never enough

00LineDream

•~~•

—Tak ada satupun dari mereka yang berbicara ketika Yuta mulai menjalankan mobilnya, keempat anak itu sibuk menutup mata mereka entah karena rasa kantuk atau alasan lain, Yuta pikir mereka benar-benar terlelap, namun nyatanya keempat anak itu hanya enggan untuk mengenang elegi yang lalu.

Laki-laki itu selalu dikerebungi oleh rasa kebingungan, apa yang telah Taeyong lakukan kepada keempat anak ini? Apa yang seharusnya ia lakukan sekarang?

Yuta bisa saja bersikap tidak peduli dan menjalankan kehidupannya sebagaimana mestinya, tanpa perlu memikirkan semua hal yang telah Taeyong tinggalkan.

Ini kehidupan Taeyong, bukan seharusnya Yuta mengurusi kehidupan seseorang yang telah tiada, namun entah datang dari arah mana, ada sepercik hal yang justru membuatnya dengan rela meluangkan raganya.

Mungkin tidak akan pernah serupa, baik dirinya atau Jaehyun sekalipun agaknya tidak akan pernah bisa menyingkirkan sosok Taeyong pada diri keempat anak itu.

Laki-laki itu hanya menarik nafasnya panjang, tangannya bergerak untuk mengencangkan volume lagu di dalam mobil, tanpa menghiraukan Haechan yang terlihat begitu tenang menatap keluar sana, bahkan hari ini nampak lebih cerah dari biasanya, tapi kenapa justru hatinya dilanda oleh mendung gelap, jalanan yang sama, bentuk-bentuk rumah yang terlihat tak berubah.

Berbulan-bulan yang lalu mereka berempat masih berceloteh ria disini, menanyakan hal-hal tak masuk akal namun tetap di tanggapi oleh Taeyong, menggoda perempuan yang selalu melakukan aktivitas olahraga dipagi hari, dan memaksa Taeyong untuk membelikan bubur yang entah sejak kapan menjadi favorit mereka ketika hendak datang kemari, tapi sekarang Haechan memilih diam, sebelum akhirnya mobil yang ia kendarai berhenti disalah satu halaman rumah besar.

"Woi Cil bangun Lo pada, gue udah kek bawa penumpang mabok pada tidur semua"

"Bang Atuy ada maksud terselubung apa bawa kita kesini?"

"Katanya mau warisan"

"HAH?! YANG BENER SI ATUY INI!"

"Turun" Yuta tak bicara lagi dan dengan segera keluar dari mobilnya diikuti oleh Haechan, Renjun, Jeno, dan Jaemin yang seketika mengerjapkan matanya sesekali melakukan peregangan tubuh.

"Halo Yeeun?"

Ucapan Yuta tadi kini membuat Jeno jadi membelalakkan matanya lebar-lebar, diikuti dengan suara ribut dari Haechan, Renjun, dan Jaemin yang kini sama-sama menggoda Jeno .

"Teh Yeeun Jen!!"

"Bidadari kayangan ini mah cuk!"

"Woy woy woy!!!"

Jeno yang denger tiga temennya heboh gak karuan jadi ikutan misuh-misuh sendiri sambil berlari untuk mengaca di kaca mobil, ngerapihin rambut lah, baju lah, sampe liatin bibir sama gigi takut ada iler atau cabe nyangkut.

TOLONG KASIH TAU JENO, HARI INI DIA CAKEP APA NGGAK?!

"Tau gitu gue kaga pake baju ini!"

"Ei...Gwenchana, Gwenchana~, Ganteng Jen"

"Temen aing udah ganteng santuy"

"Kok gue degdegan?!"

"Tarik nafas lewat lambung"

"Gimana ege?!"

"Santai!!!"

Yuta yang baru selesai mematikan panggilan teleponnya seketika mengalihkan perhatiannya ke arah empat bocah yang lagi ribut gak jelas, persis ibu-ibu debat harga sama tukang dagang "Kita kesini bukan mau lamaran! Gak usah lebay!"

"Ya sekalian gladi resik gitu lah tuy"

"Mana mau Yeeun sama kamu"

"Eits, bapa tidak tau ya pacaran sama yang berondong tuh rasanya—beuhh sedep"

Yuta mengernyit jijik.

"Jeno udah ganteng kan Tuy?"

"Utay atuy utay atuyyang sopan kualat di azab punya kaki kambing baru tau rasa!"

"Bro, Jeno gans kan?"

"Kurang sopan!"

"Jeno ganteng kan ngab?"

"Minta di slepet emang!"

"Hehe"

"Yang bener!"

"Pa Yuta, Jeno ganteng kan?"

"Gak"

"BUTA LO?!" Haechan memelotot tajam

"SIAPA DULU YANG MAU DIGOROK?!"

"AMPUN!!!"

"Serius pa, jangan buat Jeno patah semangat karena—Semangatku tak akan pernah patah lagi dancing all night long~"ucap Renjun di akhiri dengan nyanyian salah satu lagu milik boyband legendaris Smash.

"Harus jujurly pa!"

"Iya ganteng, kalau ada akhlaknya"

"Wah! Gak tau aja Jeno kalau sholat dzuhur 6 rakaat!"

"MANA BISA!!! EMANG MINTA DI GAMPAR TU AKHLAK!"

"Sama qabliyah maksudnya hwhw"

"Ka Yuta?" Yuta tak sempat membalas ucapan bocah-bocah itu tak kala seorang perempuan cantik kini berdiri di ambang pintu yang terlihat terbuka dengan ekspresi wajah yang kurang lebih menahan rasa awkward ketika mendapati Haechan, Jeno, Jaemin dan Renjun yang sedang berpose sok ganteng.

berujung dengan di tepak pake sepatu sama Yuta

"Ayo masuk"

Yeeun tersenyum lalu dengan segera membuka pintu selebar mungkin membiarkan Yuta dan keempat anak yang mukanya tampol-able itu memasuki rumahnya.

"Udah lama banget gak ketemu kalian, apa kabar?" Yeeun memecah keheningan dengan bertanya ke arah Jeno, Haechan, Jaemin dan Renjun.

"Alhamdulillah, luar biasa, allahuakbar, yes yes yes"

"Sehat Ka Yeeun, Ka Yeeun sendiri baik-baik aja kan?"

"Aku baik kok, makasih"

"Kalau aku sih kangen Ka Yeeun" ucapan Haechan tadi langsung menimbulakn delikan tajam dari Jeno.

"Mau minum apa?"

"Es campur ada?" Renjun seketika tersenyum lebar ketika ditawari suguhan yang akan diberikan.

"Ngada-ngada lo! hehe jus alpukat aja teh, susunya yang cokelat"

Yuta menggeleng ke arah Yeeun "Gausah diladenin, lagian kita kesini bukan mau makan"

"Oh iya yang semalem Ka Yuta bilang ya? Mau ke kamar Ka Taeyong?"

"Heem"

"Yaudah bentar, aku ambil dulu kuncinya"

Suasana kembali hening ketika Yeeun pergi meninggalkan raungan tersebut, baik Yuta maupun keempat anak lainnya hanya sibuk bermonolog di dalam benak mereka masing-masing.

Baik Renjun yang sedang sibuk memperhatikan interior rumah Taeyong dengan begitu detail, Jeno yang tak habisnya berfikir kenapa Yeeun cantik banget kalau lagi senyum, Haechan yang sedang mengumpati Yuta sebab gagal dapet jus alpukat atau Jaemin yang memilih untuk melihat sekeliling ruangan.

Ada sebuah foto keluarga berukuran besar yang terpampang di dinding ruangan tersebut, memperlihatkan foto seorang pria berjas rapih yang sedang terduduk—terlihat sangat berwibawa dengan senyuman yang begitu samar, disampingnya ada seorang wanita yang sedang tersenyum dengan begitu lembutnya, cukup membuat Jaemin terhipnotis selama beberapa saat, kedua insan itu diapit oleh Taeyong yang sedang tersenyum lebar dan Yeeun yang sama-sama tersenyum sebagai pelengkap keluarga yang terlihat bahagia ini.

Memori anak itu kembali berputar tak kala matanya kembali menatap wanita yang berada di foto tersebut, wanita itulah yang menangis begitu pilu saat menatap anak laki-lakinya mulai diletakkan secara berlahan di dalam liang lahat, wanita yang beberapa lama kemudian menghampiri Jaemin untuk memeluknya dengan begitu erat, karena Jaemin lah yang justru menangis begitu lama saat itu.

"Nih"

"Ok, gue pake bentar" Yuta segera bangkit tak kala Yeeun datang untuk memberikan sebuah kunci dengan gantungan berlogo salah satu asrama sekolah sihir dalam film Harry Potter.

"Oh iya ka, nanti kalau udah selesai aku mau ngobrol dulu ya?"

"Siap"

•~~•

—Ada harum yang begitu familiar ketika pintu kamar Taeyong terbuka, harum yang cukup memberikan rasa rindu yang kembali mencuat memutar berbagai rekaman yang kini berputar tak karuan didalam benak mereka masing-masing.

Ada banyak hal yang dapat dilihat disini, ruangan yang didominasi dengan warna kelabu ini banyak dihiasi dengan serentetan foto polaroid yang tertempel di dinding-dinding nya, satu buah lemari pakaian dengan berbagai rupa tempelan stiker, satu set meja kerja dan benda-benda lain yang berguna untuk mengisi ruang.

"Kalian disini dulu aja, saya mau keluar sebentar"

"Nggak apa-apa emang?" Tanya Haechan yang langsung dibalas dengan sebuah anggukan.

Disinilah keempat anak itu sekarang berkeliling tak karuan untuk menatap ruangan yang sudah lama dibiarkan kosong.

Jaemin memilih untuk memperhatikan deretan foto-foto kecil di dinding, ada banyak moment yang tertempel disana, tertata rapi  yang di mulai ketika laki-laki itu masih berseragam putih abu-abu, dengan kancing atas yang terbuka, dasi yang sengaja di lepas, juga bagian bawah baju yang dikeluarkan, persis bagaimana Jaemin, Haechan, Renjun dan Jeno berpakaian ketika berada disekolah.

Ada banyak foto ketika laki-laki itu mengikuti pendidikan di perguruan tinggi, banyak wajah yang Jaemin tak kenali sebenernya, kecuali wajah Jaehyun, Yuta atau Taeil yang sesekali ada dalam beberapa foto, namun dari sekian banyak foto disana, ada sebuah foto yang begitu mendominasi, Jaemin tak pernah menahu siapa seseorang yang terpampang disana, tapi apakah Taeyong juga pernah mengalami luka yang luar biasa?

Jaemin kembali menatap deretan foto tersebut, berharap apakah ada foto yang sengaja Taeyong tempel tentangnya dan tiga anak lain untuk ikut menghiasi kamarnya.

Ada sedikit rasa kecewa saat Jaemin tak menemukan apa yang sedang ia cari, anak itu masih terdiam seraya mengedarkan pandangannya, menilik setiap hal yang berada di ruangan ini.

"Jaem"

Renjun melambaikan tangannya, memberikan isyarat kepada Jaemin agar segera menghampiri dirinya.

Dengan segera Jaemin berjalan untuk menghampiri Renjun yang kini sedang memberikan cengiran lebar.

"Liat geh—gue bahkan gak tau kapan Pa Taeyong ngambil ini, tapi ini lucu"

Renjun menunjuk ke arah kertas polaroid yang berserakan diatas meja kerja Taeyong, mungkinkah Taeyong tidak sempat untuk menempelkannya, Jaemin membatin.

Rasa kecewa yang baru saja ia rasakan beberapa saat lalu seketika menghilang, menimbulkan sebuah rasa lain yang terasa begitu menangkan baginya.

Disisi lain Haechan dan Jeno memilih untuk menghampiri sederet lemari berisikan berbagai macam jenis buku yang membuat Haechan teringat akan ucapan Ten beberapa waktu yang lalu.

"Oh ini"

"Ini apaan?"

"Abang Ten pernah bilang kalau Pa Taeyong punya sederet lemari yang isinya buku semua, ternyata emang bener"

"Pa Taeyong jenis orang yang suka baca buku juga ternyata"

Haechan mengedikkan bahunya, netranya kembali menatap ke arah berbagai jenis judul yang berjejer disana, sebelum akhirnya tatapan anak itu tertancap pada sebuah buku yang ukurannya terlihat begitu kontras dibandingkan buku lainnya.

Jemarinya menarik buku tersebut dengan berlahan, buku bersampul hitam dengan tali putih yang melingkarinya.

"Notebook?"

"Hah?"

"Itu notebook—punya Pa Taeyong?"

"Hooh keknya"

Haechan baru saja akan membuka buku tersebut namun terurungkan tak kala Yuta datang menghampiri keempat anak itu.

"Ah...udah dipegang duluan ya"

"Hah?"

"Itu warisan buat kalian"

"Hah?"

"Iya itu buat kalian, bawa pulang"

"Hah?"

"Hah-hah-hah bau!!"

"Serius pa!"

"ITU NAH YANG LAGI LO PEGANG BAWA BALIK KE RUMAH!—ASTAGA GITU DOANG MESTI YA GUE NGEGAS?!"

"Emang ini apa?"

"Buku"

"Yailah Paaaaaa itu anak yang belum pake seragam kerah kanebo aja udah tau kalau ini tuh buku!"

"Yaudah nanti tinggal baca aja sih apa susahnya?!"

"Gak aneh-aneh kan?"

"Aneh-aneh matamu aneh-aneh!"

"Siapa tau pas kita baca tiba-tiba membangkitkan makhluk dunia bawah yang sudah tersegel ribuan tahun"

"Makanya kalau nonton film tuh gak usah lah halunya dibawa sampe dunia nyata! Mana ada yang kaya gitu!"

"Bisa aja pa! Kita takut aja kalau yang kita baca tuh mantra dari sekte persetan-an"

"GAK USAH BANYAK NONTON FILM!"

"hiya-hiya! Jadi ini apaan?"

"Buku"

"IYA TAU AING TAUUUUUUU INI BUKU—WOY MANG INI BUKU KAN?!" Teriak Haechan seraya berjalan untuk membuka jendela kamar Taeyong dan bertanya ke arah tukang cuanki yang tak sengaja sedang lewat.

Mang Cuankinya sampe bingung sendiri kenapa ada bocah prik teriak-teriak mana mukanya ngeselin banget lagi.

"CUANKI JANG?!"

"NGGAK DULU MANG!"

Haechan kembali berjalan untuk menghampiri Yuta yang sedang memijat pelipisnya penuh frustasi.

"Ok, buat pertanyaan kalian yang kemarin, saya gak bisa ngejelasinnya, karena percuma otak kalian kalau ngejawab ada aja alesannya, tapi Taeyong bisa, makanya saya suruh kalian baca itu"

Keempat anak itu hanya mampu untuk terdiam, tak ada satupun dari mereka yang menjawab, bahkan Haechan yang sedari tadi beradu argumen dengan Yuta pun memilih untuk berhenti mengoceh.

"Sekalian kalian main kesini, gak kangen kalian sama Taeyong?"

•~~•

• From Home •

•~~•

ToBeContinue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro