6. Kalah Cepat

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Merasa gerah, padahal pendingin ruangan bekerja dengan baik, Orion melepas jas serta melonggarkan dasi dan membuka dua kancing teratas kemejanya. Melihat itu, Darel masih bersikap tenang. Lawan bicaranya mulai memakan umpan yang dia lempar. Strategi pertama Darel berhasil.

“Bagaimana kamu bisa tahu?” Orion bertanya sembari memejamkan mata.

“Mudah saja, Tuan. Orang-orang di sekitar Anda bisa jadi sumber informasi untuk saya.”

Hati Orion terasa panas, inginnya mengamuk sekarang juga. Dia ingin melampiaskan kekesalan perihal Darel yang bisa bergerak lebih cepat darinya. Delapan belas tahun Orion mencari dan sekarang seorang laki-laki datang membahas persoalan masa lalunya dengan mudah.

Tidak habis pikir, bagaimana Orion mempekerjakan orang-orangnya. Siang dan malam dia selalu memberi titah pada sang asisten agar lebih gencar menemukan perempuan yang Orion perkosa hari itu. Nyatanya, hingga hari ini tidak ada satu pun kabar baik yang Orion dapat. Dia yang terlalu santai karena tidak terjun langsung untuk mencari atau apa? Orion pun tak mengerti.

Mengingat apa yang Darel ucapkan tadi juga membuat kepala Orion berdenyut. Orang-orang di sekitar, kata Darel, yang mana artinya Darel mendapatkan informasi kalau Orion tengah mencari seseorang dari anak buahnya sendiri.

“Bagaimana kamu menemukannya? Untuk apa kamu mencarinya? Aku bahkan belum mendapatkan informasi apa pun tentangnya selama ini.”

“Satu-satu, Tuan. Anda terlalu bersemangat.” Darel tertawa kecil menatap kegusaran yang Orion tampakkan. “Mungkin karena Anda tidak terlalu berminat untuk menemukannya, sehingga saya yang lebih dulu mendapatkan informasi itu.”

“Keuntungan apa yang kamu dapatkan dari memegang informasi itu?”

Senyum kepuasan Darel terkembang. Ya, tadinya Darel juga tidak memikirkan keuntungan yang didapat dari mengetahui informasi masa lalu Orion. Semua dia lakukan karena pada awalnya hanya menyusuri jejak Deandra yang bisa berakhir di kelab malam. Mulai dari mengorek keterangan dari pemilik kelab yang menyebutkan nama Aretha, Darel akhirnya semakin tertarik mengetahui fakta bahwa istri dari salah satu pebisnis ternama terlibat sesuatu yang tidak biasa.

Dalam dua pekan, Darel akhirnya berhasil mengumpulkan fakta. Hasil yang dia dapatkan tentunya melewati proses panjang. Dari mendekati anak buah Aretha dan menyogok dengan uang, Darel semakin kuat meyakini fakta di tangannya. Lingkungan kumuh yang dulu Deandra tinggali juga membantu Darel untuk memperkuat data-data yang sudah terpampang. Orang-orang di sana menjawab pertanyaan yang Darel lontarkan tanpa pikir panjang setelah beberapa lembar uang berpindah ke tangan mereka.

Deandra dijual oleh Aretha yang merupakan istri dari Orion Damon. Anak buah Aretha mendengar bahwa wanita itu menyebut Deandra sebagai anak haram dari Orion. Darel lantas berlanjut mengorek pernyataan dari bawahan Orion. Pernyataan orang-orang sekitar yang sempat mendengar kegaduhan di rumah Deandra, serta melihat Aretha membawa gadis itu ke mobilnya juga sudah cukup jelas untuk Darel.

“Percayalah, Tuan, saya sebenarnya tidak menyangka akan fakta ini. Rasanya benar-benar terkejut.”

Sayangnya Darel masih menunjukkan rasa hormat yang tinggi dengan sebutan saya dan Tuan. Kalau tidak, Orion sungguh berniat melayangkan bertubi-tubi pukulan hanya agar Darel langsung memberi tahu apa yang Orion mau. Dalam keresahan dan ketidaksabarannya, pria itu mengakui dalam hati bahwa Darel memiliki pikiran yang kuat dan enggan dikalahkan tanpa menanggalkan sopan santun pada orang yang lebih tua.

Mengembuskan napas panjang untuk menetralkan ketegangan, Orion lalu menyesap lagi kopinya. Lawan bicaranya juga melakukan hal yang sama. Mereka berdua kini saling pandang dengan ekspresi berbeda.

“Intinya kamu ingin aku setuju menjual lahan itu dengan informasi yang aku inginkan?”

“Ya, kurang lebih seperti itu, Tuan.”

Ada jeda sebelum Orion membalas perkataan Darel. Bagi pria itu, lahan yang Darel maksudkan sangatlah berarti. Satu-satunya lahan yang tetap Orion pertahankan meski sudah beberapa kali ditawar dengan harga lebih tinggi dari seharusnya.

Berada di area pegunungan yang sudah dipastikan memiliki hawa sejuk bahkan dingin, Orion begitu enggan untuk membangun sesuatu yang bertolak belakang dengan keadaan alam itu sendiri. Meski tidak dipungkiri, jika dikira-kirakan, bisa saja Orion mendapat pemasukan besar melihat jumlah pengunjung yang mendatangi tempat itu sangatlah ramai. Orang berbondong-bondong menepi sejenak dari hiruk pikuk kota pada akhir pekan, bersantai dan menggelar tikar untuk menikmati danau alami yang tidak jauh lokasinya dari lahan Orion.

“Bagaimana kalau yang kamu beri adalah informasi palsu?”

“Apakah Tuan pernah mendengar saya membohongi rekan bisnis?”

Pertanyaan telak, Orion kembali diam. Sepanjang dirinya terjun ke dunia bisnis, belum pernah Orion mendengar ayah dan anak itu melakukan kecurangan atau hal yang benar-benar kotor demi mendapatkan keinginannya.

“Apakah Anda tidak ingin mengetahui kabar wanita itu, Tuan?”

Kembali tersadar dari lamunannya, Orion memainkan jari di tepian cangkir. Tidak perlu ditanya seberapa besar dia ingin mengetahui keberadaan wanita itu. Hampir setiap malam dia kesusahan tidur akibat resah. Hari demi harinya juga terlalui dengan harapan wanita itu segera ditemukan. Jadi, Orion dapat menanyai secara langsung apakah hari itu ada benihnya yang tumbuh atau tidak.

“Kami bertemu dengan tidak sengaja. Aku mabuk hari itu. Mobilku hampir menabrak pohon dan wanita itu yang menggedor kaca mobilku untuk memastikan apakah aku baik-baik saja. Sialnya, aku tidak bisa menahan diri melihat tubuh sintalnya yang tampak menggoda.”

Tidak ingin menyela, Darel mendengarkan cerita Orion dengan serius. Itu adalah kisah bagaimana Deandra bisa terlahir dan ya, bagi Darel cukup menarik.

“Aku membohonginya, mengatakan butuh bantuan untuk mengambil minum di jok belakang. Aku menyuruhnya masuk ke mobil, lalu aku menyetir dengan dia yang berteriak-teriak.”

“Anda sangat ganas, Tuan.”

Kegelisahan dan ketegangan Orion sedikit mencair. Mengingat lagi bagaimana dia tidak bisa menahan gairah saat itu terasa menyenangkan. Meski pengarnya belum hilang, tapi Orion mampu melakukan tugasnya dengan baik. Wanita itu tak berdaya ketika dikurung di salah satu kamar rumah Orion, lalu berujung pada kesuciannya yang direnggut paksa.

Nahasnya bukan hanya sekali Orion melakukannya. Sepanjang malam kamar dipenuhi oleh isak tangis dan jerit kesakitan. Orion menggila, gairahnya enggan padam karena menemukan kepuasaan yang membuatnya ketagihan.

“Bagaimana dia bisa kabur?” tanya Darel antusias.

“Aku tidur, mengira dia akan tetap ada ketika mataku kembali terbuka. Sayangnya dia benar-benar tidak mengizinkanku untuk sekedar tahu namanya. Dia pergi tanpa berpamitan. Tanpa memintaku untuk bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan padanya.”

Satu hal yang selalu Orion sesali adalah kenapa tidak mengikat tubuh wanita itu di ranjangnya agar tidak bisa kabur. Dengan begitu, Orion tidak akan kehilangan, tidak akan menderita membayangkan wanitanya pergi dengan luka hati yang dalam.

Malam itu, bukannya Orion tidak melihat dan mendengar bagaimana gadisnya memohon serta mengiba meminta dilepaskan. Setan sedang menari riang di sekitar Orion, sehingga membutakan dan menulikan pria itu. Tragisnya, kejadian tersebut mengantarkan Orion pada yang disebut sesal tiada bertepi.

“Tragis sekali,” kata Darel. Orion tidak membantah, malah mengangguk pelan. “Apa tidak ada petunjuk lain, sehingga Anda tidak berhasil menemukannya selama ini?”

“Tidak. Aku hanya ingat menyuruhnya jika dia hamil anak perempuan untuk memberi nama Deandra, hanya itu. Jadi, aku tidak akan meragukan jika suatu hari dia mendatangiku dan mengaku telah melahirkan anakku. Dan sialnya aku tidak tahu dia hamil atau tidak. Melahirkan bayi perempuan atau laki-laki. Tidak tahu di mana tempat tinggalnya dan segala jejak tentangnya.”

Ada kesedihan yang Orion tak dapat sembunyikan. Melihat itu, Darel hanya bisa menghela napas panjang. Padahal, sudah ada petunjuk. Namun, mungkin Orion yang tidak sungguh-sungguh mencari, hingga untuk mengorek data lengkap tentang semua gadis yang bernama Deandra saja pria itu tak mampu.

Meski cukup berjaya dalam bisnis, Darel kini memandang Orion sebagai laki-laki lemah. Terlalu lama waktu yang pria itu habiskan hanya untuk mencari tahu, sedangkan Darel mampu melakukannya hanya dalam dua pekan. Orion yang malang.

Tersenyum lebar dengan penuh maksud, Darel meraih map yang tadi disingkirkan Orion. Lalu, menyodorkan lagi kepada pria di hadapannya. Seketika Orion membelalak, mengira kisahnya akan meluluhkan hati Darel dan memberi kemurahan hati secara sukarela.

“Tragisnya lagi, Anda kalah cepat dari saya, Tuan. Penawaran saya masih berlaku, silakan dipikirkan.”

Hati Orion memanas, sialnya dia hanya bisa bungkam karena Darel memegang kartu as pria itu.

🍁🍁🍁

Pertemuannya dengan Deandra diawali dari sebuah ketidaksengajaan. Deandra cantik dan menarik, dua hal yang membuat Darel yakin untuk mempertahankan gadis itu di sisinya. Seiring rasa penasaran yang tumbuh ditambah fakta-fakta yang akhirnya terkuak, Darel tidak menyangka akan berada dalam permainan mengesankan bersama Orion sekaligus melibatkan Deandra.

Terlihat memanfaatkan situasi, licik, dan tidak mau rugi. Ya, seperti itulah Darel. Bantuan yang dia berikan untuk Deandra memang tidak gratis. Ada harga yang harus dibayar gadis itu, meski kini dia sendiri belum menagih secara langsung. Keberadaan Deandra di penthouse-nya sudah cukup menjadi jaminan bahwa gadis itu menuruti ucapan Darel.

Laki-laki berpakaian formal itu tiba di huniannya. Janjinya adalah menemani Deandra malam ini dan Darel menepatinya. Karena sisi lain dari seorang Darel adalah konsisten pada janji-janji yang dia sanggupi sendiri.

Tidak mendapati Deandra di ruang tamu, Darel segera naik ke lantai atas. Benar saja, gadis itu ada di ranjang sembari menonton televisi. Melihat tuannya datang, sang gadis seketika tersenyum semringah.

“Tuan sudah makan?” tanya Deandra dengan mata berbinar.

Sang tuan tidak langsung menjawab, dia tengah terpaku pada lekuk tubuh Deandra. Meski tidak bisa disandingkan dengan pengisi sampul utama majalah dewasa, tapi jelas Deandra memiliki porsi tersendiri di mata Darel. Leher yang terekspos sempurna karena rambutnya dijepit ke atas, gaun tidur yang mengikuti bentuk tubuh, juga kaki jenjang tanpa alas itu sudah menyita perhatian Darel.

Jakun Darel naik-turun. Setelah sekian lama tidak merasakan hal yang membuatnya bergairah sebelum bertemu Deandra, kali ini Darel harus menahannya lagi. Konsentrasinya pecah dengan Deandra yang berdiri di depannya. Gadis itu terus saja melayangkan pertanyaan yang tidak digubris oleh Darel.

“Tuan!”

Kaki Darel mundur selangkah, merasa terkejut karena Deandra memanggil lantang. Wajahnya dia usap-usap kasar, lalu menyunggingkan senyum pada gadisnya yang terlihat kebingungan sekaligus kesal karena diabaikan.

“Ya, Deandra. Kamu bicara apa tadi?”

Bibir Deandra mengerucut, membuat Darel harus menahan setengah mati keinginannya meraup bibir itu dengan kasar. Gadisnya sangat luar biasa. Hanya bermodalkan keluguan, tapi mampu membakar diri Darel untuk bercinta seliar mungkin.

“Tuan melamun. Tuan memikirkan apa?”

Memikirkan cara membuatmu mendesah di bawahku.

“Tidak ada. Kamu sudah makan?”

Tangan Darel terulur untuk menyapukan ujung telunjuknya di lengan terbuka Deandra. Napas keduanya tiba-tiba berat. Deandra yang kesusahan bernapas karena menahan sensasi, sedangkan Darel yang menahan gejolak dalam dirinya.

“Su-sudah, Tuan.”

Sadar bahwa Deandra gugup, Darel menghentikan gerakan jarinya. Wajah gadis itu lebih merona dibandingkan tadi, hal yang semakin menggemaskan untuk Darel. Laki-laki itu menggeleng, berusaha membuyarkan khayalan gilanya untuk menyeret sang gadis ke ranjang.

“Aku akan mandi. Kamu lanjutkan saja menontonnya.”

Seperti biasa, Deandra menurut. Tubuhnya kembali berada di bawah selimut, sedangkan matanya fokus pada layar besar di depan sana. Darel yang sudah hampir berada di ujung kegilaan karena menahan hasrat, segera menuju kamar mandi. Tangannya cekatan melepas pakaian, lalu membiarkan tubuhnya dijamah air dari shower.

Bayang Deandra tidak bisa pergi begitu saja, terlebih kelebat ingatan tentang Darel yang pernah memandikan gadis itu, membuatnya semakin keras. Pikirannya sudah coba dia alihkan, sayangnya malah kian fokus untuk mempertahankan memori tentang tubuh indah gadisnya.

Embusan napas Darel terdengar berat. Meski sudah mengguyur diri untuk meredakan pikiran nakalnya, pada akhirnya dia menyerah atas bayangan menantang Deandra. Dan Darel menghabiskan waktu selama satu jam di bawah shower, menyebut nama Deandra dalam hati sembari mengingat bagaimana tubuh polos gadis itu pernah dia sentuh.

Geraman panjang memenuhi ruang kaca itu setelah beberapa waktu tangannya bekerja. Darel mendapatkan pelepasannya meski hanya dibantu oleh ingatan tentang sang gadis.

“Tuan mandi lama sekali.” Deandra langsung berkata setelah melihat Darel keluar dari ruang ganti.

Tentunya karenamu, Deandra.

“Supaya lebih bersih, Deandra.”

Mungkin tepatnya yang dimaksud Darel adalah membersihkan otak kotornya itu.

Mengambil posisi duduk di sebelah Deandra, laki-laki itu memejamkan mata sejenak. Wangi vanila dari tubuh Deandra, ditambah aroma melon dari rambut gadisnya, berhasil memancing diri Darel untuk kembali tegang.

Menangkap Darel yang diam sembari menonton televisi, Deandra bergerak lebih dekat. Kaki Deandra tanpa sengaja bersentuhan dengan kaki Darel, karena gaun tidur yang tidak menutup keseluruhan bagian kakinya. Sekali lagi Darel ingin mengumpat karena gesekan tadi menimbulkan panas di hatinya.

“Tuan kenapa diam saja? Tidak seperti biasanya.”

Karena kamu membuatku pusing, Deandra.

“Tidak. Aku hanya agak lelah.”

Meski tidak menoleh ke arah Deandra, Darel sadar tengah diamati. Namun, dia memilih mempertahankan posisinya agar tidak semakin menggilai wajah Deandra. Pertahanan dirinya tidak boleh runtuh.

“Tuan, Deandra ingin jalan-jalan.”

Nada merajuk Deandra sungguh berpengaruh untuk Darel. Otaknya kembali kotor, membayangkan kalau suatu hari nanti gadisnya memohon untuk dipuaskan dengan nada seperti barusan.

“Tuan!”

“Aku mendengarmu, Deandra. Tidak perlu berteriak.”

“Tapi Tuan dari tadi diam.”

Itu karena kamu terlalu menggoda.

Menyerah pada rengekan Deandra, laki-laki itu akhirnya menatap wajah gadisnya. Ekspresi riang seketika menyambut mata Darel, menegaskan kalau hal sederhana yang baru dilakukannya ternyata menyenangkan gadis bergaun tidur hitam itu.

“Kamu bisa mengajak Agustin jalan-jalan, seperti biasa.” Bibir Deandra sedikit maju, menciptakan desakan dalam diri Darel untuk melumatnya tanpa ampun. “Kenapa wajahmu seperti itu, Deandra?” Nada ucapan Darel terdengar berat.

“Deandra ingin jalan-jalan bersama Tuan. Bolehkah?”

Tanpa keraguan, Darel mengangguk, menyanggupi permintaan gadisnya tanpa kata lain. Deandra tersenyum lebar dengan mata berbinar indah, yang pada akhirnya mendorong Darel untuk mendekatkan wajah. Sayangnya, gerakan laki-laki itu terhenti karena ponselnya berdering.

Merasa malu karena tahu apa yang hendak dilakukan sang tuan beberapa detik lalu, Deandra memperbaiki posisi duduknya dan kembali menatap layar televisi.
Melupakan sejenak kegagalan aktivitasnya barusan, Darel lalu mengerutkan kening. Nomor telepon yang tertera di layar ponselnya tidak ada dalam daftar kontak. Terdiam beberapa detik, Darel akhirnya memutuskan untuk menerima panggilan tersebut. Orang yang berhasil mendapatkan nomor ponselnya jelas bukanlah dari kalangan biasa. Sudah dipastikan pula memiliki kepentingan dengannya.

Kamu benar-benar bertindak sangat cepat, Tuan Darel. Bahkan aku tidak bisa menyogok anak buahmu untuk membocorkan informasi seperti yang kamu lakukan pada anak buahku.”

Suara itu ... Darel mengenalnya. Laki-laki itu langsung melirik ke arah Deandra, lalu turun dari ranjang dan sedikit membuka tirai pada kaca kamarnya. Pandangan Darel lurus dan jauh pada gemerlap gedung-gedung pencakar langit.

“Apakah Anda sedang mengakui kemampuan saya, Tuan Orion?”

Ya. Aku akan mempertimbangkan penawaranmu.”

“Saya menunggu keputusan Anda.”

Panggilan sudah terputus, sedangkan Darel masih enggan beranjak dari tempatnya berdiri. Dugaannya tidak salah perihal Orion yang akan mencoba mengorek informasi. Belajar dari kesalahan-kesalahan sebelumnya sebagai seorang pebisnis, Darel tentu sudah melakukan antisipasi dengan cara memilih orang-orang terbaik untuk berada di sekitarnya.

“Tuan sibuk sekali. Malam-malam tetap saja ada yang menghubungi.”

Tubuh Darel berbalik. Gadisnya sudah berbaring di ranjang dan tengah menghadap ke arahnya. Darel melangkah pelan ke ranjang, lalu tiba-tiba saja mendaratkan satu kecupan di kening Deandra. Reaksi gadis itu sangat menggemaskan, wajahnya seketika saja menjadi lebih merah.

Ada satu hal yang Darel sempat pikirkan sebelum terlelap di sisi Deandra.

Bagaimana kalau Deandra tahu yang menghubungiku tadi adalah ayahnya?

To be continued

Selamat pagi! Semoga kamu dan kamu selalu sehat.

Aku ingin membalas beberapa komen dari part 1-5 kemarin.

🍁Kenapa nggak update tiap hari?

🌹 Uhm, jadi gini .... Aku tuh lagi hamil ya. Mood benar-benar nggak bisa dijaga, suka down tiba-tiba kalau ada hal kecil yang nggak sesuai keinginan. Imajinasiku suka ngilang kalau aku nggak mood. Aku sangat sensitif sekarang. Kayak kemarin. Dari siang sampai tengah malam gigiku sakit. Kebayang nggak gimana sakitnya? Nangis aku, Gaes! Wkwkwk.

Jadi, aku memilih jalan aman dengan update seminggu dua kali. Aku nggak mau janji update tiap hari karena nyatanya aku nggak bisa menuhi. Semoga kalian tetap sabar, ya, nunggu cerita ini.

🍁 Deandra kok polos banget? Kayak murahan gitu.

🌹 Yups. Aku nggak mengelak imej yang kalian tangkap tentang Deandra. Tapi, kalau kalian mengikuti cerita-ceritaku sebelum ini, pasti kalian tahu aku tipe yang kayak gimana. Aku suka membuat suatu perubahan pada tokoh. Sikap dan sifat yang aku buat itu bukan tanpa alasan. Akan ada hubungannya dengan alur yang akan datang.

🍁 Deandra itu pelakor. Aku nggak suka!

🌹Keep calm, Gaes. Kalau nggak suka, tinggal leave, kok. Aku emang sengaja bikin Deandra sebagai orang ketiga. Sengaja bikin dia lugu ataupun bodoh di saat bersamaan. Tujuannya? Untuk mendewasakan Deandra di alur selanjutnya.

Kannn! Kalian sebenarnya dapat spoiler dari balasan aku di atas. Wkwk.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro