3. Menulis Deskripsi dan Narasi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari: Jumat, 03 Feb 2017
Tutor: Auliya Al Hazmi Reia_ariadne
Materi: Memberi Rasa dalam Cerita Lewat Deskripsi
Moderator: Leyi, Irma
Notulen: Johana MosaicRile
Diclaimer: Author of theWWG

=====>>>>>=====<<<<<=====

Yuhuuu....  Akhirnya, kita main games lagi!
Setelah berpusing-pusing materi memberi rasa pada deskripsi dan narasi

Premis:
Deskripsi cewek yang dijambret trus dia ngejar tapi akhirnya gagal.
Setting tempat keramaian :D
POV bebas!

Let's GO!!

#irma irmaharyuni
"Ah, itu ada permen kapas warna pink,  kuning, biru,  Hend! Ayok ke sana!" Aku menarik paksa tangan Hendrik ke penjual permen kapas. 

"Yaelah,  pelan-pelan aja kali, Yun.  Nggak akan ke mana-mana babangnya."

"Pokoknya aku mau semua warna,  pink, kuning,  biru,  dan ijo--" Tiba-tiba badanku ditarik dan hampir saja jatuh.  Aku mengerjap kaget, seketika pikiranku mendadak kosong.  "Woi!  Copet!" teriak Hendrik mengejar copet yang mengambil tasku.  Ah,  sial!  Aku kena copet!  Cari perkara sama aku aja, itu copet!

Aku berlari cepat, menerobos orang-orang yang sedang asik berbelanja. Aku melihat Hendrik,  dan mengejarnya.  Kerumunan orang membuatku harus berbelok-belok dan sesekali menabrak orang-orang. Ada anak kecil yang berlarian membuatku berhenti sebentar,  dan memegang badan anak itu untuk berhenti,  dan memberiku jalan untuk kembali lari.  Aku hampir mensejajari Hendrik.  "Ke mana dia Ndrik?"

"Ke sana Yun,  aku ke sama dan kamu hadang dari sana? Tapi kamu cari bantuan orang lain lagi."

Aku terpaksa memilih gang sempit yang gelap,  dan becek. Ah, ini lumpur! Mengenai sepatu slop pinky-ku, sialan memang!  Ini gara-gara copet itu.  Sepatuku jadi licin.  Tanpa pikir panjang, aku membersihkan lumpur sambil berlari secepatnya. Saat ada kerumunan orang-orang, aku berteriak,  "Copet...! Pak. Tolong,  tas saya diambil copet!"

Bapak-bapak yang tengah berkerumun itu menoleh serempak,  namun tak ada perubahan mimik muka di wajah mereka.  "Waduh Neng,  makanya hati-hati,  di sini ada banyak preman-preman!  Kita nggak berani, Neng." Aish!  Sialan!  Penduduk macam apa ini.  Aku mendengus kembali menelusurin arah kemungkinan copet itu pergi.  Napasku susah sesak,  kakiku sakit saat berlari karena sepatunya semakin licin.  Awas saja tuh copet, kalau sampai ketemu aku lagi!
_______________

#Rachmi rahmimth

Sial! Orang-orang yang sedang lalu-lalang ini sangat menggangguku! Sudah beberapa kali aku menabrak seorang penjual dan dengan sukses menjatuhkan jualannya.

Orang itu tak dapat kulihat lagi dengan netraku. Ia dikaruniai oleh Tuhan sebuah kemampuan berlari yang sangat cepat.

"Aw!" Kali ini, aku menabrak seorang anak kecil yang sedang memakan es krim rasa vanilla-nya. Otomatis, ia merengek minta dibelikan lagi karena es krim jatuh dan bercampur aduk dengan pasir.

Saat ini, pencuri dompet pemberian ibuku itu benar-benar tak dapat kulihat lagi. Aku sangat menyesal. Harusnya aku tak perlu memaksakan beberapa lembar uang ratusan ribu masuk ke dalam benda kecil itu.

Persis setelah aku membeli dua potong es krim pada anak kecil bertubuh gemuk dengan leher yang nyari tak kelihatan itu, aku pulang ke rumah dengan wajah tertunduk. Jujur, aku tak bisa membayangkan bagaimana wajah ayah yang tadi pagi sangat cerah karena menerima gaji langsung berubah menjadi sangar seperti beruang jika ia mengetahui hal ini.

Seharusnya aku tak perlu pergi ke pasar hanya untuk membeli benda-benda yang memang belum perlu untuk dipakai.

Benar kata orang yang sering berbisik-bisik tegang di dekatku beberapa menit lalu. Pasar sudah tidak aman lagi. Banyak orang-orang tak tahu diri dan tak kenal dosa di tempat dengan berbagai macam bau itu.

___________________

#Matcha matchaholic

"Jam-jambret!" teriakku keras ketika menyadari hobo bag merah marunku direnggut dengan paksa, oleh pria setengah baya berbadan gempal yang sejak tadi mengikutiku.

Teriakanku yang cukup memekakkan telinga, mulai menarik perhatian sekitar. Beberapa pemuda berlari menerobos kerumunan penjual obat dan pembeli obat kuat, yang tengah bertransaksi, untuk membantuku mengejar jambret itu. Dengan langkah terseok karena peep-toe heels tujuh senti yang aku kenakan, aku turut mengejar mereka.

Aku sendiri sudah tak memerhatikan surai hitamku yang berantakan dan kakiku yang melepuh akibat mengejar jambret, yang dengan lihainya melantingkan tasku pada sekutunya di lantai tiga.

Para pemuda yang membantuku sepertinya mulai kehabisan napas. Wajah mereka memerah karena mengejar jambret mulai dari lantai dasar hingga lantai tiga.

"Udah, Mbak, ikhlasin aja. Sepertinya mereka punya banyak sekutu di sini." Dengan napas yang tercecer, salah satu dari mereka menghampiriku yang tengah memijit mata kaki yang lebam-lebam.

Aku mengangguk pasrah. "Terima kasih, Mas."

__________________

#Meytriyah Jeon_Eun

Aku terdiam, saat kecepat kilat sosok yang sama sekali tak kukenali menarik tas gengamku dengan kasar lalu lari begitu saja.
Mataku membeliak, jantungku mencelos, aku panik dan hilang kendali. Sontak aku berteriak bak orang kesetanan.

“Copet! Copet.” Teriakku, hingga berhasil menarik atensi orang-orang berada di pasar.

Beberapa orang bahkan langsung ikut berteriak sama seperti yang aku katakan.

Para ibu-ibu terlihat terkejut dan langsung memeriksa tas dan dompetnya masing-masing.

Tak menunggu waktu lebih lama, tungkaiku secara otomatis berlari mengejar siapa pun sosok orang yang baru saja mengambil barangku tersebut. Beberapa orang sibuk memerhatiku tanpa peduli bahwa aku sedang merasa sangat kesal saat ini.

Aku segera memepet celah di antara pedagang sayur yang masih sibuk melakukan jual beli, menyenggol sekeranjang buah mangga hingga berserakan.

Bahkan bersikap acuh pada teriakan mereka. Pokoknya aku tak peduli, air mataku membanjir saat kurasa aku tak melihat orang tersebut dalam jarak pandangku.

Dasar sialan!

SIALAN!

Apa yang harus aku lakukan? ______________

#Nadia a.k.a Choco_latte2 Choco_latte2

Anna menatap lelaki itu dengan mata bulatnya, ia terus menarik tasnya, namun hanya perih di kulit yang ia rasakan.
Seakan tidak punya tenaga lebih lagi karena gemetar tubuh yang semakin menjadi, tas itu terlepas dari genggamannya dan dibawa lari oleh sang penjambret.

Anna memaksa kakinya berlari sekencang mungkin mengejar penjambret itu sambil berteriak histeris. Anna menerobos masuk ke dalam kerumuhan mengikuti sang penjambret, jeritan protes orang-orang memenuhi pendengaran Anna, namun ia dengan tidak peduli masih mengejar.

Ia memutar pandangannya mencari sosok sialan itu. "Ke mana dia?" pekik Anna kesal, ia telah kehilangan jejak sang penjambret. Penglihatannya memburam seketika, ternyata air mata telah membendung di pelupuk matanya.

Orang-orang sibuk dengan kegiatannya sendiri, dan terkesan tidak peduli dengan kejadian yang dialami Anna, seakan itu hanyalah kejadian biasa.
_____________

#Johana MosaicRile

Diandra keluar dari antrian yang tak kunjung sepi setelah tangan kanannya puas menggenggam sebatang es krim. Ia melangkah ke tengah jalan, sibuk membuka dompet cokelat Guccinya tanpa memperhatikan orang yang berlalu lalang hampir menabrak tubuhnya. Kepala Diandra menunduk, bola mata hitamnya bergulir secepat tangannya menghitung uang kertas di dalam dompet. Dia tidak yakin penjual es krim itu memberi uang kembalian dengan benar. Sesaat, sebelum dia berbalik untuk protes, seorang pria berjubah hitam menabrak tubuhnya dengan keras. Gadis itu jatuh terjengkang di aspal jalan.

Diandra nyaris mengaduh, namun ia tersadar dompet di tangannya lenyap.

Pria itu! Yang barusan menabraknya.

Diandra bangkit dan mempercepat langkahnya, berlari.

"Hey, berhenti! Pencuri!" seru Diandra dengan napas memburu.

Ia membawa paksa kakinya berlari lebih cepat dari biasanya.

Berteriak, mengajak orang di sekitar membantunya mengejar.

"Berhenti, oy!" Salah seorang pria bertubuh gempal ikut mengejar si pencuri.

"Mana? Mana?" Remaja urakan di seberang sana membawa tongkat baseball yang dihentak-hentak ke udara.

"Itu orangnya!" Teriakan Diandra semakin kencang.

Napasnya nyaris putus.

Mereka berbelok mengikuti pencuri yang berlari mencari tempat sembunyi.

Sampai di lorong kecil, mata Diandra memicing tajam. Larinya melambat. Ia berhenti.

Pencuri itu tidak ada.

Menghilang.
Diandra mengumpat.

Kakinya menendang kaleng di jalan.

Jemari tangannya menghapus keringat yang lolos dari dagunya.

"KURANG AJAR!"
________

#Vicya Cleviya

Awan mendung menghiasi langit malam ini. Udara dingin berhembus mebusuk ke tulang. Namun hal itu tak membuat semua orang untuk menghentikan aktifitasnya mengelilingi arena permainan tersebut. Sebagian orang masih tetap berjalan dan bercengkrama, namun ada satu gadis yang tampak kebingungan. Ia nampak tak tahu arah diantara ribuan orang yang mengelilinginya. Gadis itu memakai dress biru bermotif garis dengan tas selempang kecil dibahunya. Ia nampak gelisah dengan menggigiti kuku jarinya.

Ditengah kekalutan gadis itu, ia mencoba untuk bertanya, namun semua irang yang ia tanya tak tahu menahu akan dimana orang yang ia cari. Tanpa terasa taa yang berada dibahunya hilang, sekilas ia melihat seseorang berlari ke kerumunan, laki-laki berkaus putih dan celana jeans panjang.

Sejenak ia terdiam melihat apa yang digenggam lelaki itu, ia tersentak dan kemudian berlari. Ia terus berlari bahkan sampai menyenggol beberapa orang. Fokusnya tak teralih dari lelaki itu, ia tak mau menyerah walau tahu nafasnya tinggal satu-satu. Saat melihat penjambret itu berbelok, ia mengikutinya. Dengan kepercayaan diri penuh, ia menambah larinya. Namun saat ia hampir bisa mencapai si pienjambret, kakinya tiba-tiba tertekuk dan ia pun terjatuh. Saat ia bangun, penjambret itu tak terlihat lagi.

"Aish, sial"
_______

#Laila stnurlaila

Semua orang hilir mudik, mencari kebutuhan yang dia perlukan untuk makan maupun hal lain. Beberapa penjual menawarkan harga yang lebih murah, sehingga pembeli seolah tertarik untuk mendekat. Aku berjalan mendekati lapak pedagang yang sedang digerumbungi para  ibu-ibu. Apa gerangan di sana? Di kanan kiri banyak pedagang mencoba menarik pembeli untuk mendekat.

Aku merogohkan tanganku ke tas yang kukaitkan di bahu kananku. Seketika aku terperanjat saat tak kutemukan benda itu. Alih-alih ingin mencari lagi, ternyata di belakangku seseorang dengan jaket hitamnya berlari membawa dompet milikku.

"Tolong!! Ada jambret!" teriakku membuat semua perhatian tertuju padaku. Aku berlari mengejar pelaku tersebut. Saat di persimpangan jalan aku tak menemukannya. Juga orang-orang yang ikut mengejar pelaku tersebut.

_________

#Umy PenulisSementara

Aku duduk termangu di sebuah halte bus menatap orang-orang yang berlalu lalang. Tak sengaja netra mataku menatap seorang pria berpakaian serba hitam. Mulai dari sepatu hingga topinya semua serba hitam. Tatapanku terus terpaku kepada gelagatnya yang cukup aneh. Dia mengikuti seorang gadis cantik yang tengah kesusahan menyeret koper besar berwarna merah. Tiba-tiba merebut tas tangan mewah yang sedang dijinjingnya lalu lari terbirit-birit.

Gadis itu berteriak meminta tolong kepada orang yang berlalu lalang, suaranya yang cempreng cukup memekakkan telingaku. Tak ada satu pun yang menghiraukannya. Aku bimbang, apakah aku harus mebolongnya? Sedangkan, diriku ini hanya seonggok manusia yang tak bisa melalukan apa pun. Ia mulai mengejar penjambret itu seraya menyeret koper besarnya yang sepertinya sangat berat itu. Namun,  sepertinya ia kehilangan jejak penjambret tersebut.
21:43 Johana Hiruk pikuk pasar memekakkan telinga. Seorang wanita berteriak histeris saat seorang laki-laki berbadan besar merampas barang-barangnya secara paksa. Jagal berjaket kulit itu berlari seraya menenteng tas curiannya. Pasar berubah menjadi ricuh ketika kejadian itu berlangsung. Para pedagang saling berkejaran menyusul perampok badan besar itu. Wanita yang kehilangan harap-harap cemas memikirkan barang-barangnya. Lalu seorang pedagang datang dengan napas yang masih memburu. "Maaf neng, malingnya lolos. Larinya kenceng banget."

__________

#Hilda HildaaaRosida17

Napasku terengah kala mengejar jambret sialan itu. Sialan! Padahal tempat ini ramai sekali, orang-orang berlalu lalang tapi tidak ada satupun yang membantuku mengejarnya. Betapa sialnya aku hari ini. Kerja terlambat, kena jambret pula! Astaga Tuhan! Kenapa nasibku begini sekali, sih? Di mana hati mereka? Tidak iba kah mereka melihat gadis unyu sepertiku dijambret? Plis! Ini jalan raya. Bahkan semua orang di sini sudah bagai semut, berbalik ke sana-ke mari, tapi kenapa saat aku dijambret, mereka malah melihat sekilas tanpa menolongku? Dasar tak punya hati, mereka ini!

Kakiku terus berlari mengejar laki-laki botak, jelek, dan urakan yang menjambretku. Sialnya, dia berlari bagai kilat. Aku tak sanggup lagi mengejarnya. Sampai-sampai tubuhku bermandikan keringat. Cukup sudah! Aku tidak sanggup lagi mengejarnya. Aku menyerah! Peduli setan sama tas yang dijambret tadi! Bodoh sekali laki-laki yang menjambretku tadi, dia tidak tau apa kalo dalam tas itu isinya hanya celana tipis berbentuk segitiga. Ha ha.

"Lebih bodoh lagi kamu, Nasya! Kalo tau dalam tas itu isinya hanya underwear, terus kenapa kamu masih mengejarnya? Dasar bodoh!" batinku berteriak, memaki kebodohanku.

___________

# Dean deanakhmad

"JAMBRET!" teriakku dengan kencang. Begitu tas kerjaku sudah berpindah tangan ke tangan para penjambret.

Oh, tidak. Untuk persekian detik aku hanya bisa melonggo ketika melihat mereka mulai menjauh.

Malam ini, hujan menjatuhi bumi dan udara mulai mendingin. Sapuan angin sepoi-sepoi mampu menembus tulangku, membuat sendi-sendinya semakin menusuk, menimbulkan kenyerian. Ditambah dengan rintik-rintik air hujan layaknya jarum yang menghujam tepat di atas kulit wajahku, semakin membuat udara malam semakin menipis dan dingin mengigil.

Uap panas mengepul namun tak menyurutkan niatku untuk mengejar penjambret sialan itu. Hey dude! Ini di keramaian halte bus, dan jam menunjukan betapa malam belumlah terlalu larut. Dengan sialnya, mereka beraksi dan akulah sasaran mereka.

Sungguh hari yang buruk.

Kecepatan kutambahkan, namun laju sepedaku tak mampu menandingi laju sepeda ninja mereka. "Gila aja, pake ninja buat ngejambret!" dengkusku kasar. Memilih menepikan sepeda matic-ku dibahu jalan.

Sekali lagi aku menghembuskan napas panjang. Mungkin kah ini teguran untukku dari Sang Khalik, bahwa aku kurang bersyukur atas nikmatnya, bahwa aku kurang bersedekah. Ah, ya. Selama ini aku hanya bisa nyinyir, tanpa bisa mensyukuri.

Gerimis malam ini dan aku berada dikeramaian. Banyaknya kendaraan berlalu lalang pun dengan beberapa orang yang berjalan di trotoar, tapi tak sedikitpun rasa empati mereka tunjukkan padaku. Lampu-lampu penerangan masih menunjukan kepongahan cahayanya yang menyinari jalanan Ibukota. Mereka lebih memilih sibuk dengan dunia masing-masing yang berpusat pada benda persegi berukuran 5 inchi.

Inilah Ibukota.
___________

#Wilda.Afi MeAtWonderland

"Happy new year!" Dito menghampiri Diana yang duduk bersila menatap langit. "Masih dua puluh menit lagi." sela Diana sigap tanpa menoleh ke pemilik mata abu-abu alami itu.

Diana sengaja memanjat dinding besar Benteng Kuto Besak ini untuk menikmati bintang-bintang dari kejauhan. Debur gelombang sungai menyentil sampan yang mulai terlihat oleng. Sementara, semakin kesini suasana semakin ramai.

"Eh! mereka udah pada ngumpul tuh!" Dino menarik pergelangan tangan Diana dan mengajaknya menuju ke lokasi pelepasan kembang api. Derai-derai manusia mulai bersiap dengan kembang api mereka.

"Ehm...misi, Mbak!" seorang pria menyela dan

Brush...

dompetnya diambil begitu saja. Diana seolah baru saja ditampar dalam-dalam. Diana menoleh ke Dino. Dia tampak tidak peduli.

"Dino!!Dino!!" Diana mengoyang-goyangkan pergelangan tangan cowok jakung itu.

"Siapa?" Ternyata dia bukan cowok bermata abu-abu kesayangannya.

"Eh?"

Diana melirik ke sekitar. Tidak ada Dino dimana-mana. Tanpa pikir panjang, ketika melihat manusia bejat itu berlari keluar area pelepasan kembang api, Diana langsung berlari, menyela di antara sekerumunan orang... "Pak saya kena jambret. Tolong saya!" namun tidak ada respon, bapak itu malah berlari menjauh bersama anak-anaknya. Diana terus berlari mengejar jambret itu sambil berteriak minta tolong.

"Woi!Jambret!"akhirnya seseorang memahaminya juga.

Dengan sekuat tenaga, Diana bersama bapak berambut plontos itu mulai berlari bersama.  Mereka berlari diikuti simpatisan yang turut membantu, namun ketika akhirnya...
"Wah...dia tadi lewat lorong yang mana ya? kanan atau kiri?" tanya seorang Bapak-bapak.
"Kita bagi dua saja. Kalian ke sana dan kami menuju ke kiri. Oke?" mereka mengangguk cepat.

Namun sampai Diana mengirimkan ceritanya melalui email kepadaku seminggu yang lalu. Kutahu, dompet kesayangnnya itu tidak akan pernah ditemukan. Padahal, di dalamnya ada undangan empat puluh harian kematian Dino Elendro, pacarnya. Sungguh miris sekali nasib sahabatku itu.
____________

#Isthy bulanbiru_

Suara-suara orang berteriak, menawar harga, bahkan cerocosan konsumen yang protes karena barang yang diterimanya tidak sesuai permintaan, terdengar memenuhi gendang telinga. Merambatkan panas ke udara hingga membuat suhu meninggi dan peluh semakin bercucuran.

Seorang gadis terlihat melangkahkan kakinya dengan cepat dan panjang. Dengan lihai dia menyalip apapun yang menghalangi jalannya.

Namun, tiba-tiba saja dia merasa tarikan yang cukup kuat, menariknya dari arah kiri. Membuatnya terdorong ke depan dan refleks berteriak,

"JAMBRETT!!!"

Melihat semua orang hanya terkejut sembari menatapnya, gadis itu panik dan langsung berlari mengejar seseorang yang memakai penutup wajah berwarna hitam.

Dia berhenti, melihat ke sekeliling dengan bibir bergetar dan mata berair, lalu kembali berlari. Tapi, naas. Dia tidak berhasil menemukan seseorang yang telah menjambret miliknya itu.
________________

#Nu verbacrania

Long time ago, pada waktu dahulu kala, aku tuh pulang dari mesjid melewati Pasar Kaget yang ada di Gasibu. And you know-lah, tempatnya ini crowded sangat, cuma kebetulan badanku semungil Princess jadi bisa nyelip sana sini dan ketiup angin ke sana kemari. Di waktu yang naas itu, aku tuh ngeletakin hape di kantong kemeja sebelah kiri dan kebetulan lagi hapeku ukurannya termasuk mini. Jadi, jalanlah dengan nyantei dan jeng jeng di sinilah puncak ceritanya, tiba-tiba dari belakang ada yang nahan kakiku yang sebelah kanan. Refleks dong daku noleh dari sebelah kanan.Cowok! Kagak cakep sayangnya.

Pas aku liat, dia cuma bilang, "Maap, Neng, maap."

Oh ya udah aku pikir. Dan baru melangkah beberapa meter gitu baru sadar hape udah gak di posisi lagi. Panik, ingin teriak, ingin ku berlari menggapai copet yang nggak keliatan itu lagi.

Orang-orang tuh pada ngeliatin doang, dalam ati mereka mikir kali yah,"Apa iya anak sekecil ini dikasi hape sama nyokapnya? Boong kali."

Aku sungut-sungut dong ya, lari-lari cantik mengejar Mas Gagah Kamvret sambil berdoa tu maling ketabrak ondel-ondel. Dan eh...dia beneran kepleset sodara-sodara, hape aku kelempar ke udara.

Kyaaah...aku kejar dong.

Gotcha!

Dapet!

Tapi...mental di aspal. Hancur layarnya. Sialan!! Tau gitu tadi aku ikhlasin aja. Sama-sama nggak balik juga hapenya.
^^

***

BAGI YANG MAU IKUT GAMES demi latihan dan belajar bersama,  bisa ikut komentar di sini.  >>>

***

Nah,  ini pemenang dari member:

Dan,  yang menurutku berhasil memberi rasa yang pas dalam deskripsi mau pun narasi, adalah....

Ini berdasarkan kacamata pribadi ya.... Adalah....

PENGUMUMAN 5 BESAR:
-UMY
-JOHANA
-MATCHA
-IRMA
-MEY

PENGUMUMAN 3 BESAR:
-MATCHA
-IRMA
-MEY

DAN PEMENANGNYA ADALAH…..

Yg mencakup kriteria game tadi:
Deskripsi cewek yang dijambret trus dia ngejar tapi akhirnya gagal. Setting keramaian.

SELAMAT KEPADA MEY!!!

Aku suka bagian mangga yang jatuhnya,  kayak di film-film.  :D

***

Terima kasih atas waktu dan kesempatannya untuk berbagi ilmu,  dan belajar bersama kami, Jazakallahu khoir.  ^^

***

Mohon maaf apabila ada kesalahan.  Bye admin irmaharyuni

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro