T u j u h

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

7. Tuyul Ompong

"HIDUP ACIL!"

"MATI SOSIS LOMPAT!"

Lily melotot kala Raffa mengangkat sebelah tangan yang terkepal di udara.

Raffa yang sadar dengan tatapan heran Lily, langsung menurunkan tangannya.

"Malu kan, Cil? Malu kan? Gak usah nistain gue makannya."

Raffa memicingkan matanya ke arah Om Ocong. Yang ditatap, justru duduk tenang di single sofa sendirian.

"Diem lo, gue jadiin lemper tau rasa," desis Raffa kesal.

"Raf, tadi sosis, sekarang lemper. Lo lapar?" tanya Lily.

Raffa menepuk dahinya, cowok itu kembali menatap ke arah Lily dan tersenyum. "Susah jelasinnya, Ly. Intinya, berduaan sama pasangan itu gak baik, pasti bakalan ada setan yang nemenin," ujar Raffa berniat menyindir Om Ocong.

"Nah itu, gue di sini karna gue tahu, Cil. Remaja jaman sekarang, kalau pacaran kagak tahu aturan, gue sebagai setan yang baik, harus mengingatkan—"

"Ada ya setan mengingatkan, bukannya ngehasut," potong Raffa.

Plak!

Lily menampar pipi Raffa dengan gemas. Raffa melotot, cowok itu menatap Lily kaget. "Kok gue ditampar?"

"Lo daritadi ngomong sendiri, terus lo bawa-bawa setan. Kan gak lucu kalau lo kesurupan di rumah gue, Raf."

Raffa melirik Om Ocong kesal, tangan Raffa masih mengusap pipinya sendiri yang terasa perih. "Lo Besok-Besok tarung aja sama si Riffa, Ly. Nabok pipi gue udah kayak nabok kasur yang banyak debunya lo," sebal Raffa.

"Iya? Wah, gue keren ya? Udah bisa tanding lawan Riffa." Lily mengangguk-anggukan kepalanya seraya tertawa.

Raffa menghela napasnya pelan, "Sebenernya gue pengen nyari calon isteri yang waras, Ly. Tapi sayangnya, gue gak bisa."

"Kenapa?"

"Gak bisa aja pokonya! Banyak nanya lo. Lo berharap gue gombalin? Maaf, Ly, gue gak jago gombal. Gengsi dong, masa orang ganteng kayak gue kebanyakan gombal gak lucu! Bukan Raffa, banget."

Lily tertawa. Ingat, apapun pembahasannya tugas Lily hanya tertawa.

"Ly, tau gak?"

"Apa?"

"Senyum lo bikin jantung gue dag-dig-dug."

Lily memukul lengan Raffa kencang, "Katanya gak gombal-gombal."

"Yang tadi bukan gombal, mulut gue dibajak setan. Udah ah, gue mau balik. Bye!"

***

Raffa membuka pintu rumahnya, cowok itu melepas jas miliknya dan berjalan ke arah dapur seraya berjoget.

"1 … 2 … 1, 2, 3 … Eta terangkan lah!"

"Eta terangkan lah!"

"Woi! Silau!" Raffa menutup wajahnya menggunakan tangannya saat sebuah senter mengarah ke arah wajahnya.

Tak lama, senter itu mati. "Katanya terangin. Yaudah gue nyalain."

Raffa mendengkus kesal mendengar ucapan Riffa. Cowok itu melempar jasnya tepat di wajah Riffa.

"Woi!"

"Selamat sore, Mama!" pekik Raffa. Cowok itu berjalan menghampiri Dena yang tengah duduk.

Cup!

Raffa mencium pipi Dena dengan lembut. Setelah itu, ia duduk di samping Mamanya. "Ma, Raffa udah bisa kerja dong sekarang."

"Kerja apaan, kerjaan kamu itu cuman ngerusuh doang, bikin Papa darah tinggi, terus—"

"Jadi tukang pijet!" potong Raffa.

"Keren kan, Ma?" Raffa menaik turunkan alisnya.

Riffa yang mendengar itu, langsung berjalan ke arah Raffa dan duduk di kursi kosong. "Maaf nih, Bang, lo kerja dari pagi sampai sore … pake jas, kece, cuman jadi tukang pijet doang?"

Raffa menepuk dadanya bangga, "Raffa gitu loh."

"Kamu lihat, anak kamu. Dari tadi bikin aku pusing," adu Fatur pada Dena.

Dena mengusap rambut Raffa pelan. "Raf, belajar, kasian Papa kamu."

"Iya, Ma, Raffa juga kasihan sama Papa. Raffa yakin Papa butuh hiburan. Rif, lo jadi topeng monyet cepetan, gue bawa ember dulu buat gue pukul-pukul biar ada musiknya." Raffa hendak beranjak. Namun, Riffa menahannya.

"Bang, bisa gak sekali aja lo ikutin apa kata Papa? Gue juga lama-lama pusing lihat lo kayak gitu. Gak jelas, kabur-kuburan, bucin sama kak Lily. Lo pikir kalau udah nikah nanti lo bakalan terus kayak gitu, hah?"

Raffa menggeleng, "Iya ya, asstagfirullah, Raffa. Insap lo," ujar Raffa pada dirinya sendiri.

"Raffa, masuk kamar kamu! Jangan sampai ini piring melayang kena kepala kamu."

"Keren piring bisa melayang. Dia beli sayap di mana, Pa? Di KFC?" tanya Raffa.

Fatur menatap Dena meminta pertolongan. Dena mengedikan bahunya tidak acuh. "Anak kamu, Tur."

"Iya, Anak Papa, Pa," timpal Raffa.

"Jangan julit, Tur. Jangan julit. Diemin aja, jangan dibales omongannya." Fatur memejamkan mata dan bergumam untuk dirinya sendiri.

Raffa beranjak, cowok itu mengambil satu gorengan di meja, kemudian memakannya. "Kalau gitu, Raffa ke atas dulu, ya?"

"Mandi, ganti baju," pesan Dena.

"Iya Mama ku sayang." Raffa kembali mencium pipi Dena.

Setelah itu, ia memilih berlari menaiki satu per satu anak tangga dan masuk ke dalam kamarnya.

"Cil, gue laper."

Raffa tersentak kaget, cowok itu berbalik. Kebiasaan! Selalu saja datang secara tiba-tiba.

"Om, apa kabar?"

"Anjir! Sosis lompat, lo ngapain bawa anak tuyul kemari?" tanya Raffa menganga.

Tuyul yang berdiri di sebelah Om Ocong tercengir lebar seraya melambaikan tangannya. "Om kangen sama gue ya?"

"Gengsi dong, masa orang ganteng kangennya sama Tuyul ompong kayak lo? Gak banget!"

Om Ocong melompat ke arah kasur, kemudian, ia berbaring di sana. "Cil, serius deh, gue laper."

Raffa menatap gorengannya yang tersisa setengah. Cowok itu menyerahkannya pada Tuyul, "Nih, lo suapin Sosis lompat."

"Tapi gue juga laper, Om."

Raffa menepuk kepala botaknya pelan. "Yaudah, lo makan aja."

"Lah? Mana bisa gitu! Terus gue gimana?" protes Om Ocong merasa tidak terima.

"Lo udah tua, ngalah sama yang lebih muda. Lo bayangin kalau lo punya anak, anak lo laper, terus gak dikasih makan sama orang gimana? Sakit hati kan lo?"

Om Ocong mengangguk. "Iya, tapi sayangnya, waktu gue metong, gue gak ninggalin anak. Gue kan waktu itu masih bujang, Cil."

"Yaudah, lo rebut aja gorengannya sana. Gue mau mandi." Raffa berjalan memasuki kamar mandi.

Om Ocong menatap tajam ke arah Tuyul. "Heh, mana … siniin!"

"Udah habis, Om. Nih, ambil aja di perut gue." Tuyul itu mengusap perutnya seraya tercengir lebar.

"Nasib gue gini amat."

TBC

Kesan setelah baca part ini?

Kalau kalian punya doi macam Raffa, putusin atau terusin?

Semoga sukaa!

Jangan lupa nabung buat beli Novel Leo Rezayn april mendatang!!!

Follow instagram Ramzpublisher juga ya biar gak ketinggalan info terbitnya.

Jangan lupa ikutan pre order Jangan Geer juga, pre Ordernya diperpanjang loh.

Oke dah see you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro