Stay Away! (a)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Berkali-kali Glenn mengumpat dalam hati ketika dirinya sudah terjebak macet selama dua puluh menit. Ini sangat menyebalkan. Padahal laki-laki itu harus tiba di butik Samantha untuk memberi ucapan selamat pada sang istri.

Keana akhirnya diizinkan keluar dari rumah, mencari kesenangannya saat Glenn sibuk bekerja. Tawaran Samantha pun sangat cocok untuk Keana yang dulu sekolah di bagian desain. Merancang pakaian indah dengan detail mengagumkan dan dipakai orang lain, adalah impian perempuan itu. Dan Glenn tak akan sampai hati memutus kebahagiaan Keana.

Melihat jalanan yang mulai lengang dan tujuan yang sudah dekat, Glenn bisa sedikit bernapas lega. Shine yang memperhatikan kecemasan Glenn dari kaca depan, hanya bisa tersenyum. Tuannya berbeda. Glenn sudah tak sekaku dulu. Keana sedikit banyak telah mengubah laki-laki dingin itu. Laki-laki yang biasanya enggan mau repot demi seorang perempuan setelah hatinya pernah patah.

"Kita sudah sampai, Tuan."

Mata Glenn mengamati sekitar. Benar, dia sudah sampai di depan butik Samantha. Terlihat juga beberapa wartawan dan kameramen menjalankan tugas. Karena yang datang tentu saja orang-orang dari kalangan atas. Keluarga Jerald dan Jayden cukup terpandang, hampir menyamai status keluarga Abhivandya.

Saat akan turun dari mobil, Glenn mengembuskan napas panjang. Tak akan mudah baginya untuk melewati orang-orang pencari berita itu. Namun, dia sudah bersiap. Shine juga telah berjaga di samping pintu Glenn setelah memberi perintah pada petugas vallet.

Pintu mobil terbuka. Glenn turun sembari membenarkan jasnya. Semua mata memandang takjub. Tak heran mendapati Glenn di sini, karena dia adalah sahabat dari kakak si pemilik butik. Para wartawan langsung mengerumuninya. Puluhan bidik kamera diarahkan pada Glenn. Berbagai pertanyaan dilayangkan, mulai tentang pekerjaan dan kehidupan pribadi. Namun, tak satu pun Glenn menjawab. Shine terus melindungi tuannya agar bisa berjalan dan selamat sampai ke dalam. Hanya saja ... sebuah teriakan lantang membuat Glenn dan semua orang terdiam.

"Glenn sayang! Aku di sini, tunggu!"

Sontak Glenn membalik tubuh. Terlihat Christie tengah memecah kerumunan agar bisa dekat dengan Glenn. Laki-laki itu tak percaya perempuan pendusta seperti Christie diizinkan kemari. Kekesalannya juga tertuju pada Jerald dan Jayden. Mengapa dua sahabatnya harus mengundang perempuan bergaun merah mini itu?

"Tuan Glenn, apa kau dan Nona Christie ada hubungan?"
"Sejak kapan kau memiliki hubungan spesial dengan model pendatang baru di sampingmu, Tuan?"

Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang dilayangkan untuk Glenn ketika Christie merangkul dirinya. Dengan malas Glenn mempercepat langkah dan mengabaikan orang-orang itu. Sementara Christie, tetap bertahan di posisinya.

"Menjauhlah dariku, Christie!"

Perintah Glenn tajam dan tegas, tapi tetap dengan nada terkendali. Di sini terlalu ramai. Glenn tak ingin menimbulkan masalah. Namun, membiarkan Christie tetap bergelayut manja seperti ini juga pastinya akan menyebabkan masalah yang lain.

"Apa aku harus bertindak, Tuan?"

Shine berbisik dari sisi kiri Glenn. Dan sang tuan menjawab dengan gelengan kepala. Dia membiarkan ratusan pasang mata menatapnya begitu saja.

"Aku sangat merindukanmu, Glenn. Jangan munafik. Kau membuatku terkenal seperti ini, karena masih mencintaiku, Glenn."

Ingin rasanya Glenn muntah saat Christie berucap manja seperti barusan. Cinta katanya? Christie seharusnya berpikir, cinta macam apa yang dengan sengaja tidak ingin bersua dengan kekasih. Mungkin Christie terlalu bodoh, mengira segalanya sesuai dengan yang dia mau. Padahal, lawannya adalah Glenn. Seorang Glenn Abhivandya yang bukan budak cinta.

"Aku terlalu sibuk. Aku tidak sempat menemuimu," jawab Glenn singkat. Matanya memandang sekitar, berharap menemukan Keana.

"Baiklah. Tidak masalah. Yang penting hari ini aku bisa bertemu denganmu, Glenn."

Sekali lagi Christie mengetatkan rangkulannya di lengan Glenn. Baru saja laki-laki itu akan melepas paksa Christie, matanya bersirobok dengan Keana yang telah berada di panggung. Untuk beberapa detik, Glenn membatu. Hatinya berdenyut nyeri entah karena apa ketika melihat raut kesedihan di wajah Keana. Setiap lirik yang Keana lantunkan, membuat Glenn kian berdebar. Dan sialannya, Christie terus saja mengoceh perihal rindunya pada Glenn yang tak bertepi selama ini. Sungguh mengganggu konsentrasi Glenn yang tengah menatap Keana lekat.

Sudah cukup! Aku tidak tahan lagi! Christie sialan!

Glenn menyikut pelan perut Shine, memberi isyarat dengan kedipan mata. Dan dengan gerakan cepat, Shine sudah pindah ke sisi Christie. Lalu berkata,

"Nona, ada salah seorang pemilik majalah yang ingin bertemu denganmu. Dia berniat mengajukan kontrak besar."

Christie akan memberi penolakan, mengingat tengah bersama Glenn saat ini. Akan tetapi, dia juga tak bisa mengabaikan lembar-lembar uang yang sedang menantinya. Dilanda kebimbangan sesaat, akhirnya dia berpamitan pada Glenn. Mengatakan kalau dia akan kembali tidak lama lagi. Shine dan Christie lalu pergi. Terserah Shine mau membawanya ke mana. Glenn tak peduli. Sekalipun Christie dikirim ke Segitiga Bermuda, Glenn pasti akan sangat bersyukur.

Tepuk tangan meriah sekali lagi memenuhi ruang. Glenn beranjak dari posisinya berdiri, berniat menghampiri Keana yang turun dari panggung.

"Keana, kau luar biasa," puji Glenn sebisa mungkin.

Namun, perempuan itu hanya menatap tajam dan berjalan begitu saja. Glenn buru-buru mengejar Keana yang menuju ruang belakang panggung. Perempuan itu berjalan cepat, tapi tak lebih cepat dari Glenn yang berhasil menangkap tangan Keana. Digenggam kuat, hingga Keana tak berhasil melepaskan, walau sudah menyentak.

"Hei! Ada apa?"

Langkah Keana terhenti. Dibaliknya tubuh dengan mata yang menyipit tajam. Keana benci Glenn. Dia benci akan apa yang dilihatnya tadi. Laki-laki itu dengan sengaja menyakitinya.

"Ada apa katamu?! Kau manusia atau batu, Glenn?! Kau membawa perempuan lain di depanku!"

Napas Keana memburu. Dadanya sesak dan perih. Bagaimana bisa dia bertahan hidup jika harus mengalami ini setiap hari? Tidak, Keana tidak sanggup. Maka dari itu dia meminta Glenn untuk menjauhi perempuan-perempuan simpanannya. Tetapi ... apa ini? Nyatanya, Glenn tetap menggores luka di hati Keana.

"Keana, kau salah paham."

"Salah paham apanya, Glenn?! Dia Christie, 'kan?! Perempuan yang menghubungimu saat kita berbulan madu! Dia juga seorang model pendatang baru yang terkenal! Pantas saja kau tidak sampai hati meninggalkannya!"

Mata Keana sangat panas, tapi dia menahan diri agar jangan sampai menangis di hadapan Glenn. Tubuhnya bergetar hebat. Emosinya tumpah ruah di lorong ini, tak peduli pada calon rekan-rekan kerjanya yang melihat penuh tanya.

Sudah cukup! Glenn tidak suka dihakimi seperti ini. Memang siapa Keana bisa membentak Glenn terus-terusan? Maka, dengan emosi yang juga memuncak, Glenn menyentak kasar tangan Keana.

"Kau siapa bisa mengaturku harus pergi dengan siapa, Keana?! Kau lupa pada perjanjian kita?! Aku bebas berkencan dengan siapa saja!"

Sontak Keana melangkah mundur. Tubuhnya membentur tembok dan dia sungguh terkejut. Kali ini air matanya tidak tertahankan lagi. Ditatapnya Glenn dengan separuh hati yang berantakan. Tubuh perempuan itu lantas merosot, hingga terduduk lemas di lantai.

"Kau benar, Glenn. Kita punya perjanjian. Aku tidak berhak cemburu padamu. Kau laki-laki bebas. Sekarang, menjauhlah dariku. Temui saja kekasihmu itu."

Bukannya merasa membaik setelah meluapkan kekesalan, Glenn malah bertambah kacau. Dia tidak bisa melihat Keana berantakan seperti itu. Hatinya kesakitan melihat sang istri yang terus meneteskan air mata. Dengan kebingungan luar biasa, Glenn berlutut di hadapan Keana. Laki-laki berkemeja hitam itu tak tahu harus bersikap bagaimana sekarang. Dia mengatakan kalimat tadi hanya bermaksud agar Keana diam, bukan dengan sengaja mendorong Keana untuk terjatuh.

"I'm sorry, Honey. I'm sorry," ucap Glenn sungguh-sungguh.

Untuk pertama kalinya, Glenn merasakan Keana adalah orang yang berbeda. Seakan ekspresi yang perempuan itu tunjukkan selama ini hanya pura-pura. Ya, sebelumnya Keana tak pernah protes apalagi sampai membentak Glenn. Namun, sekarang dia sudah tidak bisa lagi bersandiwara. Dia ingin kebahagiaan yang sesungguhnya.

Glenn berniat membawa Keana ke dalam dekapan, tapi perempuan itu menolak. Dengan wajah tertunduk berlinang air mata, Keana merasa sangat bodoh. Bagaimana mungkin kalau dia berpikir dirinya akan selalu bahagia bersama Glenn? Rumah tangga yang baru mereka jalani entah sampai kapan bisa bertahan.

"Pergi saja, Glenn. Tinggalkan aku. Menjauhlah dariku. Aku baik-baik saja."

"Dengar, Keana. Kau harus percaya padaku. Aku tidak berbuat apa-apa dengannya."

Sungguh terdengar lucu. Glenn berusaha menjelaskan kesalahpahaman Keana. Ini tidak benar. Kenapa dia mendadak jadi peduli? Padahal Glenn sendiri pernah mengingatkan Keana bahwa dirinya bebas berbuat apa saja.

"Aku jatuh hati padamu, Glenn. Dan sekarang aku benar-benar jatuh, sampai rasanya sakit sekali."

Tempo degup jantung Glenn meningkat. Ada yang meletup-letup di dadanya mendengar pernyataan Keana. Matanya sulit untuk berkedip, tak percaya kalau Keana mengakui perasaan. Laki-laki itu kehilangan kata. Lidahnya benar-benar kelu.

"Menjauh saja dariku untuk selamanya, Glenn. Aku tidak mau mati, karena cemburu setiap hari."

Dan Glenn langsung mengangkat tubuh Keana. Perempuan itu memekik keras ketika dibawa ke sebuah ruang yang banyak berisi gaun. Pintu tertutup keras setelah Glenn mendorong dengan kaki.

"Turunkan aku, Glenn!"

Glenn memang menurunkan Keana, tapi kemudian menyudutkan perempuan itu ke dinding. Keana tak bisa bergerak, karena Glenn merapatkan tubuh dengannya. Perempuan yang make-up-nya agak berantakan itu terus memberontak. Mulutnya tak henti menyuruh Glenn melepaskan dirinya.

Glenn sedang kesal, begitu juga Keana. Jadi, laki-laki itu memilih meredam gejolak di antara keduanya dengan sebuah ciuman. Dipegangnya rahang Keana dan Glenn memajukan wajah. Dia mencium Keana pelan. Tidak membiarkan perempuan itu menolak sentuhannya. Glenn kehilangan kewarasan karena Keana. Dia tak bisa berhenti untuk melumat bibir manis itu, hingga adrenalinnya kian terpacu saat Keana mendesah pelan. Dan ya, Keana juga tak bisa mengendalikan diri saat berada dalam kuasa sang suami.

Tautan bibir mereka terlepas. Keduanya saling pandang dalam diam. Tangan Glenn lalu bergerak untuk menghapus basah di wajah istrinya. Tanpa terduga, Keana menjatuhkan diri dalam pelukan Glenn. Sekali lagi tangisnya tumpah.

"Aku tidak sanggup, Glenn. Aku tidak bisa memenuhi perjanjian itu. Ceraikan saja aku, Glenn. Sungguh, aku tidak bisa melihatmu seperti tadi."

Tangan Glenn bergerak untuk mengusap punggung Keana. Lalu dikecupnya perempuan itu dan berkata,

"Jangan pernah bermimpi bisa bercerai dariku, Keana. Kau milikku, selamanya."

🍂🍂🍂

Udah di part berapa, nih, bu-ibu? Kayaknya bentar lagi END ya versi WP🤧

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro