Stay Away! (b)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kalian berengsek! Kenapa harus mengundang Christie tempo hari? Untung saja aku bisa menenangkan Keana yang mengamuk."

Glenn mengenyakkan diri di kursi kebesarannya. Matanya tertuju pada dua sahabat yang tengah duduk di sofa. Glenn kesal, tentu saja. Kehadiran tak terduga Christie membuatnya kacau. Laki-laki itu bahkan hampir gila ketika Keana menangis dan menumpahkan emosinya. Dan sekarang dia baru sempat bertemu serta memaki sahabatnya, karena kesibukan masing-masing.

"Seorang Glenn menenangkan Keana? Oh, ya Tuhan! Kau sudah jatuh cinta, Glenn!"

Suara Jerald memenuhi ruang. Terdengar jelas kalau dia gembira. Membayangkan sahabatnya telah mencair setelah membekukan hati sejak lama, tentu kabar baik.

"Dia istriku. Aku berhak melakukan apa pun."

Jerald dan Jayden menahan tawa ketika memperhatikan ekspresi wajah Glenn. Dan diam-diam Glenn juga memikirkan ucapan sahabatnya tadi. Jika diingat, untuk apa Glenn menenangkan Keana? Bukankah laki-laki itu yang memberi aturan? Lalu, kenapa kebingungan saat mendapati Keana yang kacau? Pertanyaan-pertanyaan yang melintas di otaknya, Glenn sendiri juga tidak tahu jawabannya.

"Ngomong-ngomong, bukan aku dan Jerald yang mengundang Christie. Tapi, Samantha. Kami juga tidak tahu tentang itu. Dan, kalau kau mau menyalahkan seseorang, salahkan dirimu sendiri. Bukankah kau yang membuat Christie jadi terkenal?"

Benar ucapan Jayden. Ini salah Glenn. Namun, laki-laki itu punya misi. Dan hanya akan berakhir jika sudah tercapai. Ada masanya hari-hari diisi oleh ego yang tertahan, hingga berhasil berada di titik akhir dengan menggenggam kepuasan.

Sebuah pesan masuk di ponsel Glenn. Cepat, laki-laki itu membaca dan mengetik balasan.

Biarkan saja Christie masuk. Aku ingin tahu sandiwara apa yang dia mainkan kali ini.

Setelah pesan terkirim, dengan sabar Glenn menanti pintu itu terbuka. Kesempatan bagus Christie memaksa menemui Glenn saat ada Jerald dan Jayden di kantornya. Dan tak berselang lama, pintu ruangan Glenn terbuka. Menampakkan Christie dengan dress hijau muda selutut, serta Shine yang berada di belakangnya.

Jerald dan Jayden memandang Christie penuh rasa muak, ketika perempuan itu dengan centilnya memanggil Glenn.

"Glenn, aku rindu padamu. Tidakkah kau ingin menemuiku?"

Glenn mengembuskan napas kasar ketika menyadari Christie berjalan ke arahnya. Dengan cepat laki-laki itu bangkit dan berdiri di depan mejanya. Memberi isyarat agar Christie tidak boleh melangkah lebih dekat lagi.

"Kau duduk saja di sofa, ada Jerald dan Jayden juga di sana."

Christie mengalihkan wajahnya ke sisi kiri. Baru menyadari ternyata ada dua laki-laki yang tengah menatapnya sinis. Christie enggan menyapa, tapi demi menjaga nama baik di depan Glenn, dia harus jadi penjilat.

"Hei, Jerald, Jayden. Apa kabar? Saat pembukaan butik Samantha, kita tidak sempat bertemu."

"Basa-basi yang sangat busuk," bisik Jerald pada Jayden.

"Diamlah, Jerald. Mungkin setelah ini kita dapat pertunjukan gratis. Siapa yang tahu?"

Jerald mengangguk dengan senyuman licik pada Jayden. Dia kenal Glenn. Laki-laki itu tak mungkin membiarkan Christie masuk ke ruang pribadinya tanpa ada hal khusus.

"Kami baik, Christie. Kau juga tampak sangat baik tanpa perlu ditanyakan." Sungguh, tadi itu sebenarnya sindiran. Namun, rasanya Christie tidak mengerti maksud Jerald.

"Aku memang sangat baik dan sekaligus punya kabar baik untuk kalian semua."

Setelah melihat Glenn duduk di sofa, Christie mengikuti. Sayangnya, tidak bisa duduk bersebelahan, karena laki-laki itu sengaja duduk di sofa single.

"Kabar apa?" tanya Jayden penuh selidik.

Perempuan itu menatap Glenn yang tengah duduk dengan kaki menyilang. Berharap kalau Glenn menanyakan kabar apa yang dia bawa. Namun, Christie hanya melihat Glenn diam seribu bahasa lengkap dengan tatapan tajam menghunjam. Laki-laki itu begitu mengerikan saat diam seperti ini, membuat Christie sebenarnya bergidik.

"Aku ... sebentar lagi sepertinya akan menikah dengan Glenn."

"Apa?!"

Jerald dan Jayden berucap bersama. Namun, Glenn tetap tenang dengan siku kanan berada di pembatas sofa, dan tangan yang menempel pada pelipis. Hatinya tertawa mengejek melihat ekspresi bahagia Christie.

Dia pikir bisa semudah itu untuk menipuku?

"Benar," jawab Christie bahagia, "aku dan Glenn akan menikah, karena kami punya anak."

Mata Jerald dan Jayden rasanya hendak keluar. Mereka menatap Glenn tak percaya. Menuntut jawaban, tapi yang ada Glenn hanya menaik-turunkan bahu saja. Ada yang salah, Jerald dan Jayden tahu itu. Lagipula, Glenn tidak mengatakan perihal anak pada mereka.

"Glenn, katakanlah sesuatu. Jangan membuat kami bingung," pinta Jerald setelah menghela napas panjang.

"Apa yang harus aku katakan, Kawan? Mengatakan kalau anak yang Christie lahirkan tidak memiliki darah Abhivandya sedikit pun?"

Kali ini Christie yang membelalak. Jantungnya berdetak sangat cepat. Dia ingin Glenn dan dia akan mendapatkannya. Tidak peduli bagaimana laki-laki itu berusaha menyudutkannya.

"Haruskah kami pergi, Glenn? Sepertinya ini urusan pribadi kalian." Jayden berkata sembari bersiap bangkit.

"Tidak perlu. Aku rasa Christie ingin kalian tahu tentang kami. Jadi, kenapa harus aku hentikan?"

Wajah Christie memucat. Kata-kata Glenn terasa sangat dingin barusan. Apalagi tatapan itu, seperti predator yang tengah menertawai mangsa kecilnya. Namun, Christie enggan menyerah. Dia sudah menerima kemewahan dari Glenn dan belum puas sampai laki-laki itu kembali ke dalam peluknya.

"Glenn, jangan bercanda. Dia putri kita. Aku sudah membawa hasil tes DNA kalian."

Dari dalam tas, Christie mengeluarkan sebuah kertas. Masih dia pegang, karena berpikir Glenn akan meminta untuk melihatnya dengan semangat.

Senyum Glenn mengembang. Sehari setelah pembukaan butik Samantha, Christie memaksa Glenn bertemu dengan anak itu. Namun, Glenn menolak dengan mengatakan harus ada pembuktian lebih dulu. Dan Glenn sendiri yang menyetujui adanya tes DNA, bahkan dia memberikan Christie sehelai rambut.

"Lalu apa hasilnya?" tanya Jerald penasaran.

"Apa lagi? Tentu saja dia anakku bersama Glenn. Sekian tahun kami terpisah, akhirnya ada kesempatan untuk bersama."

Menggeleng atas kelucuan di hadapannya, Glenn memanggil Shine yang sejak tadi duduk sendiri di sudut ruang.

"Ambilkan hasilnya, Shine."

Mengangguk sebentar, Shine lalu menuju meja kerja Glenn. Dibukanya laci dan mengeluarkan sebuah map berwarna kuning. Sang asisten melangkah untuk menyerahkan map pada Glenn. Sementara, Jerald, Jayden, dan Christie menunggu penuh debar. Keadaan ini terlalu menegangkan.

"Aku sudah punya hasil tes DNA. Dan menyatakan 100% dia bukan anakku. Apa penjelasanmu, Christie?"

Tanpa iba, Glenn melempar map tersebut ke arah Christie dan tepat jatuh di kakinya. Dengan gemetar Christie menunduk, serta meraih map itu. Dia benar-benar gugup, ketika Glenn menatapnya masih tajam seperti tadi. Ditambah dengan saudara kembar yang ikut-ikutan melayangkan tatapan tidak suka. Satu lagi, Shine yang hanya seorang asisten pun mampu membuat Christie sangat ketakutan sekarang.

"Bukalah, Jalang!"

Christie tersentak. Glenn memanggilnya sangat kasar. Perempuan itu mulai merasa panas. Tangannya bergetar ketika mengambil kertas di dalam map dan membaca isinya. Yang membuat dia lebih kaget adalah, ketika melihat tanggal hasil tes itu keluar.

"G-Glenn, dengar dulu. Hasil ini pasti salah! Aku punya yang asli! Lagipula, ini bisa saja palsu! Kau belum pernah bertemu anak itu!" Christie sangat gugup. Dia bangkit untuk menghampiri Glenn, tapi Shine berdiri menghadang.

"Glenn, kau harus percaya padaku! Dia anakmu!"

Di saat Christie sedang gugup setengah mati, Jerald dan Jayden bernapas lega. Sahabatnya tidak mudah untuk dimanfaatkan. Tak ada yang perlu mereka takutkan. Seorang Glenn Abhivandya yang pernah sekarat karena cinta, kini telah berdiri tegap tanpa gentar untuk menghadapi dunia.

"Heh, percaya padamu? Mungkin aku gila kalau sampai melakukan itu."

Merasa kakinya lemas, Christie kembali duduk. Dan Shine juga mengambil posisi tepat di sebelah perempuan yang tengah kacau. Mata laki-laki berkemeja putih itu tak luput dari memperhatikan tingkah Christie. Ada terlalu banyak hal yang Shine tahu perihal kehidupan tuannya. Membuat Shine rela melakukan apa saja demi melindungi dan kebahagiaan Glenn.

"Tapi kau masih mencintaiku, Glenn. Bukankah seharusnya kau percaya?"

"Cinta?" Glenn tertawa mengejek. "Cintaku sudah lama mati, Christie."

"Tidak, kau bohong. Kau masih mencintaiku, maka dari itu kau mencarikan aku pekerjaan yang layak. Kau sengaja ingin aku hidup dengan nyaman."

Melihat perseteruan mendebarkan, Jerald dan Jayden hanya diam sembari menikmati. Jarang-jarang mereka bisa menyaksikan live show seperti ini. Drama antara cinta lama yang kembali.

"Ya, tentu saja aku berbohong, Christie. Aku sudah membohongimu selama ini. Ketenaran yang kau dapat akan lenyap dalam sekejap. Bukankah itu adil? Kau juga mendapatkannya dalam sekejap."

Kerongkongan Christie tercekat. Dia tak bisa berkata apa-apa ketika menyadari tidak ada kebohongan dalam kata-kata Glenn tadi. Mendadak hatinya remuk redam. Kepalanya sangat pusing, hingga untuk menatap sekitar pun dia tidak bisa fokus. Ini terlalu menyakitkan, dia tak mampu menerimanya.

"Glenn, yakinlah, dia putri kita. Aku tidak berbohong. Aku pergi saat itu, karena terpaksa. Ibumu yang memaksaku, Glenn."

Tangis Christie tumpah. Dia tersedu-sedu tak percaya nasibnya jadi seperti ini. Dia kira Glenn-nya yang dulu telah kembali. Nyatanya, dia salah besar. Christie harus menelan kekecewaan sangat dalam.

"Bereng-"

Umpatan Glenn tertahan, ketika tiba-tiba muncul seorang perempuan dengan wajah pucat. Mendadak Glenn bangkit dan jantungnya berpacu cepat. Itu Keana! Perempuan itu menatap Glenn tanpa daya.

"Kau bajingan, Glenn! Kau menipuku! Kau punya anak dari perempuan lain! Kau membohongiku, Glenn!"

Kepala Glenn tiba-tiba jadi berat. Ruangan pun terasa mencekam. Christie masih tak menghentikan tangisnya. Jerald dan Jayden tegang menikmati adegan di hadapannya. Dan Shine, dia mengutuk diri sendiri, kenapa tidak berjaga di depan saja untuk melakukan antisipasi.

"Keana, dengar aku."

Glenn mendekati istrinya, tapi Keana melangkah mundur.

"Aku membencimu, Glenn! Aku benci! Menjauhlah dariku untuk selamanya!"

Lalu, Keana berlari meninggalkan ruangan itu. Glenn ingin mengejar, tapi emosinya benar-benar di puncak pada seseorang yang menyebabkan kekacauan ini. Maka, dengan hati yang panas, dia berkata,

"Shine, akhiri tugasmu besok siang. Selesaikan semuanya. Hancurkan ketenaran seorang model pendatang baru bernama Christie."

Semua yang ada di ruangan bergidik. Glenn dengan uang dan kekuasaannya bisa melakukan apa saja.

TBC

Lucu baca komen di part sebelumnya. Banyak yang minta jangan END. Lah, emang mau ini cerita jadi kek kereta api? Terus kapan author move on ke cerita baru? Wkwkwk.

Pokoknya jangan lupa nabung biar bisa meluk Glenn ya nanti 💃

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro