Sweeter than Sugar(b)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

“Bagaimana keadaannya?” tanya Glenn sembari sibuk membubuhkan tanda tangan.

Dia bekerja extra cepat agar bisa segera pergi untuk memenuhi janji dengan Keana. Dan tentu saja, segalanya harus dikontrol lebih dulu.

“Dia bilang tidak akan makan sebelum kau datang, Tuan.”

“Omong kosong! Tidak usah memedulikan ucapannnya. Jika dia tidak mau makan, biarkan saja. Aku juga tidak akan menghalangi kematiannya.”

Glenn menghela napas kasar setelah menutup dokumen terakhir. Dia sudah menduga kalau Christie akan melakukan trik murahan seperti itu. Sayangnya, Glenn tak akan terpengaruh. Mau berapa kali pun Christie mengiba, Glenn akan tetap mengabaikannya.

“Ah, iya, Tuan. Dia bilang tujuannya pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Karena kalau tidak, putrinya tidak akan bisa makan. Tapi, tentang anak itu, aku sudah mulai mendapatkan hasil, Tuan.”

Pandangan Glenn mengedar ke sekitar. Dia berpikir akan merasakan suatu hal aneh ketika Shine membicarakan tentang putrinya-menurut perkataan Christie. Namun, hatinya tetap biasa saja. Seakan tak ada ikatan sama sekali.

Bangkit dari duduk, Glenn meraih jasnya yang tersampir di bahu kursi. Lalu, melangkah keluar ruangan sembari melanjutkan percakapan dengan Shine.

“Kalau dia mau pergi dari vila, biarkan saja. Tapi tetap awasi dia. Kalau dia kesusahan mencari pekerjaan, bantu dia. Karena aku ingin memberinya 'hadiah'.”

Sebuah rencana muncul di otak Glenn. Dia akan memanfaatkan kesempatan untuk membalas sakit hatinya pada Christie. Sebuah niat yang awalnya tidak ingin Glenn jalankan. Karena lima tahun lalu dia memutuskan untuk memusnahkan sang mantan kekasih dari ingatan. Maka dari itu, Glenn tak pernah mencari Christie. Laki-laki itu sengaja tidak mencari tahu keberadaan perempuan pujaannya dulu. Hanya saja kali ini, Christie yang datang sendiri. Dan Glenn tidak akan menyia-nyiakannya.

“Baik, Tuan. Sepulang dari bulan madumu aku akan memberi laporan lengkap tentang anak itu. Ah, satu lagi, Tuan. Aku perlu sehelai rambutmu.”

Sudut bibir Glenn tertarik. Tak salah dia mempekerjakan Shine selama ini. Kecepatan serta ketepatannya dalam memberi informasi selalu bisa diandalkan dan dipercaya. Lihatlah, belum 24 jam sejak Glenn memberinya tugas dan Shine sudah melangkah cukup jauh.

“Aku sudah menyiapkannya. Kau ambil saja di laci ruang kantorku.”

Panggilan lantas terputus setelah Shine memberikan salam. Glenn yang sudah sampai di pelataran kantor langsung masuk ke mobilnya yang telah terparkir. Dia mengemudi sendiri menuju landasan udara. Tempatnya berjanji untuk menemui Keana.

Glenn meraih ponsel yang tadi dia letakkan di dasbor. Lalu, ditekannya sebuah nama. Panggilan tersambung. Glenn lantas memperbaiki headset bluetooth di telinganya. Agar suara perempuan di seberang sana bisa didengar dengan jelas.

“Suamimu sedang dalam perjalanan. Bagaimana denganmu?”

“Tentu saja istrimu sedang duduk di kabin mewah jet pribadi milik Glenn Abhivandya.”

“Apa kau juga sedang menunggu untuk mengeluarkan keringat di kabin itu bersamaku?”

Keana terdiam, dia tak bisa menjawab ucapan Glenn. Lain halnya dengan lelaki itu, dia merasa senang menggoda sang istri. Glenn pun sejenak melupakan Christie. Dia hanya ingin memikirkan pengantinnya selama seminggu ke depan. Termasuk tentang malam pertama mereka.

🍂🍂🍂

Setelah melewati penerbangan panjang, Glenn dan Keana tiba di Santorini. Mereka langsung menuju Oia menggunakan taksi. Selaiknya pengantin lain, Keana merasa bahagia. Dia tengah berada di pulau penuh pesona dengan lelaki yang berstatus suaminya.

Hari sudah sore, sebentar lagi waktu yang bagus untuk menikmati matahari terbenam. Dan ya, mereka menginap di tempat terbaik untuk menyaksikannya.

Sejenak Keana terpesona ketika turun dari taksi. Pandangannya mengedar, menikmati bangunan-bangunan bernuansa putih. Glenn meraih tangan Keana dan mengajaknya melangkah bersama untuk check-in di Canaves Oia Santorini. Salah satu penginapan terbaik di Santorini. Sementara, sang sopir taksi mengikuti dari belakang sambil membawa koper pengantin baru tersebut.

Keduanya tidak bicara sama sekali. Sampai proses check-in selesai dan mereka diantar ke kamar tipe Presidential Suite pilihan Glenn.

“Kau menyukainya?”

Glenn bertanya dari belakang Keana. Perempuan bergaun krem selutut itu tengah memandang laut Aegean dari balkon.

“Aku sangat menyukainya, Glenn,” jawab Keana setelah membalik tubuh.

Mereka berdiri dengan jarak yang sangat dekat. Keduanya saling tatap dengan kata yang tak terucap. Hingga Glenn melangkah maju dan meraih pinggang ramping istrinya. Ajaibnya, Keana seperti tahu cara mengimbangi Glenn. Tangan perempuan itu  melingkar di leher suaminya. Wajah laki-laki berkemeja biru muda itu lantas mendekat dan seperti yang Keana duga, bibir mereka kembali menyatu. Keana pun tak menolak. Dia menikmati sentuhan lembut suaminya.

“Glenn,” desis Keana saat bibir mereka terlepas.

Namun, Glenn hanya membiarkan perempuan itu sedikit bernapas lega. Karena setelahnya, dia kembali mencumbu Keana. Glenn seakan tak pernah puas dengan bibir Keana yang terasa lebih manis dari gula.

“Keana, aku ingin melanjutkannya.”

Hati Keana berdesir mendengar bisikan Glenn. Yang jelas dia tak akan bisa lari sekarang.

“Tapi, waktu kita sangat sedikit. Aku tidak ingin ketinggalan sunset pertama di Santorini bersamamu.”

Akhirnya Keana bisa bernapas lega saat Glenn membalik tubuh untuk bersiap-siap. Keana menyusul di belakangnya dan meraih sling bag yang berisi dompet dan ponsel. Namun, sesaat dia terpaku ketika melihat Glenn mengeluarkan sesuatu dari koper besarnya. Sebuah kamera Canon EOS RP. Keana hanya tak percaya lelakinya memiliki barang tersebut.

“Kau suka fotografi? Aku baru tahu.”

Glenn menatap Keana dengan senyum tipis. Langkahnya lalu mendekati perempuan itu dan berbisik,

“Aku baru membelinya sebelum hari pernikahan kita. Memang aku persiapkan untuk dipenuhi oleh foto-fotomu.”

Entah kenyataan atau sekadar bualan, yang jelas Keana merasakan wajahnya menghangat atas kalimat manis Glenn. Keana juga berusaha menikmati apa pun yang lelaki itu berikan, sebelum nanti hubungan mereka berakhir.

“Aku baru tahu suamiku sebaik ini. Baiklah, ayo kita pergi.”

Glenn mengangguk. Keduanya meninggalkan kamar hotel dan menyusuri jalan yang bermaterialkan batu. Gang-gang kecil yang mereka lewati juga tidak membosankan, karena keindahan struktur setiap bangunan yang ada. Dan mereka tiba di Restoran Kastro. Salah satu spot terbaik untuk menikmati sunset. Karena Glenn tidak ingin berdesak-desakan dengan puluhan pengunjung lainnya di benteng tua dekat restoran tersebut. Bukan masalah untuknya jika harus menyewa tempat, yang terpenting adalah dia dan Keana merasa nyaman.

“Kau benar-benar menyiapkan segalanya, Glenn,” kata Keana semringah.

Keana terkesima pada Glenn yang dengan matang menyiapkan bulan madu mereka. Termasuk melakukan reservasi di Kastro agar tidak keduluan pengunjung lainnya.

“Apa sekarang kau terpesona padaku?”

Rasa percaya diri Glenn bertambah hingga 100% saat mengetahui Keana suka dengan yang dia berikan. Lagipula, siapa yang tak akan terpesona pada lelaki sepertinya?

'Aku bahkan terpesona sejak pertama kali bertemu denganmu, Tuan.'

Keana membatin. Tetapi, dia tak menjawab sama sekali ucapan Glenn. Dia mengalihkan obrolan dengan memesan makanan. Lalu, menatap matahari yang sudah mendekati peraduannya.

Tanpa Keana sadari, Glenn membidik kamera beberapa kali. Melihat hasil foto yang cukup bagus dengan objek menawan, Glenn tersenyum. Sebuah kolaborasi objek yang serasi untuk diabadikan. Perempuan istimewa dengan matahari bersinar di atas laut Aegean.

Dan Keana terperangah atas matahari yang terus bergerak menuju peraduannya. Sementara Glenn, dia terpesona pada perempuan di depannya. Sampai-sampai Glenn tidak ingat sama sekali bahwa pernah menikmati sunset dari tempat yang sama bersama Christie.

“Glenn, ayo kita foto bersama!” ajak Keana penuh semangat.

Alis Glenn mengerut. Dia sangat asing akan ajakan Keana. Berfoto dengan istri?

“Apakah itu harus?”

Keana tertawa. Dia bangkit dan menghampiri Glenn di kursinya.

“Begitu yang biasa pasangan lakukan.”

Sejenak Glenn terdiam. Senyumnya terbit sambil berdiri dari kursi. Diraihnya pinggang Keana tepat saat dia sudah siap dengan kamera di tangan yang menghadap mereka.

Keana sudah memasang senyum dan ekspresi bahagia, bersiap atas kamera yang akan menjepret dirinya dan Glenn. Namun, tanpa terduga, setelah satu foto berhasil diambil, Glenn berbisik,

“Kau tidak lupa apa yang biasa pasangan lakukan saat bulan madu, bukan?”

Sebuah pertanyaan yang membuat Keana menundukkan wajah malu.

TBC

Hotelnya Glenn sama Keana, gaes!


Ini Santorini. Kebayang nggak gimana sweet-nya honeymoon mereka? OMG!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro