Chapter 6

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

🍦 Selamat Membaca 🍦

~ Kamu tahu nggak? Selain suka es krim, aku juga suka kamu.~

~ Morisscha Auzee.

***

Dua sejoli itu kini sedang duduk manis di depan sebuah mini market yang berada dekat sekolah mereka, mereka berdua tengah asik dengan kegiatan masing-masing, Chaca dengan es krim spongebobnya, dan Elnath dengan gadget juga beberapa lembar kertas yang berisikan hasil berpikir kelompoknya. Elnath sedang mengerjakan tugas penelitian, hasil tugas ini akan masuk sebagai nilai ujian praktek, maka dari itu, Elnath mengerjakannya dengan sungguh-sungguh agar memperoleh hasil maksimal dan mendapat golden ticket untuk lolos dalam program pertukaran pelajar.  Elnath merupakan salah satu murid teladan di sekolahnya, ia selalu menjadi juara kelas dan meraup banyak penghargaan dari berbagai olimpiade yang diikutinya, ditambah lagi parasnya yang tampan serta sikapnya yang ramah, tak heran jika banyak yang mengincar Elnath untuk dijadikan kekasih. Elnath merupakan cowok idaman di sekolah, tak ada unsur bad boy atau cowok berandalan dalam diri Elnath setelah mengenal seorang Morisscha Auzee.

Tepat sekali, Chaca yang mengubah hidupnya tanpa ia sadari. Dahulu, dirinya tergolong anak-anak yang tidak bisa diatur, pulang larut malam, bolos, dan tugas sekolah yang selalu terbengkalai. Ia melakukan itu hanya semata-mata ingin menarik perhatian dari kedua orang tuanya. Berulang kali ia dicap sebagai anak yang tidak berguna oleh ayahnya, tetapi setelah kepergian ibunya dan hadirnya Chaca. Kepribadian Elnath berubah 180°, ia tak berusaha mencari-cari perhatian ayahnya lagi, karena kini sudah ada Chaca yang cukup memberi perhatian kepada Elnath, menemaninya, dan membuatnya tersenyum dengan tingkah Chaca yang menggemaskan.

Es krim di tangan Chaca kini sudah tandas tak tersisa, ia menoleh kearah Elnath yang tampak fokus dengan bolpoin dan kertasnya. Sudah satu jam lebih ia dan Elnath berada di depan Mini market ini, Chaca bahkan sudah menghabiskan lebih dari lima bungkus es krim, padahal tadinya ia mengatakan hanya ingin satu bungkus, tetapi kenyataannya ia tak mampu menahan untuk tidak melahap makanan dingin yang menggiurkan itu.

Mereka berdua belum pulang ke rumah sejak jam sekolah usai, bahkan Elnath masih mengenakan seragam lengkap SMA Garuda, tetapi tidak dengan Chaca, ia kini mengenakan kaus oblong milik Elnath dengan roknya yang masih basah akibat ulah Aura, Elnath memang biasa membawa kaus di tasnya karena ia sering mampir ke rumah Chaca atau temannya dulu sepulang sekolah.

Chaca memanyunkan bibirnya, ia bingung mau melakukan apa, Elnath sedang sibuk dengan tugasnya dan es krimnya pun sudah habis. Akhirnya ia memutuskan untuk memainkan ponselnya, ketika ia membuka aplikasi Whatsapp, ia dikejutkan dengan spam chat dari Sandrina dan Berlin yang menanyakan keadaanya. Ia belum bertemu kedua sahabatnya itu, karena belum sempat kembali ke kelas sejak dirinya berada di UKS. Ia lupa mengabari mereka berdua jika dirinya sudah baik-baik saja, pasti Sandrina dan Berlin mencemaskannya.

Jarinya tergerak menuliskan pesan singkat untuk kedua sahabatnya.

"Huf … akhirnya tinggal dikit lagi!" pekik Elnath tiba-tiba, sambil mereganggkan otot-otot tangannya yang keram akibat menulis.

"Elnath, pulang yuk," pinta Chaca sambil mengembungkan pipi dan memanyunkan bibirnya.

"Chaca mau pulang? Ya udah bentar ya, Elnath beresin ini dulu." Chaca mengangguk mengiyakan. Ia menunggu Elnath yang sedang merapihkan buku-bukunya sembari mengayun-ayunkan kaki.

"Nah, beres. Yuk, pulang." Elnath berdiri dari duduknya lalu meraih tangan Chaca.

"Eits, bentar dulu," cegah Chaca.

"Kenapa, Cha?" Elnath menaikkan sebelah alisnya bingung.

Chaca menundukkan kepala sambil memainkan jari-jarinya. "Emm … Chaca boleh gak, minta satu eskim lagi? Satuuu ajaa," ucap Chaca dengan suara yang seperti anak kecil.

Elnath tertawa, ia mencubit hidung gadis manjanya itu. "Tadi udah banyak, Cha. Nanti Chaca sakit loh, kalau kebanyakan eskim."

Bibir Chaca langsung membentuk kerucut, Elnath yang melihat itu langsung menarik Chaca ke dalam pelukkannya.

"Elnath janji deh, besok Elnath beliin es krim lagi, hari ini cukup dulu ya es krimnya, Elnath nggak mau Chaca sakit," jelasnya memberi pengertian kepada Chaca.

Chaca hanya mengangguk, ia menurut saja dengan Elnath, apa lagi jika sudah dipeluk, rasanya bagaikan sihir yang mampu membuatnya patuh pada ucapan Elnath barusan.

"Yaudah, yuk. Pulang." Elnath menggenggam tangan Chaca dan menggandengnya menuju mobil.

🍦🍦🍦

Chaca sangat lelah hari ini, ia memilih untuk segera mandi agar rasa penatnya sedikit hilang setelah tubuhnya berendam di air hangat.

Setelah beberapa menit ia melaksanakan ritual mandinya, ia segera melangkahkan kakin menuju dapur untuk mengisi perutnya yang keroncongan sejak di sekolah tadi, sebenarnya Elnath sudah membujuk dirinya untuk makan ketika di mini market l, tetapi Chaca masih belum mood memakan sesuatu kecuali es krim, Elnath pun hanya mengiyakan permintaan Chaca.

Dibukanya pintu kulkas dengan terburu-buru, bibir mungil itu mendadak membentuk lengkungan ke bawah ketika mengetahui persediaan makanan di kulkas habis.

"Yah … kok kosong, sih. Chaca lupa belom belanja, nyesel deh nolak makan sama Elnath tadi." Chaca memanyunkan bibirnya. Ia melangkahkan kaki kembali ke kamar untuk mengambil jaket dan bergegas menuju Mini market yang berada di luar komplek perumahannya.

Ia mengenakan jaket berwarna soft blue miliknya dan membawa tas slempang kecil untuk meletakkan ponsel dan dompetnya. Rambutnya yang basah akibat keramas ia biarkan tergerai bebas.

Chaca pergi ke Mini market dengan berjalan kaki, walaupun jarak Mini market dan rumahnya lumayan jauh, ia tak masalah, sambil jalan-jalan malam pikirnya.

Lagu dari Hatsune Miku mengalun merdu dari earphone yang tersumpal di telinganya, sesekali ia bersenandung ringan mengikuti lirik lagu tersebut. Chaca mendongak menatap langit, ia sempat takjub dengan pemandangan yang ditangkap oleh indera pengelihatannya. Langit kini seolah menjadi lautan bintang, bibirnya membentuk senyuman, namun tak lama, senyuman itu pudar.

"Dulu mama suka banget sama bintang, apa sekarang udah jadi salah satu di antara ribuan bintang itu, Ma?" Mata Chaca berkaca-kaca ketika mengingat sosok mamanya.

"Ma, Pa, Chaca kangen banget sama kalian, semoga Mama sama Papa selalu bahagia ya di sana, Chaca di sini juga bahagia kok, Elnath selalu ada buat Chaca, yang bikin Chaca seneng dan jagain Chaca, kalian nggak usah khawatir." Chaca menyeka air mata yang berlinang di pipinya, ia jadi teringat pada pemuda yang baru saja ia sebut namanya. Mengingat Elnath saja sudah membuat hati Chaca menghangat, perasaannya sungguh dalam kepada Elnath.

Tanpa Chaca sadari, ternyata ia sudah sampai di depan Mini market, Chaca melangkah masuk dan di sambut ramah oleh petugas di Mini market tersebut. Chaca segera mengambil keranjang dan memasukan beberapa mie instan, roti tawar, selai kacang dan susu kaleng. Chaca berjalan santai dengan mata memandangi produk-produk yang tertata rapi di rak tersebut, sambil berpikir barang apa yang akan ia ambil selanjutnya.

Setelah selesai memilih barang yang akan dibeli, Chaca segera menuju kasir untuk membayar belanjaannya. Sambil menunggu antrean, ia melihat coklat yang berbaris rapi di dekat kasir, Chaca tergoda dengan makanan manis itu dan langsung menyambarnya, menambahkan ke keranjang belanjaan yang ia bawa. Belanjaan Chaca sudah terbayar, sekarang tinggal kembali ke rumahnya.

Ia berjalan santai, sama seperti ketika berangkat menuju mini market tadi. Namun, agak sedikit berbeda, Chaca merasakan ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Ia mengehentikan langkahnya, dan sedikit melirik untuk melihat siapa yang mengikutinya, tetapi Chaca tidak dapat mengenali apapun dari sosok itu karena dia menggunakan masker dan pakaian serba hitam. Chaca menjadi was-was, ia mempercepat langkahnya dan orang itu juga ikut mempercepat langkahnya. Chaca semakin takut, ia mengubah langkahnya menjadi berlari dan orang itu mengikutinya. Chaca berlari tergesa-gesa tanpa melihat jalanan yang rusak di depannya dan akhirnya jatuh tersandung.

Chaca mengaduh kesakitan, lututnya terasa perih karena tergores aspal, dan ia merasakan orang yang mengikutinya semakin mendekat.

"Mau apa kamu! Chaca nggak punya uang, uang Chaca udah habis buat beli es krim!" teriak Chaca polos dengan perasan takut, tetapi orang tersebut tampaknya tidak menghiraukan ucapan Chaca. Chaca memejamkan matanya karena ketakutan.

Chaca menjerit ketika merasakan tubuhnya di dekap dari belakang. "Aaaa...."

"Pergi kamu, pergi!" Chaca memukul-mukul orang tersebut secara brutal sambil menutup matanya.

"Aduh … Cha, sakit. Ini aku, Elnath!"

Mendengar itu, Chaca mengehentikan serangannya dan membuka matanya perlahan. Ternyata benar, itu adalah Elnath.

"Elnath nakut-nakutin Chaca tau," ucap Chaca sambil memegangi dadanya dan mengatur napas.

"Kamu kenapa sih, Cha? Lagian ngapain duduk-duduk di tengah jalan gini?" tanya Elnath bingung. Chaca terdiam, ia sedang memikirkan orang yang mengikutinya tadi, tentu saja itu bukan Elnath, orang itu mengenakan baju serba hitam sedangkan Elnath mengenakan jaket berwarna putih.

"Cha," panggil Elnath sambil melambai-lambaikan tangannya di depan muka Chaca.

"Eh, iya, El? Kenapa?" tanya Chaca bingung yang tersadar dari lamunannya.

"Kamu yang kenapa, Cha?"

"Chaca gapapa, kok," jawab Chaca berbohong.

"Ya udah, aku anter kamu pulang ya, aku jug mau main ke rumah kamu." Chaca mengangguk. Elnath membantunya berdiri dan mengambil alih kantong belanjaan yang Chaca bawa.

Ponsel Chaca tiba-tiba bergetar dan menampilkan sebuah notifikasi dari nomor tak dikenal, Chaca penasaran dan segera membuka pesan itu.

+62856952xxx
Kali ini mungkin kamu selamat, tapi tidak lain kali.

***

Halo semuanya.😀
Yuk Vote dan komen biar aku semangat nulisnya. 😊

See u on next chap 😉👌

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp