𝐆𝐔𝐀𝐑𝐀𝐍𝐓𝐄𝐄: BAB 5

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari sudah mulai malam.

Senyuman di wajah Yeonjun bahkan sampai sekarang belum juga pudar, ia masih membayangkan bagaimana Soobin tadi begitu menggemaskan duduk di sampingnya. Interaksi sekecil apapun begitu berharga bagi dirinya yang sempat tidak melihat Soobin untuk beberapa tahun. Jika bisa dikatakan dia agak gila, maka jawabannya adalah iya.

Taehyun mengintip tingkah bosnya dari kaca mobil, dengan lelah ia menghela nafasnya untuk yang ke sekian kalinya hari ini.

"Kau lihat bukan tadi? Soobin sangat manis, tangannya juga lembut saat aku sentuh," kata Yeonjun lagi untuk kesekian kalinya.

"Kau sudah mengatakan itu berkali-kali, astaga," balas Taehyun malas. Namun Yeonjun sama sekali tidak tersinggung, dia justru semakin melebarkan senyumannya.

"Kau jadi menginap di rumahku malam ini?"

Taehyun mengangguk. "Ya," jawabnya kemudian takut Yeonjun tidak bisa melihat anggukannya sebelumnya. "Aku ingin menyelesaikan semua laporanku hari ini, jadi aku tidak perlu repot menunggumu besok untuk meminta tanda tangan lagi. Aku masih harus bertemu kepala HRD juga besok pagi untuk melihat data karyawan baru."

Mendengar rincian pekerjaan dan jadwal sekretarisnya itu barusan membuat Yeonjun langsung menggeleng-geleng samar, ia terpukau dengan sikap Taehyun yang begitu rajin dan ulet. Meski bisa dibilang ia berada di jabatannya sekarang karena sebuah koneksi antar teman, apalagi bosnya adalah Yeonjun sendiri, tetapi hal itu tidak mengurangi rasa tanggung jawabnya pada pekerjaan yang ia pegang. Sifat Taehyun ini lah yang selalu membuat Yeonjun tidak pernah merasa rugi telah merekrutnya dan menjadikannya tangan kanan.

"Kau sangat rajin, Taehyun."

"Aku harus," jawab Taehyun secara tegas. "Maka dari itu malam ini kau juga harus ikut lembur bersamaku. Jangan pikir aku tidak tahu jika beberapa hari ini kau sudah melewatkan banyak pekerjaanmu hanya demi pulang bersama Soobin," sindirnya sambil menatap Yeonjun yang menampilkan cengiran di kursi belakang.

Benar sekali ucapan Taehyun. Yeonjun sengaja menyelesaikan semua tugasnya demi pulang bersama Soobin hari ini, tapi dengan otak liciknya itu dia terkadang melewatkan beberapa tugas dan mengira Taehyun tak akan menyadarinya. Tapi sayang sekali, ternyata Taehyun sangat peka.

Tapi hari ini pada akhirnya dia berhasil pulang bersama Soobin, dengan jaminan Taehyun akan tetap mengawasi pekerjaan Yeonjun dari rumah. Jadi lah teman yang juga menggarap sebagai sekretarisnya itu kini ikut pulang bersama mereka.

"Aku tahu, aku tahu."

"Harusnya kau memang tahu itu dari kemarin, hyung."

Yeonjun mengerucutkan bibirnya. "Apakah sekarang kau bosnya dan aku bawahannya, Taehyun-ah?" komennya yang merengek tidak tahu malu meski di antara mereka masih ada supir yang duduk tepat di sebelah Taehyun. Dengan sopan Taehyun mengangguk kecil, tersenyum getir ke si supir dan mengatakan untuk tidak terkejut dengan sifat asli bos mereka itu. Yeonjun yang tahu dirinya sedang dibicarakan di depan matanya pun langsung mengerutkan dahi.

"Ya! Taehyun!"

"Ada apa, Tuanku?" balas Taehyun yang kembali ke bahasa formalnya sambil menoleh ke belakang. Meski wajahnya tersenyum tapi menurut Yeonjun senyumannya itu sangat menyebalkan.

Tidak mau membalas ucapan Taehyun, Yeonjun pun hanya membuang muka dan melipat tangan di depan dada. Senyumannya hilang seketika tergantikan dengan lengkungan terbalik di bibir pria itu. Namun itu hanya berlangsung beberapa saat karena beberapa detik berikutnya dia sudah kembali tersenyum simpul.

Sembari melihat ke luar jendela, Yeonjun jadi mengingat bagaimana pertemuan pertamanya dengan Taehyun hingga akhirnya mereka jadi sedekat ini.

Dulu mereka tidak pernah satu sekolah jadi Yeonjun tidak pernah mengenal Taehyun, bahkan bukan juga karena rumah mereka dekat. Perumahan milik Yeonjun bisa dibilang agak jauh dari kos tempat Taehyun tinggal di kota ini.

Pertama kali mereka bertemu di sebuah mall yang ada di tengah kota. Bisa dibilang mereka berteman karena sebuah takdir.

Satu hari setelah kelulusannya---hari dimana dirinya ditolak secara gamblang oleh Soobin---Yeonjun memutuskan untuk pergi ke toko baju yang ada di pusat perbelanjaan. Ucapan Soobin yang menyebut bahwa penampilannya tidak menarik sama sekali membuat dirinya tergerak hingga memiliki keinginan untuk mengubah gaya berpakaiannya. Namun sayang sekali karena memang sejak dulu Yeonjun sangat tak acuh dengan penampilan, jadi lah sekarang dia berdiri di tengah toko dengan wajah kebingungan.

Dia tidak tahu harus membeli yang mana.

Taehyun yang kebetulan lewat pun akhirnya melihat sosok lelaki dengan celana jeans robek dan kaos putih tanpa lengan berdiri di depan deretan kemeja, tanpa memegang keranjang belanja atau apapun. Dari sudut pandang Taehyun, Yeonjun saat ini terlihat seperti anak hilang yang sedang tersasar. Penampilannya itu cukup menarik perhatian Taehyun.

Awalnya Taehyun mencoba untuk mengabaikan dan ingin pergi, tapi setelah ia perhatikan lagi sepertinya lelaki itu sedang kebingungan memilih kemeja. Dengan setitik rasa kasihan dia pun memutar balik langkah dan menghampiri Yeonjun.

"Kau butuh kemeja untuk apa?"

Yeonjun yang sedang fokus berpikir motif kemeja macam mana yang akan Soobin sukai pun seketika langsung buyar begitu mendengar suara Taehyun yang kini sudah berdiri di sebelahnya. Tinggi mereka yang lumayan berbeda membuatnya harus sedikit menunduk ke bawah. Tanpa sadar Yeonjun hanya memperhatikan Taehyun tanpa menjawab pertanyaannya sebelumnya, membuat Taehyun terheran-heran.

"Kau bisa mendengarku, bukan?" tanya Taehyun sekali lagi, memastikan bahwa lelaki di sebelahnya ini bisa mendengar suaranya. Ia melambaikan tangan di depan wajah Yeonjun. "Halo? Kenapa kau diam saja? Memangnya kau patung, hah?"

Yeonjun segera tersadar dari lamunannya dan langsung mengusap belakang lehernya dengan gugup. Ini pertama kalinya ada orang asing yang berani menghampiri lelaki itu, selama ini semua orang selalu takut pada imagenya sebagai berandalan meski semua itu hanya gimmick semata.

"Uh?" Dahi Yeonjun mengernyit sesaat, matanya kembali beralih pada kemeja-kemeja yang ada di depannya. "Iya...."

Taehyun yang bingung dengan jawaban tidak jelas barusan pun kembali melemparkan pertanyaannya. "Hei, kau butuh kemeja untuk apa? Untuk pergi liburan? Bekerja? Sekolah? Atau apa?"

"Untuk seseorang yang aku suka."

"Apa?"

Bagaimana cara Yeonjun memberikan jawaban yang tepat untuk Taehyun? Dia hanya mengatakan hal yang sejujurnya.

Yeonjun mengangguk. "Aku ingin memakainya untuk seseorang yang aku suka," jawabnya lagi memperjelas. Taehyun diam sejenak, tapi sepertinya dia paham dengan maksud ucapan lelaki ini.

"Kau ingin berpenampilan lebih menarik di depan seseorang yang kau suka?"

Tepat sekali. Yeonjun langsung menoleh ke arah Taehyun dan mengangguk cepat. "Ya."

Lelaki yang bertubuh lebih pendek beberapa centi itu pun mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, menandakan bahwa dirinya mengerti. Taehyun lalu menatap Yeonjun dari ujung kepala hingga ujung kaki, meneliti pakaian jenis apa yang sekiranya akan pas pada tubuh lelaki itu. Jika boleh jujur, sebenernya Yeonjun sangat tampan meski penampilannya agak berantakan. Kesan pertama Taehyun jadi agak buruk karena pakaian yang dikenakannya, maka dari itu ia ingin mencoba mengubah hal tersebut.

Pandangannya beralih ke sekitar, mencoba mencari pakaian yang cocok dengan Yeonjun agar lelaki itu bisa terlihat lebih menarik. Lalu pandangannya tertuju pada satu pakaian.

"Kurasa kau akan terlihat bagus jika memakai itu," kata Taehyun sambil menunjuk ke sebuah cardigan berwarna hitam dengan motif kuning. Taehyun berpikir Yeonjun akan cocok dengan pakaian yang lebih soft, dia ingin disukai oleh seseorang bukan? Mungkin selain berpenampilan sangar dia bisa mencoba terlihat lebih lembut untuk kesan mencintai yang baik.

Mata Yeonjun mengikuti arah tangan Taehyun, dia hanya membuka mulutnya sedikit tanpa memberi komentar apapun. Tanpa menunggu balasan Taehyun sudah menarik tangan Yeonjun dan pergi menghampiri baju tersebut.

Taehyun mengambil cardigan hitam dan celana biru dongker yang kebetulan ada di gantungan sebelahnya. Dengan wajah penuh keyakinan dia menyerahkan semua itu pada Yeonjun.

"Kau cobalah dulu."

Seperti anak anjing yang penurut, Yeonjun tanpa menolak langsung pergi ke dalam bilik untuk mencoba pakaiannya. Raut wajah Taehyun membuatnya ikut merasa yakin, dia tahu Taehyun tidak mungkin mengerjainya meski mereka baru bertemu.

Beberapa saat kemudian ia pun keluar dengan pakaian yang sudah terganti. Yeonjun segera menghampiri Taehyun dan menepuk bahunya, rupanya lelaki itu sedang sibuk memilih beberapa pakaian lain dan belum menyadari kedatangannya.

"Kau sudah selesai---oh?" Taehyun menaikkan kedua alisnya, menatap Yeonjun dengan seksama lalu merasa begitu puas. "Ternyata sangat cocok."

"Begitukah?" Yeonjun menarik sedikit cardigannya. "Apa menurutmu aku tidak terlihat aneh dengan ini?" tanyanya memastikan. Tadi dia juga sudah melihat sedikit penampilannya dari kaca dan memang tidak terlihat buruk. Hanya saya Yeonjun khawatir Soobin tidak akan menyukainya.

"Apa dia akan suka jika aku memakai pakaian ini?"

"Dia buta jika tidak suka melihatmu dengan pakaian sebagus ini," balas Taehyun. Jawabannya langsung membuat Yeonjun tersenyum lebar.

"Terima kasih!"

Mereka berjalan mengitari toko itu bersama. Sesekali Taehyun akan menyuruh mereka berhenti untuk melihat-lihat dan mencocokkannya dengan tubuh Yeonjun. Rasanya sangat aneh, Yeonjun baru pertama bertemu dan berdekatan dengan seseorang yang sangat aktif seperti Taehyun. Dia seperti seorang ayah yang memberikan saran kepada anaknya, beruntung sekali rasanya Yeonjun bisa bertemu dengan Taehyun di sini. Jika tidak, bagaimana nasibnya memilih pakaian nanti.

Setelah hampir setengah jam mengitari toko, mereka pun berhenti untuk beristirahat. Taehyun yang keranjang belanjanya sudah penuh setengahnya oleh pakaian Yeonjun langsung menyodorkan keranjang tersebut padanya. Padahal hari ini niatnya hanya datang untuk membeli dua kemeja putih dan pergi, tapi ternyata dia harus menghabiskan tiga puluh menit extra.

"Aku hanya membeli ini, sisanya pakaian yang aku rekomendasikan untukmu. Kau bisa mengeceknya terlebih dahulu sebelum membayarnya, aku lumayan banyak mengambil beberapa potong pakaian. Ada jaket, sweater, kemeja, juga beberapa macam celana.

"Kau punya berapa banyak kaos di rumah? Aku tidak mengambil satu pun karena kupikir, melihat dari pakaianmu sekarang, kau sudah memiliki banyak kaos di rumah. Jadi aku hanya mengambil luaran pendukung yang cocok untukmu," jelas Taehyun secara panjang lebar sambil menunjuk ke dalam isi keranjang dan menjelaskannya.

"Oh ya, aku punya banyak di rumahku," kata Yeonjun yang menjawab agak kikuk karena bingung menimpali penjelasan Taehyun barusan. "Terima kasih banyak sekali lagi."

"Aku hanya membantumu memilih bukan membayari semuanya, tidak perlu sungkan."

"Tapi jika tidak ada kau mungkin aku akan berdiri lebih lama lagi di dalam toko dan berakhir tidak membeli apapun."

Taehyun meringis mendengar ucapan Yeonjun, dia bisa membayangnya Yeonjun yang berdiri memandang kemeja selama dua jam ke depan. Itu pun jika dia tidak segera diusir oleh pemilik tokonya.

"Syukurlah kalau begitu," balas Taehyun yang tersenyum tipis. "Ayo pergi ke kasir dan membayarnya, kau sudah pilih mana saja yang akan kau ambil?"

"Aku akan ambil semuanya."

"Apa?!"

Taehyun tidak bisa untuk tidak terkejut. Pasalnya ia tadi mengambil sangat banyak pakaian bahkan beberapa ada yang sengaja dia ambil dengan model sama namun warna yang berbeda, niatnya agar Yeonjun bisa memilih warna yang dia suka.

"Kau mau bayar semuanya? Harga baju di toko ini tidak murah!" cicitnya dengan suara yang agak mengecil di ujung kalimat, Taehyun takut jika suaranya terdengar oleh pemilik toko tersebut.

"Tidak masalah, kau tenang saja. Aku membawa uangku," jawab Yeonjun begitu entengnya hingga membuat Taehyun menganga, terkejut.

Apa dia orang kaya?! Tapi penampilannya bahkan tidak terlihat seperti itu....

"Kau serius?"

Yeonjun mengangguk tanpa ragu.

"...."

Taehyun adalah seseorang yang lumayan realistis. Dia takut jika pada akhirnya Yeonjun akan melakukan penipuan lalu meminta dirinya untuk membayar semua itu begitu mereka sampai di depan kasir nanti. Jadi sebelum semua itu terjadi, dengan sangat sopan ia mencoba untuk menghindar.

"Aku akan bayar pakaianku lebih dulu," kata Taehyun. Dia menahan Yeonjun agar tetap diam di tempatnya. "Kau bayar setelah aku selesai membayar, oke?"

"Kau akan langsung pergi?" tanya Yeonjun sambil menatap Taehyun cemas, dia belum sempat membalas budi apapun padanya.

"Mungkin...?"

"Bisakah kau tunggu aku di pintu keluar? Aku akan membayar dengan cepat, kumohon."

Taehyun awalnya ingin menolak, namun melihat raut wajah Yeonjun yang terlihat sedih apalagi sampai memohon, ia pun akhirnya menyetujui hal tersebut. Seperti janji mereka, Taehyun akan membayar pakaiannya lebih dulu dan menunggu di pintu setelahnya. Tanpa Taehyun ketahui, selama ia berada di kasir Yeonjun sudah pergi dari tempatnya bahkan ia meninggalkan keranjangnya di sana.

Yeonjun sudah bilang, dia ingin membalas kebaikan Taehyun. Lelaki itu agak berlarian kembali mengelilingi toko untuk mengambil beberapa pakaian. Dengan asal ia mengambil pakaian yang menarik perhatiannya dengan sembarang, Yeonjun berniat untuk membelikannya untuk Taehyun.

Ketika Taehyun sudah selesai membayar miliknya dan kembali, dia hanya menemukan sebuah keranjang tergeletak di sana tanpa seorang pun. Taehyun menoleh ke sekitar, ia tidak dapat melihat Yeonjun sama sekali. Kemana perginya anak itu? Baru saja otaknya berspekulasi tentang hal buruk---seperti ternyata Yeonjun benar menipunya---tiba-tiba sosok yang ia cari datang dengan senyuman lebar serta setumpuk pakaian di pelukannya.

"Apa yang kau lakukan??" tanya Taehyun yang panik. Dia segera menghampiri Yeonjun dan menatap tumpukan pakaian itu, terkejut.

"Kau sudah membantuku hari ini, jadi aku memutuskan untuk memilihkan pakaian untukmu juga," kata Yeonjun yang masih tersenyum cerah.

Taehyun syok.

"Membelikanku? Semua ini?!"

"Iya."

Taehyun menggeleng cepat. "Tidak, tidak!" serunya tidak terima. Ia segera merebut pakaian di tangan Yeonjun, berniat untuk mengembalikan semua itu ke tempatnya. "Aku tidak bisa menerima semua ini!"

Baru saja ia akan pergi, namun Yeonjun sudah lebih dulu menahan lengannya. "Tapi kenapa?"

"Jangan bercanda, aku tidak mungkin bisa menerima pakaian sebanyak ini," ujarnya yang mencoba untuk melepaskan pegangan Yeonjun, namun gagal. "Memangnya kau rela menghabiskan semua uangmu hanya demi membelikan orang asing sepertiku pakaian?"

"Aku tidak masalah."

Taehyun menghela nafasnya kasar. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran pria yang satu ini, selain berpenampilan urakan dia juga tampaknya agak unik.

"Aku tidak akan menerimanya."

"Kenapa?" tanya Yeonjun yang senyumannya menghilang, dia menatap Taehyun sedih. "Kau tidak mau aku membalas budi?"

Taehyun tidak mengerti. Mengapa suasana hati Yeonjun gampang sekali berubah, barusan dia tersenyum lebar lalu sekarang sudah memasang wajah seakan ingin menangis. Lelaki itu menghela nafasnya panjang, berdebat dengan Yeonjun tampaknya tidak akan selesai jika ia tidak mengalah.

"Kalau begitu aku akan ambil satu saja."

"Kenapa kau tidak mau ambil semuanya?"

"Kau pikir saja sendiri!?" Taehyun mencoba menahan kesabarannya. Dia segera menaruh semuanya ke tempat semula menyisakan satu kemeja kotak berwarna abu-abu. "Aku hanya butuh ini. Aku tidak butuh semua itu, lagipula itu mahal."

"Aku tidak masalah dengan harganya."

Taehyun tidak mau lagi berdebat dengan Yeonjun, dia hanya mengganggap ucapannya tadi bagaikan angin lalu. Tanpa merespon ia segera membawa keranjang dan berjalan ke kasir lebih dulu. Keraguan Taehyun soal Yeonjun seketika hilang begitu melihat lelaki itu benar-benar membayar semua pakaian yang sudah ia pilihkan, bahkan lengkap dengan satu pakaian miliknya.

Entah kemana dia sejak tadi, tapi Taehyun baru bisa menyadari bahwa sesungguhnya Yeonjun adalah orang yang kaya. Dia memang tidak terlihat seperti membawa uang banyak, tapi Taehyun lupa bahwa dalam satu kantung celana sangat luas untuk menyelipkan satu kartu pembayaran....

Penilaian awal soal Yeonjun yang terlihat seperti anak jalanan yang tersasar dan iseng masuk ke dalam mall pun langsung buyar.

"Dasar anak orang kaya...," gumam Taehyun, masih tidak habis pikir melihat tiga kantung besar yang kini sudah berada di kedua tangan Yeonjun. Bahkan belanjaannya sendiri tidak sampai sebanyak itu!

"Apa? Kau tadi bicara padaku?" Yeonjun yang memang tadi sibuk dengan kantung belanjaannya pun menoleh mendengar gumaman Taehyun sebelumnya.

"Tidak." Taehyun menghela nafasnya panjang. "Kalau kau sudah selesai ayo kita pergi, aku masih harus ke toko buku setelah ini."

"Kau mau membeli buku?"

Namanya saja toko buku, tentu saja ingin membeli buku, omelan Taehyun dari dalam hati. Sepertinya hari ini kesabarannya lumayan terkuras menghadapi Yeonjun. Dengan sisa kesabaran yang ada ia menjawab, "iya."

"Mau aku belikan?"

"Astaga!"

Sepertinya Yeonjun memang senang menyentil jiwa mengirit dalam diri Taehyun. Sebagai anak kos yang merantau di sini dia sungguh tersulut kegemasan. "Berhenti menyia-nyiakan uangmu, kepalaku hampir pecah menghadapi orang kaya sepertimu. Dompetku tidak bisa memahaminya."

"Kau butuh uang?"

"Tentu saja aku butuh, semua orang di dunia ini butuh uang!"

"Kau mau uangku?"

"Jangan gila," sahut Taehyun sambil memijit pelipisnya pelan. "Berhenti dengan percakapan aneh ini, kau benar mau membuatku sakit kepala ya?"

Yeonjun seperti mengabaikan ucapan Taehyun barusan, dia justru kembali bertanya. "Kau kelas berapa?"

"Dua SMA."

"Oh, kau lebih muda dari Soobin."

"Soobin siapa?"

"Seseorang yang aku suka."

Mendengar pengakuan tanpa ragu barusan sejujurnya agak membuat Taehyun terkejut, namun ia masih bisa mengontrol ekspresinya dengan baik. Mungkin memang sifat blak-blakan ini sudah ada dari dulu dalam diri Yeonjun, jadi Taehyun mencoba mulai terbiasa.

"Itu terdengar seperti nama pria."

"Soobin memang laki-laki."

Taehyun sekali lagi dibuat terkejut oleh ucapan Yeonjun, namun kali ini ia tidak bisa menyembunyikan ekspresinya. Dengan canggung lelaki itu berdeham mencoba mencairkan suasana yang tiba-tiba menjadi hening diantara mereka.

"Oh..."

"Jadi kau mau aku belikan bukunya?" tanya Yeonjun yang kembali ke pertanyaan awal, dia bahkan tidak ambil pusing dengan reaksi Taehyun sebelumnya.

"Kenapa kau ingin sekali membelikanku sesuatu, huh?" tanya Taehyun balik sambil memincingkan matanya sekilas. "Kau tidak tertarik padaku kan...?"

Taehyun bukan seseorang yang memperdulikan orientasi seseorang, baginya mau apapun itu semua tidak masalah. Hanya saja dia tidak bisa membayangkan jika ada bagian dari mereka yang mendekatinya.

"Tidak," jawab Yeonjun singkat dan kelewat santai. "Aku hanya menyukai Soobin seorang."

"Budak cinta."

"Apa maksudnya?"

"Tidak jadi." Taehyun kembali menghela nafasnya pelan. "Aku tidak mau menerima bayaran darimu lagi, kau sudah membelikanku pakaian sebagai ganti aku membantumu tadi. Jadi tidak perlu lagi."

"Tapi aku ingin minta bantuanmu lagi lain waktu," pinta Yeonjun tanpa tahu malu. Namun memang dia membutuhkan bantuan Taehyun lagi, Yeonjun tidak sempat memilih sepatu hari ini. "Aku tidak tahu harus minta tolong pada siapa selain kau."

"Kau bisa meminta tolong tanpa harus membayariku sesuatu."

"Benarkah??"

Taehyun mengangguk. Memang sudah seharusnya dalam tolong-menolog tidak memerlukan sebuah imbalan.

Tiba-tiba Yeonjun langsung mengeluarkan ponsel dari sakunya, dia menyodorkan hp keluaran terbaru itu ke Taehyun. Lelaki itu awalnya ragu untuk mengambilnya begitu melihat kilauan pada ponsel canggih tersebut, seharusnya dia tidak terkejut lagi, tadi dia sudah melihat bagaimana hedonnya Yeonjun ketika berbelanja.

"Kalau begitu bisa kita berteman mulai sekarang? Aku boleh meminta nomor ponselmu?"

"Oke." Taehyun akhirnya mengambil ponsel itu dan mengetik nomornya sendiri. "Itu nomor ponselku."

"Terima kasih---tunggu, aku belum tahu siapa namamu."

Baik Yeonjun mau pun Taehyun kini baru menyadari jika mereka berdua belum sempat berkenalan, bahkan tidak tahu nama satu sama lain.

"Kang Taehyun."

"Choi Yeonjun," balas Yeonjun seraya tersenyum tipis. Dia menyimpan nomor teman barunya itu dan langsung mendial nomor tersebut. "Simpan nomorku juga."

"Baiklah," kata Taehyun yang kini juga sibuk menyimpan nomor Yeonjun, teman 'kaya' barunya hari ini. "Kalau begitu aku pergi dulu, Yeonjun."

"Sampai jumpa."

Mereka akhirnya harus berpisah hari ini. Dari kejauhan Yeonjun melambai ke arah Taehyun yang juga membalas lambaian tangannya di depan sana. Ketika jarak diantara mereka sudah semakin jauh, tiba-tiba saja Yeonjun berteriak memanggil namanya.

"Taehyun!"

Merasa namanya disebut, Kang Taehyun pun menoleh dengan wajah kebingungan.

"Omong-omong umurku lebih tua tiga tahun di atasmu!" teriak Yeonjun lagi yang kembali melambai dengan cengiran di wajahnya. Sedangkan Taehyun di tempatnya sudah mematung dengan mata yang mengerjap, dia sejak tadi mengira bahwa mereka seumuran. Taehyun bahkan sempat memanggil Yeonjun tanpa embel-embel apapun! Wajahnya berangsur memerah, dia lupa, kenapa tadi tidak sempat balik menanyakan umur Yeonjun juga.

...........o0o...........

Di chapter ini lumayan panjang tapi gak ada Soobin. Aku cuma mau nyeritain latar belakang pertemanan Yeonjun sama Taehyun, semoga suka! Kita bakal ketemu lagi sama Soobin di chapter berikutnya

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro