Bab 6

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seseorang mengenakan baju serba hitam melangkah begitu pelan di bawah cahaya rembulan di hutan Franklin. Tubuh yang tinggi, mata yang tajam dengan iris merah mengitari sekeliling seolah sedang mencari sesuatu yang terpendam. Kaki panjangnya menginjak pinggiran sungai Gordon, endapan lumpur langsung menyelimuti sepatu boots cokelat tua yang dipakainya. Hidung lancip sedikit bengkok itu mengendus, menyaring aroma-aroma darah yang selama ini dicari namun hasilnya masih sama. Nihil. Tidak satu hari atau dua hari, namun bertahun-tahun dia menjelajahi tempat ini hingga mendengar berita tentang mayat yang hidup kembali dengan iris mata yang tak biasa.

Kepalanya menengadah, memandangi pantulan rembulan yang begitu gagah di antara bintang-bintang yang berkelap-kelip seolah sedang saling menyapa, walau pun di antara mereka ada bintang yang tidak terlihat. Ibarat seperti dia yang selama ini bersembunyi di antara perkumpulan manusia dan hidup berdampingan. Dan beranggapan bahwa dunia ini adalah tempat teraman pasca perang dunia dan penjajahan yang melanda negeri puluhan tahun lalu.

Mencoba mengumpulkan kembali orang-orang yang masih bertahan setelah pertarungan blood moon tahun 1866 untuk menyiapkan perang besar itu lagi, meski dia belum tahu kapan sang half blood akan muncul. Bukan hal baru pula, bahwa mitos kekuatan half blood yang tiada bandingnya menjadi incaran tersendiri beberapa klan vampir.

"Sampai kapan kau akan berdiri di sini?" suara perempuan bertubuh kurus dengan wajah lonjong, berdiri tak jauh dari sosok lelaki yang masih setia menatap arus sungai. "Apa kau akan mengeruk seluruh sungai ini dan berharap ada yang masih hidup seperti dia? Bahkan kita pun tidak tahu wujudnya."

Lelaki berambut ikal sebatas tengkuk leher itu memutar badan, menatap sang adik dengan tajam. Aroma anyir tercium kuat menandakan saudara perempuannya baru saja memangsa manusia untuk ke sekian kali.

"Jika kau terus membunuh manusia, mereka akan semakin curiga, Cassie," desis Blake. "Perjanjian kita dengan mereka masih berlaku."

Cassie meludah ke tanah, tak terima dengan kalimat yang dilontarkan kakak yang penuh dengan aturan. "Kita adalah klan terkuat, Blake. Bagaimana bisa kau begitu takut seperti anak tikus, hah!"

Ucapan Cassie membuat Blake tersulut emosi, tangan kanannya mencekik leher adiknya dan menyudutkan tubuh kurus itu hingga membentur batang pinus. Gadis berambut hitam legam itu terbatuk merasakan udara di sekitarnya semakin menipis. Kedua iris mata merahnya menyala, tidak terima dengan perlakuan sang kakak.

"Tidak bisakah kau diam dan menuruti kata kakakmu ini, Cassie? Aku tahu kita klan terkuat tapi jangan sampai kita lengah. Aku yakin ada gerombolan klan yang siap menyerang kita kapan saja terutama mencari jasad ayah!" Dilepas cengkeraman tangannya di leher Cassie, meninggalkan jejak merah yang begitu kentara di sana.

###

Tasmania Island, 1834

Semenjak banyak imigran baru yang datang, serta narapidana berkelakuan buruk dipindah ke Tasmania. Banyak hal yang terjadi, mulai tindakan anarkis kepada kriminalis, pemerkosaan terhadap perempuan, pergusuran penduduk asli hingga pergantian pemerintahan selama masa kolonial Inggris.

Tindak kekerasan yang kebanyakan dialami para pelaku kejahatan mendorong mereka untuk memilih kabur dan bersembunyi di hutan hingga gunung di luar pemukiman untuk menjadi brushranger—pemberontak. Sedangkan penduduk asli yang merupakan suku Aborigin, menderita berbagai macam penyakit yang dibawa oleh bangsa kulit putih hingga pembunuhan massal yang dilakukan penjajah.

Bersamaan dengan itu, para imigran yang datang dari Inggris memperkenalkan anjing dan rubah untuk sekadar membantu perburuan seperti kanguru yang hasilnya akan diperjualbelikan. Selain, kedatangan hewan, tanpa disadari ada beberapa manusia vampir yang bersembunyi di balik populasi imigran dan tahanan untuk membentuk komunitas sendiri.

Komunitas gelap itu, lebih memilih mengadu domba para penjahat untuk mendapat hukuman cambuk atau hukuman gantung, yang kemudian darah korban diminum beramai-ramai. Beberapa di antara mereka yang berhasil bebas dari bangunan penjara Port Arthur untuk bersembunyi di kota kecil di Strahan atau di belantara hutan sekitar sungai Franklin, sungai Gordon, hingga pegunungan.

Akan tetapi, konflik kembali terjadi di antara manusia vampir ketika mereka diusir oleh para klan rubah merah yang telah terlebih dulu menduduki tanah tersebut. Para vampir tidak menyangka bahwa pulau baru yang ditemukan oleh koloni Inggris ini ternyata menyimpan banyak misteri yang tidak terduga.

"Kita bagi saja wilayah teritorial agar tidak terjadi pembunuhan. Kami di sini saling menyeimbangkan ekosistem, biarlah para manusia itu saling membunuh asal populasi kami bisa bertahan selamanya," ucap rubah merah tertua. Dia bernama Jake Rogers yang pertama kali dibawa oleh sang majikan di awal tahun 1830-an.

Vampir yang bernama Matthias Bennett yang berambut keriting dan pirang sebahu dengan kulit pucat kebiruan serta mata merah menyala hanya tersenyum meski dalam hati dia sangat ingin mencabik leher Jake.

"Tapi, aku minta satu syarat," pinta Matthias membuat Jake menatap vampir itu dengan tatapan bingung. "Biarkan selama blood moon muncul, kami mencari makanan tanpa terhalangi oleh wilayah teritorial."

"Tidak!" sebuah suara diiringi desisan muncul di balik semak-semak. Lalu muncul seorang perempuan setengah ular berkulit hitam dengan mata hijau zamrud dan kulit sisik yang berkilauan diterpa cahaya bulan.

"Aaliyah!" seru Jake terkejut dengan kemunculan Ratu klan ular itu.

"Aku tidak menyetujui jika vampir mencari makanan saat blood moon muncul tanpa melihat teritorial. Itu akan merugikan kami," tandas Aaliyah sambil sesekali menjulurkan lidah ularnya. "Carilah mangsa tapi bukan dari klan seperti kami atau klan lain. Bila perlu, kau habisi nyawa manusia serakah itu!"

Matthias terdiam sesaat, dalam benaknya dia sangat penasaran mengapa ratu klan ular yang terlihat sombong, seolah begitu takut dengan peristiwa blood moon yang hanya terjadi 100 tahun sekali. Lagi pula, apa ruginya jika mereka kehilangan beberapa anggota klan, pikir Matthias.

"Aku tahu yang kau pikirkan, Bennett!" seru Aaliyah menatap tajam Matthias. "Jangan harap kau bisa tahu alasan kami membuat peraturan teritorial saat blood moon muncul. Jika kau melanggar, kami tidak segan-segan membantai klan kalian."

"Aku tahu," kata Jake. "Kami menjunjung tinggi keseimbangan populasi dan ekosistem, Aaliyah, kau jangan khawatir dengan klanku."

Perempuan bertubuh molek dan bersisik itu hanya mengangguk. Namun, dia benar-benar harus menjaga jarak dengan Matthias Bennett, firasatnya mengatakan bakal ada sesuatu yang terjadi. Tapi, Aaliyah tidak bisa melihat dengan jelas.

Tanpa ada kalimat yang terucap dari bibir tipis Matthias, vampir itu pergi secepat kilat tanpa berpamitan sedikit pun. Sikap congkaknya membuat Aaliyah dan Jake mendecih tak suka. Jake sudah mendengar rumor bahwa banyak manusia yang tewas akibat pembunuhan massal. Dia menduga bahwa pembunuhan itu akibat adanya penyerangan yang dilakukan oleh vampir.

"Kau juga harus menjaga klanmu, Jake," titah Aaliyah membaca pikiran kalut tertua klan rubah merah itu.

Jake menganggukkan kepala sambil mengibaskan ekornya. Dia menatap Aaliyah lalu berkata,

"Para manusia mulai membantai klan kami atas apa yang tidak kami lakukan, Aaliyah. Populasi kami memang berkembang pesat, namun hal itu tidak sedikit pun membuat kami membunuh manusia sebanyak itu. Kau tahu sendiri bahwa kami juga tidak seberapa suka daging manusia yang terasa aneh."

Tubuh Aaliyah kembali menyusut menjadi ular bersisik hijau kehitaman. Iris mata hijaunya menatap mata Jake sambil mendesis. "Kau harus hati-hati saat blood moon muncul, Jake. Penglihatanku mengatakan bahwa akan ada sesuatu yang besar terjadi."

Sekali lagi kepala rubah itu hanya mengangguk. Lalu Aaliyah pergi meninggalkan Jake sendiri di tepi sungai Gordon. Mata Jake kini memandangi sinar purnama yang sangat terang. Samar-samar dia mendengar suara gonggongan serigala yang berada di ujung hutan, sedikit banyak dirinya tahu bahwa setiap klan memiliki waktu puncak kekuatan dan kelemahan mereka.

Jake berpikir sambil memandangi pantulan dirinya di sungai Gordon. "Apa yang akan terjadi jika blood moon benar-benar muncul?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro