5. Mengusir Lebah - Aqua & Ollie

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pagi tiba lebih cepat dari perkiraannya.

Begitulah pikir Aqua yang kini tengah duduk sembari menatap seseorang yang tidur dengan nyenyak di sampingnya.

Sosok itu bukanlah Ollie, melainkan Baha.

Baha yang awalnya cuma ingin menenangkan Aqua yang menangis pada malam hari terbawa kantuk dan akhirnya tertidur.

Aqua yang menyadari hal tersebut cuma bisa diam, dan menatap wajah tidur Baha sepanjang malam sampai pagi hari.

Menyadari sinar mentari telah muncul, Aqua berinisiatif untuk memetik beberapa buah-buahan untuk sarapan, dan menyeduh air dengan batok kelapa.

Kondisi hutan yang cukup dingin membuatnya ingin segera menghangatkan diri dengan minum air hangat.

Aqua melirik gunung di depannya, terlihat ada sedikit asap putih di puncak, dia cukup khawatir jika sewaktu-waktu gunung itu mengeluarkan erupsi.

Selepas sarapan seorang diri, dia membangunkan Baha dan Ollie.

Situasi masih canggung, Aqua belum berani mengganggu waktu tidur mereka berdua.

Setelah perang batin, pada akhirnya Aqua mencoba untuk membangunkan keduanya dengan lembut.

Pertama-tama, Aqua menyentuh lengan keduanya, tetapi tidak ada tanggapan sama sekali.

Percobaan kedua dia menepuk pipi keduanya, Baha menunjukkan sedikit pergerakan sementara Ollie tidak bergeming sama sekali.

Di percobaan ketiga, barulah Baha bangun dengan mata sedikit kemerahan akibat kurang tidur dua hari belakangan.

"Gomen Baha-kun ... Atashi...."

Baha masih mengumpulkan separuh nyawanya, saat Aqua berbicara. Menyebabkan Baha sama sekali tidak mendengar perkataannya.

"Aqua-san, arigatou."

Akibat terhalang perbedaan bahasa, kedua insan ini sama-sama linglung dan bingung.

Cukup hening beberapa saat, sampai mereka berdua memutuskan untuk membangunkan Ollie.

57889954

"Baha, apa rencanamu selanjutnya setelah memasang pagar pertahanan?"

Proyek mereka selanjutnya adalah memasang pagar di sekitar lokasi kamp.

Baha sadar bahwa kekuatan dan mentalnya tidak cukup untuk melindungi diri dari hewan liar yang mungkin sewaktu-waktu bisa menyerang.

Proyek ini dalah proyek jangka panjang, dia mengira-ngira bahwa satu bulan pun pagar ini tidak akan selesai.

Tetapi Baha baru menyadari suatu hal.

"Mengapa aku tidak mencari gua saja!!!!"

637272819

"Iya juga ya!"

"Sou desu ne."

Mereka bertiga memutuskan untuk menjelajah mencari gua, lokasi yang dipilih haruslah dekat dengan sumber mata air.

Demi mempermudah pencarian, kelompok dibagi menjadi dua tim, Baha seorang diri, sementara Ollie dan Aqua bersama.

Sebelum pergi, Baha berpesan untuk tidak memilih gua yang rawan runtuh, dan yang terlalu dekat dengan jurang.

Satu jam.

Dua jam

Tiga jam.

Sampai lima jam pencarian, tidak ada hasil, daerah ini sama sekali tidak ada guanya.

Mereka berdua berkumpul untuk berbagi informasi terkait lokasi pencarian mereka.

"Bagaimana, apa kalian menemukan gua?"

Ollie dan Aqua saling berpandangan sejenak.

"Tidak ... Namun, ada sebuah gua yang telah berpenghuni."

"Berpenghuni? Dihuni oleh siapa?" tanya Baha menyelidik.

"Lebah."

Baha meminta Ollie untuk menunjukkan lokasi yang dimaksud.

Terlihat sebuah gumpalan besar di langit-langit gua, besarnya hampir seukuran bola basket.

Banyak ditemukan lebah yang berlalu lalang masuk keluar gua.

Lokasi ini sangat strategis, tidak dekat dengan jurang, ada pertahanan alami berupa gundukan batu di sekitarnya, dan yang paling penting adalah dekat dengan mata air.

"Baha, apa yang seharusnya kita lakukan?" tanya Ollie.

"Kita rebut gua itu dari tangan mereka."

Operasi merebut gua dari koloni lebah dimulai!

Strategi yang Baha pakai untuk mengusir lebah ini cukup umum. Yakni menggunakan metode pengasapan yang tujuannya untuk mengacaukan radar lebah.

Pertama-tama, dia membuat api dari kejauhan.

"Baha, apakah sarang itu terdapat madu?"

Baha menggeleng. "Tidak di sarang yang sekecil itu, lagipula jenis lebah ini bukanlah jenis lebah penghasil madu."

Baik lebah madu ataupun bukan, Baha tetap akan menghancurkan sarangnya. Sebab dia takut tersengat oleh lebah-lebah itu.

Baha melempari sarang dengan batu-batu besar, setelah sarang hancur dan jatuh ke tanah, Baha langsung membakarnya dengan api dan langsung lari pontang-panting demi menghindari lebah yang menjadi agresif.

"Huh, mari kita tunggu sampai semua lebah minggat dari sana."

371819926

Dua jam kemudian, api yang membakar mulut gua sudah padam, bersamaan dengan hangusnya sarang lebah di gua itu.

Meski sarangnya telah terbakar habis menjadi debu, namun masih ada sisa-sisa lebah pekerja yang beterbangan.

Demi keamanan bersama, pada akhirnya mereka kembali ke kemah dan mengurungkan niat untuk tidur di gua malam ini.

Mereka bertiga berharap bahwa semua lebah itu menyingkir dari sana esok hari.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro