10. Kegalauan Malik

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Malik kembali pulang ke rumahnya. Cowok itu langsung melempar tas dan berbaring tengkurap tanpa melepas sepatunya. "MAMA NGGAK MAU PUTUS!" teriak Malik.

Kedua tangannya terulur memeluk bantal guling dengan wajah kusutnya. Rambut acak-acakan, baju berantakan, ditambah wajah yang masih memiliki bekas luka lebam.

Malik menatap bantal guling di pelukannya, "Sayang, kamu tau nggak? Aku sayang kamu, kamunya milih dia," ujar Malik bak orang gila yang berbicara dengan benda mati.

"Pokonya kamu jangan sama Galuh ya sayang? Kamu harus setia sama aku," katanya lagi.

"Aku mau memantaskan diri dulu, nih. Kamu harus sehat-sehat ya sayang?"

Malik menghempaskan bantal gulingnya. Kemudian, ia berguling di kasur dan berbaring terlentang memejamkan matanya. "Ya Allah, kasian banget gue. Jagain jodoh orang doang."

Cowok itu beranjak duduk. Kakinya ia gerakan dengan rengekan kecil yang keluar dari dalam mulutnya. "Aaah ... Nggak mau putus," katanya lagi.

"MAMA MALIK JOMBLO!"

"MAMA MALIK NGGAK MAU PUTUS SAMA HANIN."

"MAMA--"

Bugh

Bantal terlempar tepat mengenai wajahnya. Malik mendelik kesal ke arah Papanya yang sudah siap dengan pakaian kantornya. "Papa jahat banget sih."

"Jahat-jahat. Kenapa kamu tiba-tiba di rumah? Bukannya tadi udah berangkat? Mana teriak-teriak lagi kaya orang gila," ujar Reno.

Malik mencebikan bibirnya kesal. "Malik pulang, ada sesuatu yang merambat naik ke relung hati. Sesuatu yang begitu menyakitkan dan menyesakan dada. Malik ter--"

Reno menghampiri Malik. Mengambil bantal kemudian menindih wajah putranya itu. "Saha ieu?" tanya Reno.

[Ini siapa?]

"Malik, Pa! Pa engap, Pa!" teriak Malik terdengar samar.

Reno melepaskannya. Ia duduk di samping Malik yang kini sudah kembali duduk dengan wajah kusutnya. "Kenapa sih kamu?" tanya Reno

"Malik putus sama Hanin," jawabnya kesal.

"HAHAHAHA! RASAIN! Hanin mana mau pacaran sama cowok jelek kaya kamu," jawab Reno diiringi tawa yang menggelegar.

Malik mendengkus kesal, "Pa! Anaknya itu lagi galau bukannya dibeliin mobil atau rumah malah di ketawain," ujarnya.

"Siapa kamu nyuruh-nyuruh Papa? Emang bener kok, Hanin itu terlalu cantik buat kamu. Kamu mah sama si Lilis tetangga sebelah aja tuh," jawabnya.

Lilis adalah banci yang seumuran dengannya. Entah darimana asalnya, yang jelas ia marah jika di sebut Asep. Padahal, itu nama aslinya. "Nggak! Emang Papa mau punya anak pas nikah adu pedang?" tanya Malik.

"Heh! Ngomongnya."

"Lik, kalau suka itu ya di perjuangin, kamu nggak inget perjuangan kamu dapetin Hanin kaya gimana? Udah banyak banget rintangannya, terus kamu mau lepas gitu aja? Nggak sayang?" tanya Reno.

Malik diam. Papanya benar, masa iya Malik akan melepas Hanin begitu saja. "Tapi, Pa. Hanin nangis terus kalo sama Malik."

"Siapa bilang? Guntur suka bilang sama Papa, Hanin jadi lebih banyak ketawa kalo lagi sama kamu," jawabnya.

"Dia juga suka cerita. Katanya dia beruntung punya kamu."

Malik menatap Papanya, "Cerita ke Papa?" tanya Malik.

"Ya ke Guntur, lah. Guntur cerita ke Papa. Kalo Hanin deket sama Papa, kamu cemburu lagi. Papa kan lebih ganteng daripada kamu," jawabnya.

Malik mencibir pelan, "Apaan sih? Udah tua masih aja genit. Hanin juga maunya sama yang muda kaya Malik, Pa. Masih kuat, Papa mah baru mulai juga langsung lemes," ujar Malik.

Reno tertawa saja. Pria itu beranjak, mengacak pelan kepala putranya kemudian menatap lelaki itu. "Bukannya kamu kemarin pulang malem beli boneka? Udah di kasih?"

"Udah," jawab Malik.

"Di kasih ke tong sampah," lanjutnya.

"Lah? Kok--"

"Kok, Bekok," potong Malik kesal.

[Buang Angin]

"Udah sana kerja, nyari duit yang banyak. Kalo udah banyak, Malik izinin bikin anak lagi," ujar Malik.

Reno mendesis pelan. Mimpi apa dirinya punya anak kurang ajar seperti Malik? Untung dia anak kesayangan Gina. Jika tidak, sudah ia lempar ke dalam sumur. "Udahlah, males juga Papa diem di kamar bujang yang kerjaannya ngegalau kaya kamu."

"Enak aja! Malik mah nggak--iya sih." Tadinya, ia tidak terima dengan ucapan Reno yang menyebutnya tukang galau.

Tapi, apa yang Reno katakan benar, ia selalu galau dengan apapun yang berkaitan dengan Hanin.

***

Sorenya, Malik sengaja datang ke rumah Hanin. Tidak membawa apa-apa, hanya bermodalkan tekad agar Hanin memaafkannya.

Ia tak peduli dengan ucapan Nayya yang menyuruhnya menjauhi Hanin. Lagipula, ini hidupnya dan Hanin. Mengapa harus dia yang ribet? fikirnya.

Saat Malik akan mengetuk pintu, ia dikejutkan dengan wajah Rizki yang tiba-tiba saja muncul. "Nah! Bagus lo dateng, si Hanin mewek tuh di kamar," ujar Rizki tiba-tiba.

"Lah, mewek kenapa?" tanya Malik lemot.

Ya sudah jelas pasti karna ulahnya, masa iya gara-gara tukang cilok?

Rizki langsung menarik Malik menuju ke arah kamar milik Hanin. Di sana sudah banyak orang, astaga ... Lihatlah, betapa setianya teman-teman Hanin.

"Lo tuh, ya! Nggak ada kapok-kapoknya nyakitin Hanin!" pekik Dena.

Gadis itu langsung menjewer telinga Malik dengan kesal. Menyeretnya agar mendekat ke arah Hanin.

Hanin yang melihat Malik, langsung memeluk lelaki itu. Malik tersentak. "Maaf," kata Hanin dengan isakan yang masih terdengar.

Malik mendengkus kesal. Nayya bilang, Hanin tidak bahagia dengan Malik. Buktinya, Hanin malah menangis saat dirinya pergi. Jadi yang benar yang mana? fikir Malik.

"Lik, lo minta tolong temenin kemarin Malem beli boneka, terus bonekanya kemana? Kok, nggak di kasih?" tanya Daffa tiba-tiba.

Malik bergidik tak peduli. "Ilang, dimakan babi hutan," jawabnya kesal.

"Malik, kamu marah, ya?" tanya Hanin.

Malik menundukan kepalanya menatap wajah Hanin yang begitu penuh dengan air mata. Ya Allah, ampuni Malik karna sudah membuat seorang gadis menangis. "Nggak, Hanin. Mana bisa aku marah sama kamu," jawab Malik.

"Tapi kenapa tadi pagi kamu pergi gitu aja?" tanya Hanin.

"Nggak papa, kayanya kamu emang lebih pantes nggak barengan sama aku lagi, Nin," jawab Malik.

Sontak orang-orang yang berada di kamar Hanin membelakan mata mereka. "Ikan hiu makan orek tempe, Belegug sia, Malik," kesal Rizki.

[Bego lo]

"Ikan hiu makan oncom bubuk, Malik ganteng," balas Malik.

"Ikan hiu makan cabe, nugelo!" jawab Ucup.

[Orang gila]

Malik melepaskan pelukan Hanin. Cowok itu menangkup pipi Hanin kemudian mengusap sisa-sisa air mata gadis itu. "Tapi ternyata aku salah, kamu malah nangis aku jauhin," lanjut Malik.

"Jangan marah kaya tadi," pinta Hanin.

"Aku nggak suka," ujarnya lagi.

Malik mengangguk, "Balikan nggak nih?" tanya Malik.

Hanin menganggukan kepalanya. Malik perlahan tersenyum, ia kembali memeluk Hanin. "Allhamdulillah, nggak jadi jomblo," pekik Malik girang.

"So sweet, ya? Balikannya di atas kasur, nggak sekalian bikin anak aja biar nggak pisah-pisah lagi?" tanya Ivi.

"Bilang aja mau balikan juga sama Rizki," sindir Fatur.

"Heh!"

Rizki tersenyum menggoda ke arah Ivi. "Mau juga? Ayok kuy kita balikan, lo balik kanan, gue juga balik kanan!" ujar Rizki.

"Maksudnya?"

"Jangan harap ya anjir. Mana mau gue balikan sama lo," lanjut Rizki.

Hana tertawa pelan. "Jangan gitu, Ki. Bukannya kemarin lo nanya sama gue, mau nembak Ivi tapi bingung ngomongnya gimana," sindir Hana.

Rizki membelakan matanya. Memang, Hana sudah seperti Kakak baginya. Apa-apa, dia pasti bercerita pada Hana. Tapi ... Ah, mau di taruh dimana mukanya sekarang?

Rizki tertawa canggung, "Ah, si Kakak mah becandanya lucu banget. Mana ada seorang Rizki balikan sama Ivi. Iya, nggak, Vi? Tapi kalo lo mau ayok!" tawarnya.

"Gengsi tuh ya di turunin dikit, Ki," sahut Ana.

"Hah? Ah Beby lebih lucu kayanya, Beby udah besar sama om Rizki aja yuk!" ajak Rizki mendekat ke arah Beby yang tengah di gendong oleh Daffa.

Daffa menoyor Rizki dengan sebelah tangannya. "Najis pedofil. Sana urusin dulu duo bangkong bagusan," jawab Daffa kesal.

Malik menatap Hanin yang masih memeluknya. Gadis itu menatap wajah Malik mendongkak, "Kamu beli boneka? Terus kamu kasih ke siapa?" tanya Hanin.

"Tong sampah. Kasian, biar dia ada temen," jawab Malik asal.

"Tadi aku liat mobil kamu waktu aku turun dari motor Galuh. Kamu marah gara-gara itu? Makannya bonekanya kamu buang?" tanya Hanin lagi.

Malik diam. Jika Hanin tau penyebabnya adalah Nayya, ia tak yakin jika Hanin tidak marah pada gadis itu. Biar bagaimanapun, Nayya memang begitu sifatnya.

Seenaknya dan tidak pernah berfikir panjang. "Nggak, ngapain marah gara-gara Galuh, gantengan juga aku," jawab Malik PD.

"Apaan sih? So ganteng jatuhnya," kesal Hanin.

"Tapi kamu tetep aja nangisin aku." Malik tertawa mengejek.

Hanin mencebik kesal. Gadis itu meraih bantal kemudian ia pukulkan pada wajah Malik.

Bugh

"Ya ampun, Yang. Galak banget, sih?" kesal Malik.

"Aku yakin kok, kamu juga pasti nangis aku putusin. Kamukan luarnya aja fakboy, aslinya mah sadboy," sindir Hanin.

Malik mendengkus kesal. Hanin ini ... Tebakannya selalu tepat. Malikkan, jadi malu. "Udah, ah. Malu tau," jawab Malik.

"Heh! Baru balikan udah berantem lagi," kata Ana.

"Ini Emud, si Maliknya minta di cekek," kesal Hanin.

Emud, lebih tepatnya Emak muda. Entah apa maunya Hanin, ia terlihat senang memanggil Ana dengan sebutan begitu. "Mau dong di cekek sama Mantan dua hari," goda Malik.

Malik dan Hanin. Sejauh apapun mereka pergi, sekuat apapun mereka berjauhan, tetap saja mereka tau arah jalan pulang.

SELESAI
































































Tapi boong, yhaaaa

Kesan pertama saat baca part ini?

Seneng nggak Hanin sama Malik balikan?

Ada yang ingin di sampaikan untuk :

Hanin

Malik

Reno

Rizki

Ivi

Ana

Daffa

Dan semuanya?

See u next chapter<3

Guys, follow RP Instagram kita yuk!

@hanind_mheswra. (Hanin)
@malikrezayn_. (Malik)
@daff.aprasetyo. (Daffa)
@fatur_mhndra. (Fatur)
@gisela_ivi. (Ivi)
@alfariza_ucup. (Ucup)
@hana_frhsy. (Hana)
@dena.andrianaaaa. (Dena)
@ana_andhina. (Ana)
@rizki.anshari_ (Rizki)
@Nayya_graceva.a. (Nayya)

Follow juga ; @Wattpadindah_. & @Octaviany_Indah.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro