21. Galuh--hah?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Papa mau menikah."

Malik yang membulatkan matanya. Setelah sebulan menghilang, ia datang, dan sekarang mengatakan hal begitu? Apakah pantas?

Bahkan, meninggalnya Ginapun, belum menginjak hari ke empat puluh. "Papa udah gila!" kata Malik.

"Lik, tolong ngertiin Papa. Amel semakin hari perutnya semakin membuncit. Apa kata orang--"

"Nikah saat wanita mengandung itu nggak sah, Pa! Kenapa nggak nunggu bayinya lahir aja?" tanya Malik.

Malik menghela nafasnya, "Daffa juga begitu Beby lahir, dia nikah ulang sama Ana," ujar Malik lagi.

Reno menunduk. Pria itu menatap putranya yang menatap ke arah lain. Biasanya, jika Reno pulang, Malik akan menyambutnya.

Sekarang?

"Papa kemana waktu Mama meninggal?" tanya Reno.

Reno terpaku di tempatnya. "Men--"

"Papa nggak tau? Suami macam apa sih Papa ini?"

"Mali--"

"Papa keluar! Papa mau nikah, kek, mau nggak. Malik nggak peduli. Sama kaya Papa yang nggak peduli sama perasaannya Mama!" teriak Malik.

Malik lagi dan lagi membuang arah pandangnya.

Reno akhirnya memeluk Malik. Pria itu mengusap kepala Malik dengan perasaan bersalahnya.

Disaat mereka hancur, Reno pergi. Di saat Malik dan Leo membutuhkannya, ia malah menghilang.

Gina--istirnya, kini telah tiada. Itu semua karnanya.

Ini semua salahnya. Seharusnya Reno ingat bagaimana susahnya ia mendapatkan Gina. Mengapa sekarang malah dirinya yang menjadi penyebab perginya wanita itu?

"Kenapa Papa jahat sama Mama?"

"Mama salah apa sama Papa?"

Malik semakin menangis dipelukan Reno. Yang Reno tahu, Malik bukanlah anak yang berani berteriak di depan orang tua.

Malik bukanlah orang yang berani membantah atau bahkan memotong ucapan orang paling tua darinya.

Tapi ini salahnya. Dia sendiri yang merubah Malik.

"Maafin Papa, Malik."

***

"Nih, kesuakaannya Hanin."

Hanin yang saat itu tengah duduk dikursi taman, langsung menatap ke arah lelaki yang saat ini tersenyum padanya.

Lelaki itu berdecak, kemudian, tangannya beralih membuka bungkusan coklat itu dan menyerahkannya pada Hanin. "Dasar manja. Gitu aja minta dibukain," katanya.

Ia duduk di samping Hanin. Hanin tersenyum kecut. Kemudian, ia memilih memakan coklatnya. "Cup, salah nggak sih gue nyuruh Malik jauhin Anggia?" tanya Hanin.

"Salahlah. Mana ada sodara jauhin sodaranya."

"Kalau mau, lo suruh dia jaga jarak sedikit. Sewajarnya aja," kata Ucup.

Hanin menyandarkan kepalanya pada bahu milik Ucup. Lelaki itu memilih mengusap lembut kepala milik Hanin.

Salah nggak, sih? Padahal, sudah hampir 3 Tahun Ucup menjalin hubungan dengan Hana. Tapi, jujur, hatinya masih sangat sulit dibohongi.

Hatinya masih terasa sakit jika melihat Hanin begini. Ia merasa ... Perasannya pada Hanin masih belum hilang sepenuhnya. "Anggia kayanya lebih berarti ya buat Malik?" tanya Hanin lagi.

"Nin, jangan ngomong kaya gitu ah."

"Tapi gue bener, Cup. Lo liat aja gimana Malik sama Anggia. Mereka itu udah kaya perangko! Nempel banget," kata Hanin lagi.

Ucup menghela nafasnya. Cowok itu memilih menyandarkan punggungnya pada punggung kursi.

"Malik dan Kak Hana menangis melihat ini!"

Hanin dan Ucup menegakan tubuh mereka bersamaan. Gadis itu berdecak kesal kala mendapati Rizki, Daffa, dan juga Fatur. Hanin melepas sendal jepitnya, kemudian, ia melemparnya pada Rizki dengan kesal. "Bacot lo!"

"Asstagfirullah, nggak baik selingkuh gitu, Nin," kata Rizki.

"Siapa yang selingkuh?"

"Ah, cewek mah emang suka ngelak. Gue tanya Ucup aja. Cup, lo serius mau lepas kak Hana demi dedemit kaya si Hanin?" tanya Rizki.

Hanin melepas sendalnya lagi. "Mau gue lempar?!" tanya Hanin kesal.

Sudah lama mereka tidak berkumpul berlima begini. Biasanya, mereka membawa pasangan mereka masing-masing. "Rizki ganteng nggak takut surinem!"

"Berisik lo bungkus jas jus!"

"Ribut terus sampai mampus," sindir Fatur.

"Yang suka ribut, kalau udah putus biasanya jadi sadboy gitu, ya?" tanya Ucup.

Fatur membulatkan matanya. Apa maksudnya, nih?

"Lo nyindir gue?!"

"Eh, masnya kesindir," ujar Ucup kaget.

"Yang udah punya anak mah yang dulunya rusuh, sekarang diem-dieman, ya?" sindir Ucup lagi.

Daffa mendelik. Ia yakin, Ucup menyindirnya untuk ucapannya yang satu ini. "Makannya bikin anak. Biar tau," jawab Daffa santai.

"Anjir, Cup. Ditantang bikin anak!" kata Rizki heboh.

"Eh, emang udah boleh, ya? Boleh kali, ya? Gue kan udah 17 tahun. Udah mencukupilah," ujar Ucup.

Cowok itu beranjak. "Auto telpon kak Hana. Bilang aja gue kena dare si Daffa. Paling juga si Daffa yang kena omel."

"Heh! Si bangsat yang satu ini, otaknya mulai berkembang, ya?" ujar Fatur.

"Diemin aja. Kalo ditanggepin makin jadi," sahut Daffa.

Rizki mengangguk setuju. "Ini nih yang paling gue suka. Kali-kali, yang kena bully itu ya si Ucup. Jangan gue mulu, gue--"

"Yang tadinya ogah-ogahan, udah jadi pacar mah bucinnya nggak ngotak, ya?" sindir Hanin.

"Nin--"

"Yang bilangnya nggak akan balikan, eh, malah minta bantuan."

"Tur--"

"Yang bilangnya mau setia sama Mbak Kekey, malah belok ke cinta pertama."

"Daf--"

"Yang katanya nggak mau pacaran selain sama Mbak Kekey, eh, malah balikan. Mana bucin banget lagi. Ih! Ngeri!"

Rizki mendengkus kesal. Baru juga dirinya senang karna tidak menjadi bahan ledekan mereka. Eh, mengapa sekarang malah dirinya yang kena?

***

Malik
Aku ke Bandung hari ini
Maaf soal kemarin ....
Jangan lupa sarapan
Aku sayang kamu

Hanin menghela nafasnya pelan. Gadis itu memilih mematikan ponselnya dan memasukkannya pada saku roknya.

Setelahnya, ia memilih turun untuk sarapan. "Seminggu lagi empat puluh harinya Mamanya Malik. Kamu udah baikan sama Malik?" tanya Anneth.

Hanin mengangkat bahunya acuh.

"Nin, Reno kemarin dateng ke kantor Papa. Katanya, dia ngerasa bersalah banget liat Malik yang sekarang."

"Nin, kamu pacarnya. Coba kamu kasih semangat buat Malik. Coba kamu bayangin kalau kamu ada di posisi Malik."

"Misalnya, Mama sama Papa pergi ninggalin kamu sama Rios buat selamanya. Terus, nggak ada orang yang sudi duduk di sam--"

"Malik ada Anggia. Hanin nggak dibutuhin sama Malik." Hanin beranjak.

Gadis itu tak suka dengan topik yang pembicaraan mereka. "Hanin berangkat."

Hanin memilih pergi begitu saja. Entahlah, mengapa moodnya menjadi sangat buruk jika mengingat tentang Malik?

"Nay--eh?" Hanin yang tadinya hendak memanggil Nayya, malah dikejutkan dengan gadis itu yang tengah dirangkul oleh seorang lelaki.

Ia menyipitkan matanya untuk memastikan siapa cowok yang merangkul Nayya. "Galuh?!" pekik Hanin.

Galuh langsung melepas rangkulannya. Cowok itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kak Hanin," sapanya kaku.

Hanin menatap keduanya secara bergantian. "Kalian--"

"Nggak! Nayya sama Galuh nggak pacaran!"

"Yang sopan lo sama yang lebih tua!" kesal Galuh.

"Muka lo nggak cocok buat di sopanin," jawab Nayya kesal.

"Anak kecil edan," jawab Galuh.

Hanin menggeleng pelan. "Pacaran juga nggak papa kok," goda Hanin.

"Mending juga gue sama lo Kak," jawab Galuh.

"Bagusan juga gue sama bang Malik."

Deg

Hanin langsung menatap Nayya. Nayya yang seakan sadar dengan apa yang diucapkannya, langsung menggeleng. "Maksud Nayya--"

"Lo suka sama Malik?" tanya Hanin.

"Nggak, Kak. Nayya--"

"Kenapa sih banyak banget cewek yang suka sama dia?!" pekik Hanin kesal.

Gadis itu membuang arah pandangnya.

Ashila, Helen, Anggia, dan sekarang? Nayya? Lantas, siapa lagi yang akan mendaftar menjadi calon gebetan Malik setelahnya?

"Nay, gue nggak masalah kalo orang lain suka sama Malik. Tapi ini ... Lo? Ya ampun." Hanin memegang kepalanya sendiri.

"Gue putus aja kali ya? Pusing gue lama-lama."

Galuh menggeleng. Cowok itu langsung merangkul Nayya. "Gue sama Nayya pacaran. Tadi kita lagi bercanda."

Nayya membulatkan matanya. Gadis itu hendak protes namun ....

Cup

"Tuh, masih nggak percaya?"

Nayya terpaku ditempatnya kala sebuah kecupan mendarat tepat di pipi bagian kanannya.

Hanin menelan salivanya susah payah. Astaga, adegan apa yang ia lihat tadi?

TBC

Hallo!

Gimana sama part ini?

Kalian dukung siapa?

HaninMalik

HaninGaluh

HaninUcup

MalikNayya

Atau

NayyaGaluh

Tau ah pusing

Mau bilang apa sama

Hanin

Malik

Reno

Ucup

Nayya

Galuh

See u guys!

Novel DariHanin Untuk Malik masih open PO. Kuy!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro