26. Merelakan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Iya."

"Nay! Apaan sih?!"

Malik memijat kepalanya yang terasa begitu pusing. Cowok itu menghembuskan nafasnya kasar. Hanin menarik Nayya. Gadis itu menatap Nayya tajam saat keduanya sudah berada di luar ruangan Malik.

"Bilang sama Kakak. Kenapa Nayya bisa--"

"Oke!" potong Nayya.

Nayya menarik nafasnya pelan. "Nayya suka sama Galuh."

Hanin terdiam. Nayya suka pada Galuh? Lantas, mengapa gadis itu malah berpacaran dengan Malik?

"Galuh sukanya sama Kak Hanin."

Nayya membuang arah pandangnya. "Nayya mau kak Hanin rasain apa yang lagi Nayya rasain sekarang."

"Nay--"

"Nayya!"

Hanin dan Nayya sontak membalikan tubuh mereka. Keduanya sama-sama terpaku kala mendapati Galuh yang tengah berjalan ke arah mereka.

Tatapan cowok itu begitu tajam menatap Nayya. "G-galuh?"

"Kak Hanin masuk aja. Gue mau ngomong sama Nayya," ujar Galuh.

Hanin mengangguk dan memilih masuk. Dari mana Galuh tau mereka tengah berada di rumah sakit?

Ah, biarkan saja. Yang terpenting, Nayya bisa menyelesaikan masalahnya dengan Galuh.

Galuh menatap Nayya, cowok itu melirik ke kanan dan ke kiri sebentar. "Lo jadian sama bang Malik?" tanya Galuh tajam.

"K-kenapa? Bukan urusan lo juga kok!" ujar Nayya.

"Urusan gue! Lo jadian sama bang Malik, sama aja lo nyakitin Kak Hanin."

Nayya berdecih. Hanin lagi? Mengapa Galuh tak bisa melihatnya? Mengapa Galuh selalu saja membicarakan Hanin?

"Lo kaya gini, sama aja lo nyakitin gue!" ujar Nayya.

Galuh menghembuskan nafasnya pelan. "Nay, yang salah di sini tuh gue. Gue yang suka sama kak Hanin, bukan dia yang suka sama gue. Kalau lo mau balas dendam, lo harusnya balas dendam ke gue. Bukan kak Hanin."

"Emang nggak bisa ya Galuh buka hati buat Nayya?" tanya Nayya.

"Nay--"

"Nggak bisa kan? Ya udah, jangan larang-larang gue!" potong Nayya.

Gadis itu hendak pergi. Namun, Galuh mencengkal tangannya. "Oke! Kita mulai."

Nayya terdiam. Gadis itu menatap Galuh tak paham. "Lo mau gue terima lo, kan? Oke, gue terima lo. Dengan syarat, lo mau bantu gue buat lupain kak Hanin. Bisa?" tanya Galuh.

Sudut bibir Nayya perlahan terangkat. Gadis itu langsung memeluk Galuh begitu erat. Galuh terpaku.

Cowok itu menatap Nayya yang jauh lebih pendek darinya. "Makasih, Galuh. Makasih banget!" ujar Nayya.

Gadis itu melepas pelukannya. Ia mengusap air matanya yang perlahan keluar. "Ayok ke dalem! Nayya mau minta maaf sama kak Hanin."

Galuh mengangguk kaku. Cowok itu memilih mengikuti Nayya yang menarik tangannya menuju ke dalam ruang rawat Malik.

"Kak Hanin!" Nayya langsung memeluk Hanin.

"Maafin Nayya. Nayya nggak suka bang Malik kok. Bang Malik buat Kakak aja," ujar Nayya.

Dena, Ivi, Malik, dan juga Hanin mengerutkan kening mereka bersamaan. Apa tadi? Setelah Hanin menampar Nayya tadi siang, gadis itu dengan mudahnya mengatakan Malik untuk Hanin saja?

Mantra apa yang sebenarnya Galuh berikan? Fikir Hanin.

"Gue nggak mau liat lo di ruangan gue."

Galuh menatap Malik. Cowok itu menganggukan kepalanya santai. "Oke, cepet sembuh bro!" Galuh tersenyum.

Cowok itu memilih menarik Nayya pergi. Dena melongo, gadis itu menghampiri Hanin, "Si Nayya sakit kali, ya? Tadi dia sinis banget sama lo. Udah ketemu Galuh kok--"

"Kok Galuh ganteng sih," potong Ivi.

"Gantengan juga Leo," sahut Leo.

Ivi mentap pria kecil itu yang sedaritadi diam memperhatikan. Hanin tertawa pelan. Gadis itu mengusap kepala Leo pelan. "Iya, ganteng. Asal jangan jadi fuckboy aja besarnya," ujar Hanin.

"Nggak papa, keren," sahut Malik.

"Heh!"

"Apasih? Bener kok," jawab Malik.

Hanin mendelik. Gadis itu melirik jam di tangannya. Sudah hampir jam 9. Itu artinya, ia harus segera pulang. "Lik, aku pulang nggak papa, ya?" pamit Hanin.

Malik mengangguk. "Aku titip Leo nggak papa ya? Kasian soalnya kalau dia di sini," kata Malik.

"Eh! Leo kan mau jaga Abang," ujar Leo tak terima.

"Leo ikut Kak Hanin, ya? Leo tidur sama Rios dulu sekarang," ujar Malik.

Leo menganggukan kepalanya pasrah. Pria kecil itu memilih beranjak dan menuntun tangan milik Hanin. "Ayo, Kak!"

"Lik, nanti aku suruh Rizki sama Fatur ke sini ya?"

Malik menganggukan kepalanya dan tersenyum tipis. Cowok itu memegang rahang milik Hanin dan mencium kening gadis itu lembut.

Hanin terdiam. "Makasih, ya," bisik Malik bersamaan dengan usapan lembut pada pipi gadis itu.

Dena dan Ivi memejamkan mata mereka bersamaan. "Nggak liat!" pekik keduanya bersamaan.

Malik tertawa melihatnya. Sedangkan Hanin, ia memilih pergi bersama Leo terburu-buru.

Setelah sepuluh menit Malik berdiam di ruangan sendirian, pintu terbuka kembali. Malik awalnya tersenyum, namun detik berikutnya wajahnya berubah menjadi datar.

"Malik."

"Ngapain ke sini?"

Reno menarik Malik ke dalam pelukannya. Pria itu mengusap kepala putranya dengan pelan. "Maafin Papa, Malik," lirihnya pelan.

"Maafin Papa, nggak akan bikin Mama balik lagi."

"Malik--"

"Pa, tolong."

Reno tersenyum tipis. Pria itu memilih mengusap kepala Malik beberapa kali. "Papa pulang. Cepet sembuh, jagoan."

Reno melepas pelukannya kemudian pergi meninggalkan Malik sendirian.

Pintu ruangan tertutup. Malik memejamkan matanya. Tangannya terulur menyentuh dadanya sendiri. "Malik sayang Papa," lirihnya pelan.

***

"Kak Hanin."

Hanin yang tengah menuntun Leo, langsung mengalihkan pandangannya. Dahinya mengerut kala mendapati Galuh yang tak terlihat seperti biasanya. "Gue mau bicara sebentar boleh?" tanya Galuh.

Hanin menatap Leo, "Di dalem aja, ya? Kasian Leo. Kayanya dia cape," ujar Hanin.

Galuh menganggukan kepalanya. Mereka memilih masuk bersamaan. Hanin mengantarkan Leo masuk ke ke kamar Rios terlebih dahulu.

Setelahnya, ia kembali turun untuk menemui Galuh yang masih berada di teras rumahnya. "Maaf lama. Kenapa?"

"Kakak tau kan selama ini gue suka sama Kakak?" tanya Galuh.

Hanin menganggukan kepalanya ragu, "T-Terus?"

"Gue mau berhenti. Kayanya ini emang langkah yang harusnya gue ambil dari jauh-jauh hari."

"Gue mau berterimakasih banget sama Kakak. Makasih lo udah kasih gue kesempatan buat deket sama lo."

"Makasih juga udah percaya sama gue. Cerita, dan semuanya. Jangan nangis terus, gue nggak suka liat lo nangis." Galuh tersenyum.

Hanin terdiam sesaat. Gadis itu menghela nafasnya, "Gal, maafin gue ya? Gue ja--"

"Kak, udahlah. Gue nggak papa. Gue ungapin ini karna gue pengen perasaan gue plong. Gue nggak mau nyesel di kemudian hari karna nggak pernah ungkapin perasaan gue yang sekarang ke lo."

"Gue mau berusaha buat terima Nayya," ujar Galuh.

Hanin tersenyum tipis, "Makasih ya, Gal. Makasih karna lo selalu ada buat hibur gue. Aneh, kenapa juga gue gak bisa jatuh hati sama lo?" tanya Hanin.

Galuh tersenyum tipis. Tangannya terulur mengacak puncak kepala milik Hanin. "Gue nggak tau perasaan gue ini bakalan hilang atau nggak. Yang harus lo tau, gue sayang sama lo."

"Makasih udah mau sayang sama gue."

Galuh mengangguk. Cowok itu beranjak dari duduknya. "Tugas gue buat hibur lo kayanya udah selesai. Gue pamit, makasih ya?"

Galuh hendak pergi. Namun, Hanin menarik tangan cowok itu kemudian memeluknya.

Galuh memejamkan matanya menahan sesak yang tiba-tiba saja memanas di dadanya. Tangannya terulur mengusap surai panjang gadis di dekapannya ini.

Bukankah cinta itu merelakan? Galuh tak masalah jika harus kehilangan Hanin, yang terpenting gadis itu bahagia dengan pilihannya.

Hanin mencintai Malik. Jika Galuh tak mengikat Nayya, ia yakin gadis itu akan terus menerus menyakiti Hanin. Galuh tak akan pernah bisa melihat Hanin menangis hanya karna ini.

TBC

Kasian galuh:(

Mau bilang apa sama

Hanin

Malik

Galuh

Nayya

See u guys!

Novel Dari Hanin Untuk Malik masih open PO ya! Ayok di order ea ea ea:v

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro