31

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jemarinya mengetuk-ngetuk meja di salah satu restoran yang ada di lantai satu SCBD, sorot mata gelapnya tak berhenti menatap lurus ke arah lelaki yang ditemui di kelab malam beberapa waktu lalu. Jika di dunia ini tidak ada istilah hukum karma, mungkin sedari tadi dia menghajar lelaki di depannya ini sampai babak belur. Perlu diketahui, ada satu sisi liar dalam diri Sherly yang tidak banyak diketahui orang-orang adalah dia pernah belajar bela diri sewaktu SMP hingga SMA. Meski sudah belasan tahun lamanya, tak membuat pergerakan untuk melumpuhkan lawan hilang begitu saja. 

Di sisi kanan Sherly, Sandra yang tadinya sudah hampir tiba di kantor terpaksa turun lagi untuk menemui temannya yang berhasil melumpuhkan Nico. Untuk beberapa saat gadis itu masih mematung tak menyangka kalau Sherly cukup hebat menangkap orang yang membuntutinya diam-diam. Sherly si badass kesayangan Eric itu bak wonder woman rasa lokal yang tak mengenal rasa takut. Jika Sandra lelaki pasti dia sudah menaruh hati pada Sherly.

"Sejak kapan lo buntutin gue?" sembur Sherly emosi. Lihat saja wajahnya sudah memerah mirip karakter Hellboy. Segelas es teh manis mungkin tidak akan cukup mendinginkan panas yang menguasai hati gadis itu.  

"Siapa yang nyuruh lo?" sahut Sandra terdengar kecewa karena sempat naksir Nico di kelab malam. Padahal dia sudah membayangkan bisa melepas status jomlonya dengan lelaki imitasi Nicholas Saputra ini. Apalagi mereka sempat bertukar nomor telepon. Sandra seperti didorong ke dalam jurang terdalam dan tidak ada orang yang bisa menolongnya saat ini.

"Gue ..." Nico tergagap enggan membalas tatapan penuh selidik dua perempuan di depannya. 

"Cemen  lo!" ejek Sherly. "Gaya lo sok-sokan mata-matai gue, diginiin aja lo udah mau nangis!"

"Gue disuruh nyokap lo!" jawab Nico akhirnya mau melihat wajah Sherly. "Gue disuruh dia buat mengawasi lo sama Eric."

"Gue?" tunjuk Sherly pada dirinya sendiri terkejut mendapati kenyataan kalau Sarah menyewa jasa seorang mata-mata yang lebih cocok jadi sugar baby tante girang. 

Entah dari mana uang yang diperoleh Sarah sampai rela membayar Nico untuk mengintai sementara pekerjaan ibunya hanya seorang resepsionis hotel bintang lima. Abangnya pernah melarang Sarah bekerja kembali karena faktor usia tapi ditolak karena wanita paruh baya itu merasa memiliki kesalahan besar telah memanfaatkan orang lain untuk menghidupi kehidupan mereka. Mau tak mau Barra membiarkan Sarah bekerja kembali sementara Sherly memilih tidak mau tahu dengan segala urusan yang berkaitan dengan ibunya. 

Apa mungkin dia minta uang sama Abang? Kan Abang masih kirim duit ke Mama, pikir Sherly.

"Sinting lo! Ada urusan apa nyokap gue sewa jasa cowok lempeng kayak lo?" lanjut Sherly menggebu-gebu. Dia tidak memedulikan apakah Nico akan tersinggung dengan kalimatnya mengingat bentuk tubuh Nico tidak bisa dikatakan bentuk tubuh kurus ceking.

"Sejak kasus yang menimpa Gatot Prasaja," jawab Nico. "Nyokap lo khawatir kalau ada apa-apa sama lo, Sher. Dia tahu lo ikut nanganin kasus besar itu."

"Apa hubungannya sama Eric?" timpal Sandra tak mengerti. 

Nico menggeleng pelan. "Bisa jadi kan kalau Eric yang menusuk Sherly dari belakang?"

Sandra berpaling ke arah Sherly lalu berbisik sepelan mungkin dan menahan tawa. "Maksudnya doggy style? Kalian suka pakai cara itu?"

Sherly melotot hampir menggelindingkan bola matanya mendengar ucapan tak senonoh Sandra yang tidak ada hubungannya dengan ucapan Nico. Selain itu, dia juga tidak percaya dengan kalimat Nico yang berkata kalau Eric akan mengkhianatinya tentang kasus Gatot. Sang mantan pacar juga tidak tahu kalau dirinya ikut menangani kasus untuk melindungi si pelapor bersama LPSK. Ditambah Eric memiliki rekam jejak buruk dengan Gatot sampai lelaki itu minggat dari rumah dan memilih tinggal di apartemen, jadi tidak mungkin Eric tega melakukannya. 

Kemudian, Sherly menilik kembali serangan di lift yang membuat lehernya terkena goresan pisau. Kalau dari postur tubuh dan pandangan mata, Sherly menyangkal kalau itu Nico. Tubuh Nico lebih tinggi dan berisi sementara yang menyerangnya beberapa waktu lalu lebih pendek dan tubuhnya kurus. Lantas, apakah ada orang lain lagi yang berusaha mencabut nyawanya saat ini?

"Apa ada orang lain yang kayak gini Sher?" bisik Sandra lagi.

"Mulai sekarang, lo berhenti atau gue patahi tulang rusuk lo termasuk itu," tunjuk Sherly mengarah ke bawah pusat tubuh Nico, mengabaikan pertanyaan Sandra. 

Nico mengangguk ketakutan lalu beranjak pergi setelah Sherly mengusirnya dari restoran itu. Sherly mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru tempat makan bernuansa western ini hingga Sandra mengikuti arah pandang temannya seolah turut mencari-cari siapa yang berani-beraninya menyenggol kehidupan Sherly. Lalu gadis itu mendengus tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan kecuali pengunjung yang tampak sibuk menikmati hidangan mereka. 

Sherly pun mengeluarkan ponsel untuk menelepon ibunya agar Sarah berhenti mengurusi kehidupan gadis itu. Tak berapa lama suara Sarah terdengar, Sherly berkata, 

"Sampai kapan Mama berhenti ikut campur?"

"Ini demi kebaikan kamu, Sher. Apa kamu enggak ngerti?" tandas Sarah tidak terima setelah tadi sempat menerima telepon dari Nico. "Mama tahu kamu nangani kasus itu kan? Kamu pikir lawan kamu itu sepadan?"

"Justru itu Sherly mau buktiin kalau Sherly bisa menjebloskan Om Gatot ke penjara, sekalian mampus!" ketus Sherly. "Mama enggak tahu privasi? Apa perlu Sherly ngajarin dulu? Lagi pula sejak kapan Mama peduli sama Sherly? Bukannya Mama cuma mementingkan diri sendiri ya?"

"Jaga bicara kamu Sherly!" sungut Sarah terpancing amarah. "Mama enggak pernah ya ngajarin kamu ngomong kurang ajar sama orang tua."

"Tapi Mama yang ngajarin Sherly enggak bisa menghormati Mama," balas Sherly lalu mematikan sambungan telepon kemudian memandang Sandra. "Kenapa lo!"

"Eng ... enggak, aman, aman." Sandra menggeleng cepat melihat temannya sedang dalam mode singa. Sebenarnya kepala Sandra dipenuhi banyak pertanyaan mengapa Sherly memanggil terdakwa kasus korupsi itu dengan sebutan 'Om' seolah mereka pernah dekat. "Tapi, Sher ... gue ..."

"Bokapnya Eric pernah deket sama nyokap gue," sela Sherly seolah tahu apa yang dipikirkan Sandra. "Kawin siri."

"Hah!" pekik Sandra terkejut setengah mampus. "Jadi, ini yang bikin lo segitu bencinya sama Eric?"

Sherly mengangguk. 

"Tapi lo masih cinta, gue bisa lihat itu dari mata kalian berdua," kata Sandra mengerlingkan sebelah matanya. 

###

Gatot berdiri membelakangi lawan bicaranya sambil tersenyum tipis lalu berbalik mendaratkan pantat di atas kursi dan menyandarkan punggung. Usai mendapat penjelasan dari lelaki dengan bekas luka di alis kanan, Gatot senang kalau Eveline masih menaruh perhatian untuk mencari siapa yang menjebloskannya ke jeruji besi. Apalagi melihat beberapa lembar foto di mana anak lelakinya dan anak Sarah ternyata masih menjalin hubungan asmara setelah lima tahun berlalu. Entah apa yang bisa membuat Eveline tidak menceraikan dirinya walau tahu Gatot telah mendua dengan Sarah. Kekayaan? Martabat? Ataukah harga diri?

Tangan kanan lelaki itu terulur meraih salah satu foto di mana Eric terlihat menahan tangan Sherly menyiratkan agar gadis keras kepala itu tidak pergi. Dari keterangan si mata-mata yang dibayar Eveline, Sherly salah satu pengacara yang ikut menangani kasus Gatot dan melindungi pelapor yang masih belum diketahui identitasnya. 

"Dasar tak tahu diuntung," desis Gatot jika teringat dengan usahanya menyekolahkan Sherly dan Barra. "Ah ... rasanya beruntung juga punya Eveline."

"Jadi, kapan Pak?" tanya lelaki di depannya.

"Lebih cepat lebih baik, jangan sampai Eric tahu. Kamu bisa kan menghilangkannya tanpa jejak?" pinta Gatot dengan mata berkilat.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro