[14] nu'est w - help me

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng



𖠁𐂃𖠁


wangi aroma dupa mengindera setiap sudut kediaman keluarga bang.

melangkahkan kakinya keluar kamar, chan melihat kedua orang tuanya berpakaian lebih rapih dari biasanya. dadanya terasa sesak, seakan-akan ia dipaksa untuk kembali pada titik yang sama.

untuk melingkarkan kalender pun, rasanya ia sudah muak. sungguh, laki-laki itu benar-benar membenci hari ini.

"chan-ah," panggil sang ayah dari ruang tamu.

di pojok ruangan, sebuah meja kayu berisikan buah-buahan, lilin dan persembahan lainnya telah tersusun dengan rapih. seluruh makanan yang tersedia, tentu saja menjadi favoritnya.

"sebelum berangkat sekolah, pastikan untuk memberikan penghormatanmu," lanjut ibunya setelah menemukan chan bersanding di antara mereka. "hari ini adalah perayaan kematiannya. mina pasti akan berbahagia di surga bila kau melakukannya."

"b-baik, bu."

berharap bahwa air matanya tidak akan jatuh, chan menaruh tas ranselnya di atas sofa dan mengambil beberapa dupa,

menyulutnya dalam diam sembari melepas rindu dengan sang kakak.











pagi itu, sesuatu tampak berbeda.

"anak-anak," tanya wali kelas tahun pertama yang baru masuk ke dalam ruangan. "setelah makan siang, seluruh siswa munhwa diwajibkan untuk berkumpul di auditorium. kepala sekolah akan membahas teror laman sekolah yang terjadi belakangan ini."

kelas yang beranggotakan lima siswa tersebut tampak hening dan kaku. bahkan, satu-satunya suara yang terdengar hanyalah goresan bulpen yang bertegur sapa dengan kertasnya.

"jeon somi, lai kuanlin—" ia berhenti beberapa saat, memicingkan matanya. "jangan pikir kami tidak akan memproses kasus kalian."

kedua insan itu saling menatap satu sama lain dengan pandangan yang sulit diartikan.

"b-baik, ssaem."

mengangguk puas, sang guru kini membolak-balikkan beberapa kertas berisikan data siswa sebelum melanjutkan pembicaraan. "sekarang, untuk absensi . . ."

satu persatu nama yang tertera ia ucapkan dengan lantang. jo yuri, lai kuanlin, jeon somi, kyla massie dan—

"dimana yang jeongin?"

"kami t-tidak tahu," sebagai ketua kelas, jo yuri menggelengkan kepalanya.

lelaki paruh baya itu berdehem pelan. "kalau begitu, nona jo, dapatkah kau bertanya pada hwang hyunjin selaku anggota keluarganya?"











"ssaem," balas yuri yang baru saja kembali dari ruang kelas tahun kedua. napasnya tersengal-sengal, kecemasannya mendominasi. "maaf, tetapi berdasarkan penuturan hyunjin-sunbae, yang jeongin belum kembali ke rumah sejak semalam."











12 tahun lalu

kepolisian, sebuah instansi pemerintahan yang seharusnya memberikan keamanan di seluruh penjuru negeri.

kepolisian, sebuah instansi pemerintahan yang seharusnya menyuguhkan pelayanan terbaik pada setiap warga negaranya.

kepolisian, sebuah instansi pemerintahan yang telah berperan penting dalam menghancurkan keluarga yang tidak bersalah.

"berdasarkan data-data yang kami dapatkan, terdakwa michael bang atau bang myungho terbukti secara sah melakukan tindak pidana berupa menyetir dalam pengaruh alkohol dan membunuh seorang pejalan kaki, yang dapat terjerat oleh pasal berlapis.

"alat bukti terlampir berupa rekaman cctv saat kejadian, berikut dengan kecocokan sidik jari pada roda kemudi dan hasil analisis dari black box yang tersimpan di dalam kendaraan.

"dengan ini, kami menyatakan bahwa michael bang atau bang myungho resmi ditetapkan sebagai tersangka, dengan pidana kurungan seumur hidup dan denda sebesar lima ratus juta dolar australia."

hancur.

bersama tiap ketukan palu, mereka hancur.

terlebih untuk seorang remaja berparas anggun bernama bang mina— yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan menjatuhkan diri dari lantai tertinggi gedung pengadilan, tepat di hadapan sang adik yang tak berdaya.











namun hingga saat ini, kisah pilu keluarga bang masih berlanjut.

sekalipun bang myungho akhirnya dibebaskan terkait bukti yang semakin melemah, tidak ada seorangpun yang dapat mengembalikan nyawa sang anak yang telah berpulang.

tidak ada kabar dari seo changkyun, tidak ada kabar dari siapapun. sekelebat, terkadang myungho mempercayai bahwa dirinya benar-benar merupakan seorang pembunuh.

"katakan pada ayah dan ibu bahwa aku sangat menyayangi mereka," menjadi ucapan terakhir mina pada chan. "semua ini terjadi karena aku memaksa ayah untuk memberikanku kehidupan yang lebih layak, dan ia terpaksa mengonsumsi minuman keras itu untuk melepas penat. maaf karena kau terpaksa menyaksikanku pergi."











selain pelajaran komputer, olah raga menjadi salah satu momen dimana seluruh anggota high society bergabung untuk belajar bersama.

"materi hari ini adalah three on three," sahut pelatih park yang baru saja kembali setelah mengambil bola. "untuk tim pria, kim woojin, han jisung dan lee minho akan melawan felix lee, seo changbin dan hwang hyunjin, dengan lai kuanlin sebagai wasitnya. lalu, untuk tim perempuan— tunggu, apa yang terjadi dengan bang chan dan yang jeongin?"

"maaf, pelatih park, hari ini bang chan telah mengirimkan surat izin untuk tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar terkait kepentingan keluarga," jelas minho santai.

"baiklah. bagaimana dengan yang jeongin?"

tanpa disadari, seluruh mata kini tertuju pada hwang hyunjin yang terlihat canggung di akhir barisan.

"uh," entah mengapa, otot-otot lidahnya terasa kelu. "y-yang jeongin . . ."












dug!

bagai petir di siang bolong, sebuah dentuman kencang merasuki gendang telinga.

sebelum tiga belas siswa itu dapat menemukan sumber suara, sebuah teriakan melengking dari seorang guru yang sedang melintas menyeruak dari pinggir lapangan.

"tolong!" sahut perempuan itu panik. "seorang siswa terjatuh dari atas atap!"











an eye for an eye, a life for a life.

pada akhirnya, hal tersebut menjadi awal dan akhir dari segalanya.


𖠁𐂃𖠁


JEONGIN SAYANG MAAFIN
AKU 🙂🙂🙂🙂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro