[8] monsta x - destroyer

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng



𖠁𐂃𖠁


seorang pepatah mengatakan bahwa terdapat dua jenis rahasia yang tersimpan dalam ruang semesta:

yang pertama, rahasia yang kita sembunyikan dari orang lain.

dan yang kedua, rahasia yang kita sembunyikan dari diri kita sendiri.

namun pada akhirnya, sepandai-pandainya menyimpan bangkai, lama kelamaan pasti akan tercium juga.












drrrt, drrrt!

setelah mematikan alarm di ponselnya, felix melenguh pelan dan mengerjapkan matanya.

terjaga semalaman membuat tubuhnya terasa sangat lelah. bahkan, ia masih belum mengganti pakaiannya sejak pulang dari sekolah. satu-satunya pertanyaan yang sampai saat ini masih menghantui pikirannya adalah,

siapa pelaku teror yang sebenarnya?

"aish! lihat saja nanti," mendengus kesal, felix memilih untuk beranjak dari tempat tidur dan membersihkan tubuh.











"berdasarkan mekanika kuantum, persamaan schrodinger merupakan sistem fisika . . ."

memutar bola matanya malas, felix memilih untuk berhenti mendengarkan penjelasan guru park dan menyalakan ponsel yang diam-diam telah ia sembunyikan dibawah meja. setelah membuka kunci layarnya, laki-laki itu bergegas mencari laman group chat yang telah ia buat bersama chan, minho dan jisung beberapa hari yang lalu.

high society (4)

you:
apakah kalian sedang sibuk?

chan:
kelas guru min
statistika lanjutan
ada apa?

you:
aku ingin memberitahu kalian sesuatu

jisung:
sepenting itukah?

membalikkan tubuhnya, jisung menaikkan alisnya bingung, menatap nanar felix yang hanya tersenyum pasrah.

minho:
hmm
aku sudah selesai mencatat
katakan saja

you:
semalam . . .
aku bertemu pelaku teror itu











"felix lee, kau sudah gila?!" teriak jisung kaget, yang hampir jatuh dari bangku kayu.

"hei! kecilkan suaramu," decak felix kesal.

saat ini, empat sekawan tersebut sedang asyik menikmati sekaleng soda sambil bersantai di taman sekolah. setelah jam pelajaran pertama selesai, mereka memutuskan untuk bertemu dan melanjutkan pembicaraan yang sempat tertunda.

"sudah, sudah," lerai chan santai. "sekarang, ceritakan padaku. bagaimana bisa?"

setelah menghabiskan minumnya dalam satu tegukan, felix membuang kaleng tersebut dan memicingkan pandangannya.

"sepulang sekolah, aku memutuskan untuk melacak ip address yang digunakan saat mengunggah artikel-artikel itu," ia berhenti, berusaha untuk mencari perbendaharaan kata yang tepat. "dan kalian tahu apa rahasia yang kutemukan? selama ini, ia mengunggahnya dari laboratorium komputer munhwa."

"bukankah laboratorium komputer tidak dapat diakses oleh sembarang orang?" tanya minho bingung.

"hmm," lanjut jisung. "setahuku, satu-satunya yang memiliki kartu akses tak terbatas untuk seluruh fasilitas sekolah selain para guru adalah anggota high society."

"itu artinya, pelaku teror ini merupakan salah satu di antara kita?"

"wah, aku benar-benar tak habis pikir . . ." ia mengepalkan kedua tangannya. "memang, apa yang selama ini keparat itu inginkan?"

mengabaikan komentar jisung, chan menatap felix serius dan menghela napas pasrah. "lalu, bagaimana cara kalian bertemu?"

"untuk memuaskan rasa penasaranku, semalam aku memutuskan untuk datang ke laboratorium sekolah. bila ia tidak mengunggah artikel itu saat jam makan siang, ia pasti akan kembali di malam hari, bukan?"

"kau benar-benar gila."

"sesungguhnya, aku mengkhawatirkanmu. bila sesuatu terjadi padamu, aku tidak akan pernah sanggup memaafkan diriku sendiri," jisung menduduk, seakan-akan rumput yang ia pijak lebih menarik untuk diamati.

"jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," felix merangkul teman barunya, berusaha untuk mencairkan ketegangan. "karena sedikit kendala, aku memilih untuk bersembunyi dan tidak menangkapnya."

"tidak apa-apa, mungkin lain kali," senyum minho tulus, sesekali mengacak rambut jisung yang masih terlihat murung.

"setidaknya, aku berada satu langkah lebih dekat dengan jawaban yang kucari."













"tapi, hyung, dapatkah aku bertanya sesuatu?"

"tentu saja."

"kim woojin dan kim seungmin . . . siapa yang lebih unggul di antara mereka?"

"sebenarnya, mereka tidak jauh berbeda. hanya saja kim woojin sangat dibanggakan oleh sang ayah, sedangkan kim seungmin selalu berusaha menjadi yang terbaik atas dasar iri dan dengki. mengapa kau mempertanyakan itu?"

"sebelum meninggalkan laboratorium, kurasa pelaku teror itu lupa mematikan komputernya karena ada satpam patroli yang tidak sengaja melihatnya. dan saat kulihat, ternyata ia telah menukar hasil nilai ujian kim woojin dan kim seungmin semester lalu."

tiga pasang mata itu membelalak kaget.

"itu artinya, kim woojin seharusnya berada di peringkat pertama."











kim woojin seharusnya berada di peringkat pertama, sejak meninggalkan laboratorium komputer, hingga kini pertanyaan itu masih setia mendominasi benak felix.

kasus ini benar-benar menyita perhatiannya. membuatnya menginginkan lebih, tenggelam dalam dunia baru yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

apa yang sesungguhnya membuat pelajar korea selatan yang begitu terobsesi dengan perguruan tinggi terbaik negeri?

apa yang sesungguhnya mendasari motif pelaku terror laman sekolah itu?

apa yang sesungguhnya ia cari?

hingga saat jisung menepuk pundaknya pelan, pun, felix masih sibuk menerka berbagai macam kemungkinan yang dapat terjadi.

"felix lee," sahutnya lagi. "lima menit yang lalu, bel pulang sudah berdering. apa kau akan tetap duduk disini?"

"e-eh?"

membulatkan kedua matanya, felix segera beranjak dari tempat duduknya dan menghela napas kasar, seakan-akan terdapat sesuatu yang masih mengganjal dalam dirinya.

"jangan bilang, kau masih memikirkan pelaku teror itu," jisung menggelengkan kepalanya pasrah. "kusarankan, jangan biarkan hal ini menyita waktumu. sebentar lagi ujian tengah semester, tidakkah kau ingin mempersiapkan diri?"

"aku tahu," ia menunduk malu. "hanya saja rasa penasaranku masih belum terpuaskan. mungkin karena aku tidak sempat melihat wajahnya."

"hmm, bisa jadi."

sembari berjalan menuju pintu gerbang sekolah, jisung tak henti-hentinya bercerita tentang masa lalunya bersama chan dan minho sebelum felix bergabung dengan mereka.

chan yang pendiam, tertutup, namun baik hati dan selalu bersedia membantu, berikut dengan minho yang lebih dinamis, humoris dan selalu berbakti pada sang ibu yang telah divonis sakit keras.

selain itu, mereka juga menjadi satu-satunya siswa yang mengetahui latar belakang keluarga jisung, dimana kedua orangtuanya berprofesi sebagai supir pribadi dan pelayan di kediaman keluarga seo, dan sampai detik ini, seo changbin tidak pernah mengetahuinya.

"felix, apakah kau sedang sibuk?" tanya jisung setelah memencet tombol untuk menyebrang pada lampu lalu lintas.

"tidak terlalu."

"kalau begitu, ayo bermain online game di pc room!" sahutnya penuh semangat. "chan dan minho terlalu sibuk untuk kuajak bersenang-senang. lagipula, besok adalah hari libur. tidak ada salahnya, kan?"

felix menggigit bibirnya pelan.

sebetulnya, ia sangat penasaran. laki-laki itu belum pernah sekalipun mengunjungi pc room sejak kepindahannya ke korea.

"mengapa tidak?" felix tersenyum. "aku akan mengabari ibuku terlebih dahulu."

ting!

lampu lalu lintas yang berwarna merah, kini berubah menjadi hijau.

mengambil ponselnya dari dalam saku, sembari berjalan menyebrangi jalanan seoul, felix mulai mengetikkan beberapa pesan yang mengatakan bahwa ia akan pulang lebih larut dari biasanya.

semuanya berjalan sesuai rencana, hingga—

"felix, awas!"











melepaskan pandangannya dari ponsel, sebuah motor ninja dengan kecepatan tinggi kini tengah melaju kearah mereka. seluruh pejalan kaki yang tengah menyebrang, kini berhamburan kesana kemari mencari pertolongan.

namun, sebelum dapat melakukan apapun,

seseorang terlebih dulu mendorong tubuhnya kencang, membiarkan dirinya tertabrak dan terpental jauh hingga ke ujung jalan. seseorang itu adalah . . .

"—han jisung!"


𖠁𐂃𖠁


hayolo... maaf ya sung aku siksa kamu
dulu sebentar hehehehe

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro