Bab 16 - Pacar Gue?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ruangan serba putih itu terasa begitu sunyi karena penghuninya sedang tertidur pulas. Deon masih belum bangun begitupula dengan Asya, perempuan itu kelelahan sehingga akhirnya ketiduran sambil duduk di samping kasur Deon.

Kepalanya dia letakkan di kasur pria tersebut dan kemudian tangannya dia jadikan bantal untuk kepala tersebut sebenarnya dia berniat untuk menunggu Deon bangun. Namun, tanpa sadar dia ikut tertidur.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul satu siang, Deon akhirnya bangun dengan perasaan yang lebih baik dari sebelumnya. Matanya kemudian menangkap hal yang aneh saat melihat sekitarnya.

Ruangan yang tidak dia kenali itu membuat Deon bertanya di dalam hati. Gue dimana?.

Pria tersebut berusaha untuk bangun. Namun, tangannya tak sengaja menyenggol tubuh Asya sehingga perempuan itu ikut bangun dari tidurnya.

Kepala Asya terangkat dan matanya perlahan terbuka. "Loh, udah bangun?" tanya perempuan itu dengan wajah yang masih ngantuk.

Deon mengangguk pelan dan kembali berusaha untuk bangun. Asya yang melihat hal itu langsung membantu Deon.

"Kalau lo masih ngerasa sakit, tiduran aja," nasehat Asya pada Deon.

Setelahnya perempuan itu kembali duduk di kursi yang ada dekat dengan kasur Deon.

"Gue kenapa?" tanya Deon tiba-tiba.

"Lo pingsan tadi pagi di kamar lo pas gue datang ke sana."

Deon terdiam sesaat mencerna ucapan Asya. "Lo ke rumah gue?"

"Iya, gue takut lo kenapa-kenapa," jelas Asya dengan wajah sedih.

"Makasih ya."

Belum sempat keduanya berbincang lebih lama, tiba-tiba saja  kamar rawat Deon terbuka.

Suaranya cukup kencang sehingga membuat Deon juga Asya menoleh ke arah pintu tersebut dan di sana terlihat ada kedua orang tua Deon yang sedang masuk ke dalam kamar rawat pria itu.

Dengan cepat Asya berdiri dari duduknya dan bergeser agak jauh dari kasur Deon. Di sisi lain, Deon sedikit bingung dengan sikap Asya dan pria itu menarik lengan Asya untuk kembali mendekat ke kasurnya.

Asya menatap bingung tangan Deon. Namun, suara Ayah pria itu membuatnya kembali fokus.

"Kamu lagi," ucap Ayah Deon tiba-tiba.

Ucapan pria paruh bayah dengan wajah oriental itu membuat semua orang yang berada di dalam kamar rawat anak bungsunya menjadi bingung.

Ayah Deon melangkah mendekat ke arah kasur dan diikuti oleh sang istri dari belakang. "Kamu ngejar apa dari anak saya?" tanya Ayah Deon sembari menatap ke arah Asya.

Keduanya saling menatap walau mereka berdiri bersebrangan. "Maksud, Om?"

Ayah Deon yang bernama Ryan itu terlihat menghela nafasnya dan tentu hal tersebut membuat Asya kembali bingung. Sambil menunggu jawaban dari Ryan, Asya terkejut karena cengkraman tangan Deon semakin mengerat.

"Jangan pura-pura tidak tau, kamu pasti deketin anak saya karena sesuatu kan?"

Wajah Ryan terlihat begitu menyebalkan di mata Asya. Perempuan itu kemudian menatap tajam ke arah ayah Deon tersebut.

"Saya deketin anak Om itu karena saya suka sama dia. Saya nggak butuh apa-apa tuh," jelas Asya sembari menahan emosinya.

Ucapan Asya tersebut membuat Deon terkejut. Pria itu kemudian menatap ke arah Asya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Ryan tertawa keras. Namun, tawa tersebut terdengar begitu mengejek. Asya paham betul apa yang dilakukan oleh ayah Deon itu karena suara tawa tersebut tidak terdengar mirip dengan tawa ibu tirinya dulu.

"Hahaha, kamu pikir saya bodoh, percaya sama ucapan kamu!" tegas Ryan sembari mencondongkan tubuhnya ke arah Asya.

"Saya nggak minta Om buat percaya sama saya," potong Asya dengan berani. "Saya tulus sama anak, Om. Dan kalau menurut Om, saya bohong, itu urusan Om."

"Kamu ... ."

"Kenapa, Om. Kok emosi?" potong Asya dengan wajah yang tak kalah menyebalkan.

Ryan menunjuk Asya dengan penuh amarah, "Sekarang, kamu keluar dari sini. Saya nggak mau liat muka kamu lagi."

Mendengar dirinya diusir, Asya tersenyum di satu sisi. "Saya enggak bakal keluar dari ruangan ini, karena saya mau jaga Deon dari orang tua seperti anda."

Dahi Ryan mengerut, "Maksud kamu apa!"

"Nggak bakal ada anak yang tahan dengan orang tua seperti anda. Membeda-bedakan anak dengan alasan yang tidak jelas!"

"Kamu ... ." Ryan ingin memaki Asya. Namun, ditahan oleh istrinya.

"Sudah, Yah," ucap Deon untuk pertama kalinya. Sebelumnya pria itu hanya diam mendengar semua pertengkaran yang terjadi.

"Mending Ayah sama Ibu pulang, kalau cuman mau ribut di sini," ucap Deon lagi dengan nada lirih.

"Om denger kan, harusnya kalian yang keluar, bukan saya."

Asya benar-benar merasa menang saat ini. Dia tidak menyangka Deon akan bersikap tegas seperti sekarang karena sebelumnya pria itu hanya terdiam tanpa berani mengucapkan apapun.

"Ya sudah, kami keluar dulu ya, kamu cepet sembuh, Nak," ucap Ibu Deon yang bernama Eca.

Eca kemudian melempar senyumnya kepada Asya sebelum akhirnya menyeret sang suami untuk keluar dari ruang rawat Deon.

Asya menoleh ke arah Deon dan menggenggam erat tangan pria itu. "Sorry ya. Gue bersikap jahat ke orang tua lo."

Deon tersenyum kecil sembari ikut mengetatkan genggaman tangannya."Nggak papa kok, gue malah seneng, karena lo, gue bisa bersikap tegas."

"Bagus deh, kalau lo butuh kekuatan, lo bisa genggam tangan gue. Gue siap kok jadi kekuatan terbesar buat lo."

Deon tersenyum senang saat mendengar ucapan Asya. Selama dia tinggal bersama Asya, pria itu sering kali bercerita tentang sikap kedua orang tuanya padanya. Sepertinya Asya iba dan akhirnya melakukan hal itu.

Ketika asik berbincang, tak lama kemudian pembantu Deon datang. Wanita paruh bayah itu datang dengan Pak Wahyu. Mereka berdua masuk dengan membawa banyak barang.

"Eh, Mas, sudah bangun," ucap Ibu Ariana dengan pelan. Wanita paruh bayah itu kemudian menatap ke arah Asya. "Loh, pacarnya, Mas Deon juga sudah bangun."

Asya tersenyum gugup saat mendengar kata pacar dari mulut Ariana. Di sisi lain, Deon terlihat terkejut saat mendengar ucapan pembantunya itu.

Karena merasa malu, Asya kemudian bangun dari duduknya dan memilih untuk membantu Ariana membawa masuk barang-barang yang wanita itu bawa.

Diletakkannya semua barang yang dibawa oleh Ariana ke atas sofa. Ada beberapa tas yang mungkin berisi pakaian dan juga ada beberapa kresek yang sepertinya berisi makanan.

Ariana mendekat ke arah kasur Deon, "Gimana keadaan kamu?" tanya wanita paruh bayah itu kepada Deon.

Deon tersenyum kecil, "Udah enakan kok, Bu."

"Syukurlah, ayuk kita makan dulu," ajak Ariana yang langsung membuat Asya semangat.

Sejak pagi, Asya belum makan apa-apa sehingga dia sangat kelaparan.

Ariana ternyata membawa ayam goreng juga nasi putih untuk kami makan bersama.

"Silakan, Mbak."

"Iya, Bu, makasih."

Asya segera mengambil makanan tersebut dan ingin menyantapnya. Namun, Deon memanggil perempuan itu untuk duduk di sisinya.

"Sya, sini deh," ajak Deon yang langsung membuat Asya berjalan ke arahnya.

Perempuan itu kemudian duduk di kursi yang dia gunakan sebelumnya. Namun, ketika Asya sudah duduk, Deon langsung melempar senyuman yang cukup menggoda ke arah Asya. "Pacar gue?" goda Deon yang langsung membuat wajah Asya bersemu.

Perempuan itu tidak menjawab apa-apa dan kemudian dia fokus pada makanannya.

***

Kasian banget Asya di godain sama Deon hihi.

Semoga suka sama part ini.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro