Bab 2 - Bukan Siapa-siapa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Tidak seperti biasanya. Deon menghabiskan waktu istirahatnya di kantin, biasanya pria itu hanya akan membeli makanan dan segera kembali ke kelas.

Tentu, kali ini ada hal yang berbeda karena tatapan mata Deon tidak bisa lepas pada seorang perempuan yang kini tengah duduk di meja yang tak jauh dari tempat pria itu makan.

Perempuan itu adalah perempuan yang sama, yang membantu Deon sebelumnya. Deon sedikit khawatir dengan wajah perempuan itu yang terlihat sangat merah karena terbakar sinar matahari.

Perempuan itu juga beberapa kali mengibaskan sebuah buku ke arah wajahnya. Jujur, Deon penasaran dengan perempuan itu, Siapa dia dan siswi kelas berapa dia.

Sudah banyak pertanyaan terlintas di benak Deon saat ini. Namun, dia tidak bisa berbuat banyak karena dia cukup malu untuk sekedar mengajak kenalan perempuan itu.

Deon hanya berani memperhatikan perempuan itu dari kejauhan walau dia masih senantiasa menghabiskan makanannya. Mulutnya mengunyah dan matanya menatap ke arah perempuan yang membuatnya tertarik itu.

Karena terlalu asik memperhatikan yang lain. Deon sampai tidak menyadari bahwa di hadapannya kini sudah ada Rexa. Teman sekelas Deon itu penasaran karena Deon terlihat tengah fokus pada suatu objek yang entah apa.

"Heh, lo liat apaan sih?" tanya Rexa sembari ikut melihat ke arah yang Deon lihat. Namun, pria itu tidak mengetahui pasti siapa yang tengah dilihat teman sebangkunya itu.

Deon tersadar dari lamunannya dan segera menyangkal apa yang Rexa bicarakan. "Nggak, gue nggak liat apa-apa."

Dengan cepat Deon berusaha untuk menghabiskan makannya yang masih banyak itu. Biasanya dia tidak akan makan sebanyak ini. Namun, dia merasa sedih jika harus menyisakan makanan di piring.

Setelah cukup lama, Deon akhirnya selesai makan. Pria itu kemudian juga menyeruput minuman yang dia pesan. Tanpa basa basi dia beranjak dari kursinya.

"Heh, lo mau kemana?" tanya Rexa dengan berteriak saat dia ditinggal oleh Deon begitu saja.

Deon ternyata pergi ke toilet dan Rexa juga ikut masuk ke sana.

"Lo beneran nggak liat siapa-siapa?" tanya Rexa lagi sembari berdiri di samping Deon yang tengah buang air kecil.

Deon berdeham kecil sebagai jawaban. Dia malas menanggapi pertanyaan Rexa karena dia yakin jika berkata jujur, Rexa akan menggodanya. Ini adalah pertama kalinya Deon tertarik pada seorang perempuan tetapi pria itu malu untuk mengungkapkannya.

"Oh iya, lo nggak lupa kan. Nanti sore ada kelas keagamaan?"

Deon mengangguk sebagai jawaban. "Iya, gue nggak lupa kok."

"Bagus deh kalau gitu."

***

Sepulang sekolah, Deon langsung mengikuti kelas keagamaan yang diselenggarakan sekolah di luar jam sekolah. Ya, seperti ekstrakurikuler. Memang, setiap siswa/siswi harus mengikuti kelas keagamaannya masing-masing.

Kini, Deon sudah masuk ke kelasnya. Setiap kelas hanya berisi 20 orang dan khusus agama kristen seperti yang Deon anut. Ada 4 kelas, di sekolah pria itu memang ada beberapa agama yang di anut. Seperti islam, kristen, budha, hindu dan juga konghucu. Walaupun, agama islam tetap menjadi agama minoritas di sekolahnya.

Kali ini Deon memutuskan untuk masuk ke kelas lain. Tidak seperti sebelumnya, dia memiliki tujuan lain agar bisa mencari keberadaan perempuan yang dia sukai.

Setiap orang yang baru saja masuk ke kelas, berhasil membuat Deon mengangkat pandangannya. Memperhatikan dengan saksama orang-orang itu dan nyatanya, perempuan itu tidak ada.

Kelas keagamaan hanya berlangsung selama satu jam dan kini Deon sudah selesai dengan kelasnya. Pria itu langsung memasukkan buku-buku yang sebelumnya dia keluarkan dan beranjak keluar dari kelas.

Di depan kelas, Deon bertemu kembali dengan Rexa. Temannya itu ternyata menunggu di depan kelas.

"Lo kok, pindah kelas sih?" tanya Rexa dengan wajah penasaran.

Deon hanya melirik ke arah Rexa tanpa menjawab sehingga hal itu membuat Rexa melukis wajah sebalnya.

Di depan sekolah, sudah ada mobil jemputan Deon. Sopir yang sebelumnya berada di dalam mobil langsung keluar dan membukakan pintu untuk Deon.

"Silakan, Mas."

Deon segera masuk diikuti dengan Rexa. "Loh, kok lo ikut masuk?"

Tidak bisa ditahan keterkejutan Deon saat ini saat melihat Rexa sudah duduk tepat di sampingnya. "Gue ikut dong. Gue mau main PS di rumah lo."

"Nggak, nggak. Lo nggak boleh ikut!" tolak Deon sembari mendorong Rexa keluar dari mobilnya. Namun sayang, pintu mobil itu sudah terkunci.

"Loh, Mas Rexa mau keluar?" tanya sopir Deon dengan wajah polosnya.

Deon langsung memutar bola matanya dengan malas karena sopirnya selalu tidak paham apa yang dia inginkan.

"Jalan, Pak," perintah Deon sembari menyenderkan tubuhnya di kursi. Tatapannya terlempar keluar jendela. Melihat ada banyak orang yang lalu lalang.

Mobil Deon tiba-tiba berhenti saat lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Deon terdorong ke depan dan hal itu membuatnya marah.

"Hati-hati dong, Pak!" ucapnya dengan kesal.

Deon cukup bingung karena kejadian-kejadian hari ini dan yang paling membuatnya kesal adalah karena dia tidak mengetahui tentang perempuan yang dia sukai bahkan untuk bertemu dengan perempuan itu saja sangat susah.

Di saat Deon tengah melamun, tiba-tiba saja dia melihat perempuan yang sebelumnya dia cari. Perempuan itu tengah sama sepertinya. Menunggu lampu lalu lintas berwarna hijau tetapi bedanya, Deon menggunakan mobil dan perempuan itu menggunakan motor.

Loh, itu dia, ucap Deon di dalam hati dengan semangat. Keren juga bisa naik motor, puji Deon di dalam hati lagi.

Sebenarnya dia ingin sekali dengan lantang mengatakan hal itu. Namun, dia masih ingat bahwa di sebelahnya ada Rexa yang tidak bisa menjaga rahasia.

Untung temannya itu tengah sibuk bermain game di ponselnya sehingga dia tidak tau apa yang Deon lakukan.

Tanpa sadar, Deon mengulas senyumannya saat melihat perempuan itu dari kejauhan. Namun, tiba-tiba saja lampu hijau nyala.

Sopir Deon langsung menjalankan mobilnya tetapi sayangnya arah jalan mereka berdua berbeda. Pria itu masih setia memperhatikan perempuan yang menarik hatinya itu bahkan hingga bayangan perempuan itu hilang.

Deon menghela nafasnya setelah menyadari bahwa dia baru bisa bertemu dengan perempuan itu lagi besok. Sepertinya, waktu di sekolah menjadi hal yang berarti bagi Deon mulai saat ini.

Deon kembali duduk seperti sebelumnya, di sisinya, Rexa tiba-tiba saja berteriak setelah memenangkan permainan yang ada di ponselnya.

"Yeay, gue menang!" pekik Rexa sembari mengangkat pantat dan menjauhkannya lagi dengan keras sehingga membuat Deon yang berada di sebelahnya ikut terguncang.

"Heh, apaan sih lo!" ucap Deon dengan kesal.

Rexa memperlihatkan layar ponselnya kepada Deon, "nih gue menang."

"Mau menang kek. Engga kek. Gue nggak peduli!"

***

Yeay, bab dua sudah update.

Yuk, ikutin ceritanya sampai selesai hehe.



***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro