Bab 3 - Fakta

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Deon dan Rexa akhirnya sampai di rumah Deon. Kedua pria itu kemudian masuk ke dalam rumah berlantai dua itu. Rumah yang cukup besar untuk Deon dan keluarganya tinggali.

Deon memang berasal dari keluarga yang cukup kaya, dia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kakaknya dua orang sekarang tengah berkuliah di luar negeri.

Ayah dan ibunya juga jarang di rumah sehingga Deon sering kali tinggal sendiri di rumahnya. Dengan alasan itu, Rexa sering kali menginap di rumah Deon. Padahal Rexa hanya ingin bermain PS secara gratis di rumah teman sebangkunya itu.

"Heh, gue ingetin ya. Lo harus matiin PS nya kalau sudah selesai!" teriak Deon mengingatkan teman sebangkunya itu yang kini sudah berlari naik ke lantai dua. Dimana kamar Deon berada.

"Iya!" jawab Rexa dengan berteriak juga. Hanya suaranya saja yang terdengar tetapi tubuhnya sudah tidak bisa Deon liat lagi.

Deon hanya berjalan pelan menuju tangga. Namun, sebelum itu dia mengeluarkan ponselnya untuk membaca beberapa pesan yang sebelumnya dia abaikan.

Tidak ada pesan dari kedua orang tuanya atau kedua saudaranya untuk sekedar menanyakan kabar Deon. Hanya ada beberapa pesan dari grup kelasnya yang sebenarnya juga tidak penting-penting banget.

Di tengah perjalanan menuju lantai dua, tiba-tiba saja salah satu pembantu Deon datang dan membuat pria itu menghentikan langkahnya.

"Kenapa, Bi?" tanya Deon sembari membalikkan tubuhnya agar melihat siapa yang tengah ada di belakangnya.

Pembantu Deon yang bernama Bibi Arina itu tersenyum kecil ke arahnya, "Mas Deon mau makan apa? Biar saya buatin."

Deon menggeleng pelan, "saya nggak laper, Bi. Saya juga tadi sudah makan kok."

Sarapan lebih tepatnya, lanjut Deon di dalam hati.

Raut wajah Bibi Arina berubah sedih dan hal itu membuat Deon ikut sedih. "Hmm, buatin apa aja deh, Bi. Nanti saya makan."

Kalau inget, lanjutnya lagi di dalam hati.

Deon memang sedang tidak selera makan sehingga tubuhnya semakin kurus. Sebelumnya pria yang memiliki tinggi 170 itu, memiliki berat badan 70kg tetapi sekarang berat badannya hanya sekitar 60kg.

Mungkin semua ini adalah pengaruh dari hubungan keluarganya yang kurang sehat. Deon merasa tidak dicintai oleh kedua orang tuanya yang malah jauh lebih sayang dengan kedua kakaknya bahkan mereka memutuskan untuk tinggal di luar negeri agar bisa dekat dengan kedua kakak Deon padahal di sini, Deon malah ditinggal sendiri.

Deon menghela nafasnya setelah menemukan pintunya kamarnya terbuka. Dia jelas mendengar suara PS yang tengah Rexa mainkan. Teman sebangkunya itu memang sangat suka main PS dengan suara yang nyaring bahkan selalu saja mengganggu aktifitas lain Deon.

Deon masuk ke dalam kamarnya dan banting pintunya agar tertutup. Rexa yang tengah main pun terkejut dan langsung menatap tajam ke arah Deon.

"Apa lo? Marah?" tanya Deon dengan suara yang cukup menantang.

Rexa tertawa kecil agar suasana tidak menjadi lebih buruk, "enggak kok. Gue mana bisa marah sama elo."

"Iya, kalau lo bisa. Udah gue usir lo dari sini!" hardik Deon dengan tiba-tiba.

Biasanya pria itu akan diam. Namun entah kenapa, Deon banyak bicara sekarang.

Rexa menghentikan permainannya dan memperhatikan wajah Deon yang terlihat murung. "Lo nggak papa?"

Deon yang sebelumnya menundukkan kepalanya, langsung mengangkat wajahnya dan menatap penuh tanya ke arah Rexa.

"Tumben banget lo, banyak ngomong gini."

Deon berdecih kecil, "lo harusnya bersyukur, setidaknya lo nggak dikatain temenan sama orang bisu lagi."

Benar, orang-orang yang belum mengenal Deon akan berpikir bahwa pria itu bisu karena dia jarang berbicara atau lebih tepatnya pelit berbicara. Namun sebenarnya, Deon adalah pria yang suka berbicara bahkan sejak kecil tetapi sayang setiap Deon berbicara keluarganya akan menghentikan pria itu sehingga akhirnya Deon malas untuk berbicara. Dia takut akan dihentikan lagi, lebih baik seperti sekarang. Deon akan menjadi pendengar yang baik.

Rexa menggeleng pelan, "ya nggak gitu juga kali. Kalau lo ada masalah cerita aja."

Deon menghela nafasnya setelah mendengar ucapan Rexa. Pria itu kemudian menghempaskan tubuhnya di atas kasur. "Gue udah banyak masalah, jadi lo nggak perlu ngurusin gue."

Lagi-lagi Deon berhasil membuat Rexa terdiam. Sebenarnya Rexa juga bingung harus melakukan apa karena Deon tidak pernah bercerita padanya padahal niat Rexa baik yaitu ingin membantu Deon.

"Ya udah, terserah lo deh."

Rexa kembali menyalakan permainan yang dia mainkan sebelumnya dan Deon sekarang malah tengah menerawang langit-langit kamarnya.

Nggak bisa banget ya, gue hidup tenang, ucapnya di dalam hati sebelum akhirnya tertidur pulas.

***

Tanpa sadar, Deon sudah tertidur dua jam. Pria itu terbangun setelah mendengar suara adzan magrib dari mesjid di dekat rumahnya.

"Gila gue ketiduran," omelnya setelah bangkit dari tidurnya.

Deon mengedarkan pandangannya, mencari-cari dimana Rexa berada. "Rexa mana ya?" tanyanya entah pada siapa.

Deon beranjak dari kasurnya dan pergi ke kamar mandi kamarnya. Dia segera mandi dan kemudian turun ke lantai satu rumahnya.

Di sana, dia melihat Rexa tengah makan di meja makan rumahnya. Deon menggelengkan kepalanya dengan pelan, dia tidak menyangka bahwa teman sebangkunya itu sangat tidak malu karena makan di rumahnya.

Rexa yang tengah asik makan kemudian terkejut dengan kedatangan Deon yang tiba-tiba. Pria itu bahkan nyaris keselek dan langsung meminum segelas air putih yang berada di sebelah piringnya.

"Enak banget lo makan di rumah orang," sindir Deon tanpa melihat ke arah Rexa yang sekarang tengah salah tingkah.

Deon menatap semua makanan yang dihidangkan Bibi Arina. Semuanya terlihat enak. Namun, dia tidak yakin akan bisa menghabiskan apapun yang tersedia.

Rexa tertawa kecil untuk menutupi rasa malunya, "Hehe, ya maaf. Gue kira lo masih tidur, jadinya gue nggak ngajak lo makan bareng."

Deon mengangkat pandangannya dan mulai mengambil makanan di hadapannya. "Ya, ini gue baru bangun bego!"

"Ya udah, makan gih," ucap Rexa dengan polosnya.

Deon langsung melemparkan tatapan tajamnya ke arah Rexa, "lo pikir sekarang gue lagi salto apa!"

Tiada hari tanpa pertengkaran dihubungan pertemanan antara Deon dan Rexa tetapi entah kenapa hubungan mereka bisa awet hingga sekarang. Mereka mulai berteman sejak masuk sekolah dan sebentar lagi adalah kenaikan kelas. Sudah lama bukan?.

Ketika tengah asik makan, tiba-tiba Bibi Arina datang. Wanita paruh bayah itu membawakan Deon juga Rexa buah semangka yang sudah dipotong.

"Ini, Mas. Makanan penutupnya, silakan ya."

Bibi Arina menaruh piring berisi potongan buah semangka dekat dengan Deon. Namun tiba-tiba, Rexa mengambil piring tersebut. Hal itu membuat Deon kaget dan menatap tajam ke arah teman sebangkunya itu.

Yang di tatap hanya dapat tertawa kecil, "hehe gue masih laper."

***

Lucu banget punya temen kaya Rexa hihi.

Ikutin ceritanya yaa.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro