(I) Derita

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Derita bagi Denta adalah tidak memiliki seseorang pun di sampingnya.

***

Di tengah-tengah hiruk pikuknya suasana kerajaan aku berada di tempat mencekam yang tak diinginkan oleh seseorang pun. Di sini sangat lembab dan gelap, aku takut.

Beruntung Ibu bersedia memegangi tanganku sebelumnya. Ya, saat ini kami berdua sedang diseret ke ruangan raja yang dihadapkan langsung ke pada petinggi Loctanus.

Aku meringis saat penjaga itu menjatuhkanku keras untuk berlutut yang menyebabkan lututku sedikit lecet, namun aku lebih mengkhawatirkan Ibu. "Ibu tak apa?" Wanita yang sudah berumur itu tersenyum dan mengangguk.

Aku sangat menyayangi Ibuku. "Tunjukkan hormat kalian pada Raja!" Bentakan tersebut berasal dari salah satu penjaga di depan dan kami mulai bersimpuh di hadapan sang Raja yang paling berkuasa di Locatnus.

"Algy Oriana dan Denta Oriana ...." aku menggeram kesal saat suara itu mulai menggema dalam ruangan. Suara ini, suara yang penuh dengan sihir.

Aku tahu klan Vasmov memiliki kekuatan pengendali pikiran manusia untuk memihak, namun dugaanku yang berpikiran bahwa kekuatan ini tak akan sekuat ini, itu salah!

Suara ini sangat mencekam dan menjelajah dalam kepalaku, membuatku kembali dalam saat-saat di mana aku bisa berada di sini ....

---

Malam itu adalah malam yang meriah. Di mana orang-orang bersuka cita atas kembalinya sang putri mahkota dengan kemenangan yang ia bawa dari perjalanan panjang mencari makhluk ajaib.

Makhluk itu bernama mermaid, seperti manusia setengah ikan. Yah, kusimpulkan demikian karena bentuknya seperti itu. Aku dan Ibuku mendatangi wilayah kerajaan karena mendapat undangan juga, lain hal dengan adikku yang sedang istirahat di karenakan sakit.

Pesta berjalan cukup lancar, aku dan Ibu juga merasa senang akan hal ini. Tetapi semua itu berubah ketika aku ingin mengambil minuman.

Aku menghampiri meja yang di atasnya terdapat berbagai makanan dan minuman yang memang sengaja disajikan untuk para tamu.

Saat tanganku mengambil gelas yang berisi air berwarna merah seseorang dengan pakaian bagus datang kepadaku. "Selamat malam, nona cantik," sapanya dengan menampilkan deretan gigi yang rapi.

"Selamat malan tuan muda dari Danixlass." aku sedikit membungkuk untuk menunjukkan hormatku padanya, dia adalah anak pertama dari Duke Helvard yang memimpin daerah Danixlass, bagian baratnya Loctanus.

"Apakah kau ingin berdansa bersamaku?" Aku menganggukan kepalaku, yah formalitas saja. Lalu kami berdua berdansa diikuti dengan tamu yang lain.

Namun, dia mengatakan hal yang buruk. "Apakah kau ingin bermalam denganku?" bisiknya tepat di telingaku, aku langsung menamparnya kuat hingga tamu yang lain menoleh.

"Beraninya kau, seorang bangsawan berkata seperti itu!" Aku menatap dia tajam setelah kalimat yang cukup keras terlontar padanya.

"Apa yang kau maksud?" Aku heran, dia tersenyum dan menatapku dengan pandangan yang mencurigakan. Kami berdua pun menjadi pusat perhatian dari keramaian yang ada.

"Yah, kau 'kan memang seorang jalang. Tidak terima jika aku memesanmu? Lagi pula kau yang memancingku terlebih dahulu dan kau berusaha mencabu-" Suaranya sangat menusuk harga diriku, sial sial sial!

"Dasar biadab!" Mataku mulai basah, aku tak sanggup dengan orang di hadapanku ini. Sesaat aku ingin menyerangnya kembali, namun aku ditahan oleh para penjaga.

Lalu Raja datang dan memerintahkan para penjaga untuk dibawa ke sel bawah tanah.

Sungguh, sial! Batinku menjerit. Ingin sekali mencabik-cabik wajah yang dikata tampan oleh orang-orang tersebut, dia sangat licik!

Sebelum aku keluar dari aula sana, aku dapat melihat Ibuku berusaha mengejar dan kumerasakan tatapan mendelik dari tamu lain. Mereka benar-benar menghakimiku!

---

Sesaat aku mengingat kejadian itu aku sangat ingin membunuhnya, sungguh! Aku melihat orang-orang yang ada di depanku termasuk tuan muda yang memfitnahku.

Mereka membisikkan segala hal yang dapat kudengar. Kutulikan telingaku dan kugenggam kuat tangan Ibu. Hingga Raja berdehem dan menatap kami dengan sorot mata yang tajam.

"Denta Oriana dijatuhi hukuman mati karena melecehkan seorang bangsawan dan Algy Oriana berhak untuk diasingkan karena dianggap membela seorang kriminal!" titah mutlak dari sang raja yang diturunkan langsung kepada aku dan Ibuku, membuat kami berdua tekejut bukan main.

Para prajurit dan penjaga bersiap untuk mengambil kami, namun dengan kekuatan barrier creation milik Ibu mereka tidak bisa mendekat, "Denta! Pergilah kamu ke tanah para Dewa, jangan lupa bawa dan jaga adikmu baik-baik." Ibu memegang tanganku dengan tatapan yang penuh harapan besar padaku.

Aku tak bisa berkata-kata lagi, hal ini terlalu cepat terjadi dan aku masih 16 tahun, "Ta-tapi bagaimana dengan Ib--"

"Tidak ada bantahan! Kau harus pergi sekarang!" Ibu memotong kalimatku dan sekarang suaranya sangat menggema di telinga. Para penjaga mulai ramai ingin menghancurkan pelindung yang Ibu buat dan dengan berat hati aku berdiri lalu berlari menuju ke luar istana dengan kegaduhan yang tercipta.

Aku masih mengingat bagaimana tatapan dan genggaman yang ibu berikan itu begitu berarti, "Hey adik! Ayo cepat kita pergi ...." aku menepuk pipi adikku kencang, ia sedang sakit.

Karena tak kunjung bangun aku menggendongnya di punggungku dan kuikat dengan tali agar tidak jatuh. Saat hendak keluar dari rumah para penjaga sudah mengepungku.

Aku menarik napas gusar dan mulai menghitung beberapa detik untuk mencoba tenang, sebelum membuka pintu rumahku dengan kasar. Aku melihat para prajurit bergerombol di depan segera melemparkan cahaya energi agar para prajurit itu tak bisa melihat beberapa saat.

Lalu aku berlari pergi dari sana tak menghiraukan banyaknya kejaran dan anak panah serta tombak yang dilemparkan untukku, "Ibu masih bertahan dan melindungiku ...." lirihku memandangi perlindungan berwarna putih semu milik ibu.

Kakiku terluka akibat tergores kerikil dan semak belukar yang terinjak membuat air mataku tertahan, napasku tersekat karena perlindungan milik ibu perlahan menghilang, dengan intuisiku aku mengumpulkan energi cahaya di tungkai dan melepasnya.

Hingga aku melesat beberapa kilometer dan sampai pada perbatasan pulau. Aku memandangi sungai yang mengalir begitu deras di bawah sana bergantian dengan jembatan yang tak turun, karena tertahan oleh rantai yang terkait dengan tiang tinggi di atas.

Pulau di depanku ini dijuluki tanah para dewa, namun mereka menghina klan Virgillia dan menutup pulau ini. Karena itu pula klan Virgillia bermigrasi ke Inscapitrum.

"Kakak, kita ada di mana?" Aku menoleh, memandang adik lelakiku yang sedang mengusap matanya, "Syukurlah. Kau tak apa?" Aku memegangi kedua tangannya.

Ia menggeleng dan beranjak dari duduknya, "Wah, tempat ini membawa sesuatu yang kelam." Aku termenung tak mengerti, mendengar adik lelakiku berucap seperti itu.

"Apa yang kau maksud Delan?" Ia mengabaikanku dan memilih melangkah untuk memandang ke-12 batu yang menjulang tinggi ke atas. Terlihat batu itu terukir spiral dengan pola yang acak dan semuanya memiliki batuan menonjol di puncak.

"Kakak ... aku tak tahu kenapa aku melakukan ini." Aku langsung melihat Delan cepat, adikku terbang! Dengan banyak energi elemen yang terkumpul menyelimuti lingkaran batu ini hingga terlihat seperti tembok kabut yang memisahkan kami dari luar.

Aku tak mengerti, lidahku kelu untuk menjawab. Sedangkan Delan, ia terlihat tak sadar walaupun dalam keadaan melayang. Pupilnya memutih dan mulutnya merapal sebuah kalimat yang tidak aku tahu.

Aku panik, sungguh! Tanganku terulur meraih kakinya dalam genggaman namun ia makin terbang tinggi membawaku ke atas sana.

Aku melihat ke bawah. Di sana, batu yang menonjol seperti permata dari ke-12 batu menjulang itu mengeluarkan macam warna dan mengumpulkan energi cahaya di tengah sebagai pusat.

Aku kaget, dan langsung mengayunkan diriku agar tidak terkena ledakan energi dari bawah sana, namun tak sempat karena kilatan cahaya warna-warni dengan cepat melesat ke atas.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro