(II) Tidak Seimbang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sesuatu yang tidak diharapkan olehnya telah datang dan akan mengungkap segalanya.

***

Denta terbangun di Capgini dengan suasana yang berbeda, pulau itu terlihat seperti berada di atas langit dan hanya ada dia dengan hamparan rumput hijau yang luas.

"Di mana bebatuan dengan ukiran spiral tadi?" Denta bermonolog, ia meremang lalu memegangi kepalanya, rasa pusing menghampiri kepalanya bertubi-tubi.

Denta yang masih mengobservasi tanah luas itu dikejutkan dengan hawa dingin dari arah barat. Semilir angin yang berembus mendatangkan tujuh cahaya berbeda, mengitari Denta sebagai pusat dalam lingkaran.

Sebelum Denta menyentuh salah satu dari ketujuh cahaya itu, tiba-tiba seluruhnya berubah menjadi sebuah permata warna-warni yang sangat indah. "Kalian ini apa?" tanyanya langsung, Denta tak bisa menguasai rasa penasarannya karena banyak melodi yang masuk dalam telinga dan merangsangnya untuk bertanya.

Permata-permata itu berbicara, namun Denta tak mengerti. Sesaat hendak bertanya lagi, getaran memasuki kepala Denta ... Para permata itu berbicara melalui sesuatu yang tak akan dipahami oleh orang lain.

"Kami adalah kebaikan ... bantu kami menemukan jalannya!" Suara itu memenuhi Denta, ia lihat para permata itu melayang-layang dengan sihir yang mengelilingi. Ketujuh dari permata itu berkumpul dan menjadi satu kesatuan, membentuk sebuah tongkat dengan permata yang sangat indah sebagai ujung tajam layaknya tombak cahaya milik para dewa.

Benda itu menghampiri tangan Denta untuk meminta di pegang. Denta yang merasa mengerti langsung memegang tongkat tersebut, serentak saat ia memegang tongkat itu rasa mual memenuhi perutnya. Rambut putihnya melayang keudara dengan banyak suara yang menghampiri.

Sampai pada Denta tak berdaya ia dihampiri oleh sesuatu, padahal dirinya tak sanggup berbuat apa-apa lagi. "Kau sudah dalam kondisi yang baik ...."

Rasanya Denta ingin mengutuk orang tersebut sekarang juga, "Bantulah kami untuk mengambil 4 bentuk kebajikan, berlatilah kau untuk memerangi tanah Insperall's ... atau kau tidak akan menjadi seseorang yang berarti." Suara itu menggema di antara putih yang hanya bisa dilihat oleh Denta.

Denta mengangkat jemarinya, ia mencoba membuka mulutnya untuk mengeluarkan sepatah kata, "Ka-kalian siapa?" tanyanya susah payah, sebenarnya banyak tanya yang berkumpul dalam kepalanya.

Tetapi ia hanya bisa mengucapkan kalimat itu, "Kami adalah pengurus Loctanus dan ini adalah perintah untukmu Denta. Kau diberikan kewajiban ini, Denta anak dari Oriana dan Virgillia ... kau harus menjalankan ini!" Angin besar dengan cahaya keemasan ditiupkan pada hamparan putih yang dilihat oleh Denta.

***

Gadis itu terbangun, terbangun dengan penuh peluh dipelukan sang adik. "Kakak tak apa? Maafkan aku." Delan menangis, ia membantu Denta bangun dan menyandarkannya di batu besar yang halus.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Denta melirik, suasana di Capgini sudah seperti semula. Denta mengerang saat bergerak, badannya terasa kebas sekali dan enggan untuk digerakkan.

"Aku tidak tahu, cahaya itu mengangkatku dan mengendalikanku ... kakak tidak apa di dalan sana? Maafkan aku kakak pasti letih ...." Denta tersenyum, ia menggeleng dan memeluk Delan, ia merasa akan ada sesuatu besar yang terjadi.

Ini bukan tanpa alasan, Denta menyadari sesuatu sejak malam itu dan sekarang tanah Capgini bergetar begitu hebat, serta suara kaki kuda yang sangat memekakan telinga.

Pasukan kerajaan datang, Delan panik namun Denta memegang tangan adiknya itu dan berdiri berhadapan dengan banyaknya prajurit tersebut.

Kuda putih dengan penunggang yang terlihat misterius maju ke depan, ia turun dari tunggangan dan membuka penutup kepalanya. "Wahai Denta Oriana, kau berhak kupenggal sesuai hukum yang ada!"

Dibalik helm itu, sekarang yang Denta lihat adalah seorang perempuan berkarisma, rambut ungu legamnya berkibar ... 'tunggu rambut itu?' Denta terperangah.

"Aku putri mahkota akan menjadi algojo yang mengeksekusi dirimu ...." Dugaan Denta tepat, ia maju dan memberikan perintah pada Delan untuk diam di belakang serta tetap tenang.

"Aku akan memberikan leherku padamu setelah kau sanggup mengalahkanku!" Tanpa ragu Denta berucap keras pada seseorang di depannya, yang di belakang-para prajurit lain mentertawakannya.

"Baiklah, dasar gadis kecil." Pedang itu terangkat dan hampir menebas wajah Denta, namun dengan sigap Denta membuat cahaya keras dan menangkis serangannya.

Pertarungan sengit terjadi dan beberapa kali Denta berada di posisi terpojok, sudah tak terhitung lagi bahwa pedang dari lawannya menggoreng bagian tubuhnya. "Masih kuat, eh?" Denta menelan ludahnya keras, provokasi yang diberikan tidak main-main.

'Memang benar dia adalah anak dari raja, bahkan suara ini turun padanya' ujar Denta dalam hati, sekuat tenaga ia bertahan dari tadi, namun sekarang ia sudah tidak kuat.

"Satu serangan ini akan menebas lehermu langsung," dia lari dengan pedang yang menghunus dari atas, Denta yang tak sempat ia secara naluriah mengangkat tangannya dengan wajah menunduk.

Saat pedang itu bersentuhan dengan tangannya, terdengar bunyi pecahan yang nyaring. Pedang perempuan itu terbelah, "Kakak!" Suara Delan juga menggema di sana ....

Angin dingin menerpa punggung Denta, ia yang ketakutan dirinya terbelah menjadi dua perlahan membuka kedua matanya ... ia melihat para prajurit di sana melayang serta lawannya tadi.

"Kenapa bisa?" Gadis itu menatap tangannya yang penuh dengan ukiran kuno layaknya tato. Denta sadar akan adiknya dan menoleh ke belakang, dapat dia simpulkan bahwa Delan menggunakan kemampuan pengendali pikirannya pada kumpulan orang di sana.

"De-Delan, sadarlah!" Denta menggerakan tubuh Delan keras, lalu si kecil terhuyung kedalam dekapan kakaknya yang diikuti dengan lemasnya para prajurit di depan mereka.

Pasukan itu terlihat tidak berdaya, serta perempuan yang menjadi lawannya Denta, ia sangat terlihat kaget dan ketakutan dengan penuh. "A-ayo pergi!" Kata yang terbata-bata itu diangguki satu pasukan dan mereka pergi dari sana meninggalkan Denta serta Delan.

Gelap mulai mendatangi pulau itu, kedua saudara itu pun langsung memasuki pondok kecil yang ada di pojok pulau dan bermalam di sana.

Sementara di tempat yang lain, di dalam istana, Ayesha Vasmov-perempuan yang menjadi lawannya Denta sedang bertekuk lutut di depan sang raja-ayahnya sendiri.

"Kenapa kau tidak bisa membawa kepalanya?" Gema itu sangat menakutkan di telinga yang mendengar, bahkan Ayesh menahan giginya agar tidak bergemeletuk yang menyebabkan suara lain keluar atau kepalanya tidak akan baik.

"Di-dia terlalu kuat! Ay- maksud saya yang mulia ...." Perempuan yang sebelumnya terlihat berkarisma itu sekarang terlihat seperti tikus yang sekarat.

"Hm, aku mengerti ... prajurit, bawa dia ke ruang bawah tanah dan beri 13 kali cambuk agar gadis kecil ini mengerti akan perintah yang mutlak!" Azzayn Vasmov turun dari singgasananya dan menyentuh kepala Ayesh dengan lembut.

Tetapi hal itu tak lama sampai ia menarik kuat rambutnya, hingga wajah Ayesh bertemu dengan lelaki di depannya. "Kau harus mengerti artinya perintah!" Lalu ia menghempaskannya dan membiarkan anak perempuan satu-satunya itu diseret ke tempat yang ia maksud.

Zayn berjalan masuk ke kamarnya tanpa peduli bahwa ada yang melihatnya dari jauh, dari samping singgasananya. Seseorang yang sangat mengharapkan tahta Vasmov dan kehancuran Loctanus agar ia bisa disebutkan layak ....

Lalu seseorang berjubah itu memasuki ruangan pribadi miliknya, ia mengubah penampilannya dan menatap pada cermin. "Kapan persiapannya selesai?" tanya penasehat Raja yang telah memanipulasi isi kepala sang penguasa Loctanus dengan banyak mantra hitam.

Setelahnya suara bisik-bisik memenuhi ruangan itu seketika dan menampilkan orang lain dari belakang. Sesuatu yang tak pernah dibayangkan oleh orang lain.

"Tak kusadari kau begitu hebat, sampai-sampai para raja iblis berkumpul di kastil yang sangat suci ini. Sungguh mengesankan," ucap salah satunya dengan tawa di akhir.

"Tak diherankan, bahkan rencana kemarin pun lancar sekali," sahut lainnya dengan senyum licik yang terpasang apik di wajahnya.

"Hoho, teman kita yang diremehkan ini ternyata memiliki sesuatu yang tidak terduga ...." Seseorang membalas dan keluar dari cermin yang ditatap si penasehat raja.

Mereka berempat adalah kegelapan yang abadi, berkumpul dalam lingkaran cahaya yang seharusnya tidak seperti ini.

"Yah, kusimpulkan persiapannya sebentar lagi akan siap ... tolong siapkan altarnya untukku, Denta." Senyum mereka berempat mengembang dan mulai menghilang dari tempatnya seakan lilin yang ditiup langsung oleh angin

"Dia dekat dengan sunyi hingga pergi bersama sepi ...."


***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro