(III) Empat

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tidurlah hingga kau dapat melihat mimpiku dan menemukan arti bahwa aku sangat membenci mereka.

***

Delan bangun dari istirahatnya, lalu ia mencari-cari Denta yang tak ada di sampingnya. Saat ia keluar dari pondok kecil tersebut terlihat Denta yang sedang bertatapan serius dengan makhluk kecil layaknya bulu yang berterbangan.

"Selamat pagi, kak! Kakak sedang apa di sana?" Delan berjalan mendekat dan Denta menoleh kearahnya lalu memberi tahu bahwa ia menemukannya tadi di sungai.

...

Denta mengambil air dalam tangannya lalu membasuh seluruh wajahnya hingga ia merasa segar. Di dalam kepalanya ia masih memikirkan tentang kalimat itu ... ia yakin ini sebuah pertanda!

"Aku harus berlatih!" Ucapnya dengan penuh semangat, lalu ia mulai dengan mengeluarkan penuh kekuatan cahayanya pada kedua telapak tangan, namun seperti biasa ia terhempas ke belakang seolah ada yang mengekang kekuatan besar itu untuk keluar.

"Selalu saja seperti ini ...." Denta menatap langit-langit yang berwarna biru, sangat menyejukkan mata tentunya. Tiba-tiba matanya menangkan seekor makhluk dari atas dan berhadapan padanya.

'Halo'

"Siapa itu!?" Denta menoleh untuk mencari keberadaan suara itu, namun nihil ... tak ada siapa pun di sana. Lalu ia menoleh ke arah makhluk yang melayang di udara.

Makhluk itu menatap Denta dengan tatapan polosnya yang dibalas tatapan penuh kewaspadaan dari Denta. "Kau yang berbicara?" Makhluk itu turun dan naik menunjukkan keantusiannya.

"Okay, jadi ... apa?" Denta duduk di atas rumput dan membiarkan makhluk itu melihatnya lebih dalam lagi, entah kenapa ia melihat makhluk itu terasa sangat lucu!

...

Ya, seperti itu. Denta juga tak tahu apa yang makhluk itu sebutkan, namun ia seolah merapal sebuah mantra karena hanya ada bisikan kecil dengan kata yang tidak dapat dimengerti.

"Aku akan mencoba sesuatu, deh!" Delan memekik girang, pasalnya ia sangat menyukai sesuatu yang lembut dan dugaannya benar. Makhluk itu sangat lembut yang sekarang sudah ada di dalam pangkuannya, Delan menggunakan kekuatannya untuk membaca dan memahami isi pikiran dari si makhluk.

Mereka menemukan bahwa makhluk ini adalah kunci untuk Denta agar bisa menguasai penuh kekuatan cahayanya dan potensi lain dari dirinya.

...

"Argh! Ini sangat susah!" Denta menghempaskan badannya di rumput hijau tanpa menghiraukan benturan keras yang ia rasakan. Sedangkan Delan ia tertawa terbahak-bahak karena melihat banyak sekali kegagalan kakaknya itu dalam menciptakan sebuah kubah cahaya untuk Peony-makhluk kecil yang mereka temukan.

Denta merenggut kesal, lalu ia membentuk sebuah pola di tangannya dan mengeluarkan energinya dan menciptakan sebuah angin cahaya yang melesat begitu cepat dan hampir mengenai adiknya jika ia tidak sempat menghindar.

"Oh! Maaf, aku sengaja," ujar Denta yang berjalan ke arah adiknya itu, sedangkan si Adik ia melotot tajam ke arah sang kakak. "Dasar, ya!"

Lalu pertarungan besar tak terelakkan, mereka berdua saling melemparkan energinya masing-masing melalui kekuatan yang mereka kuasai. Denta dengan elemen cahaya miliknya dan Delan dengan kekuatan memanipulasi pikiran seseorang.

***

Denta dan Delan menghabiskan beberapa waktu yang cukup lama untuk berlatih di Capgini setelah Denta menyampaikan pesan yang ia dapat dari mimpinya kepada Delan lalu mereka berencana akan menyelesaikan masalah yang ada di Locatnus.

Sejak saat itu pula Capgini menjadi pulau yang tidak terlihat dan sangat berbahaya karena akar besar yang penuh duri seolah menggenggam pulau tersebut, sementara itu di tempat lain Azzayn Vasmov terlihat sangat kesal karena para prajuritnya yang ke sekian kalinya ia perintahkan untuk membawa Denta ke istana itu gagal.

Sang penguasa itu sangat marah dan terlihat jelas dari wajah yang ia tunjukkan, namun tidak dengan seseorang di sebelah kanannya ... ia terlihat sangat santai, "Tenang saja yang mulia, Denta pasti akan mati cepat atau lambat ...." Nevah-tangan kanan Raja yang memiliki pengaruh penting terhadap keputusan kerajaan.

"Bagaimana caranya? Aku tidak bisa diam! Ramalam sialan itu sungguh mempengaruhiku." Giginya bergemelatuk hingga menghasilkan suara yang tak enak di dengar.

Lalu dari pintu aula kerajaan nampak prajurit raja yang lain dengan membawakan gulungan, "Izinkan saya menyampaikan hal ini yang mulia." Ia bersimpuh memberikan hormat dan setelah mendapat persetujuan ia membacakan gulungan tersebut.

"Sungguh sial sekali! Ini pasti ulah penyihir gelap sialan tersebut! Nevah, perintahkan pasukan penyerang untuk benar-benar meluluh lantahkan Capgini. Jika tidak, jangan berikan kompensasi kepada tiap prajurit dan keluarganya!" Nevah menyanggupinnya hingga persiapan untuk menyerang Capgini sudah sangat siap.

***

Nevah masuk ke dalam ruangannya, ia menjalankan bidak caturnya untuk memakan pion dari kubu putih dan tersenyum. "Sedikit lagi untuk melangkah ... maka kalian akan melihat kalau aku berguna, dasar para dewa sialan!" Gertaknya membuat yang lain menghampiri.

"Tenanglah temanku, para tikus-tikus itu akan menjalankan tugasnya dengan baik, walau kita tidak bisa berharap kepada tikus juga, sih." Alastor, yang berbicara ... ia adalah salah satu dari kegelapan abadi termasuk Nevah.

"Benar juga. Seperti katamu, kita sudah menjalani rencana ini dengan cukup baik, bahkan sang penguasa yang seharusnya tak gampang terpengaruh malah sebaliknya ... kau hanya perlu tenang dan sabar, atau aku perlu memberikan provokasi yang lebih?" Kali ini Hecate yang berbicara, ia adalah peramal yang terkenal akan sihir gelapnya. Namun, orang-orang hanya mengetahui sisi baiknya tanpa menyadari ia adalah satu dari kegelapan abadi yang akan menghancurkan Loctanus dengan dosa-dosa para penduduknya.

"Itu tidak perlu karena dari yang aku lihat, perawan itu akan keluar dari sangkarnya ... sungguh menyebalkan memang," sahut Daeva dengan santainya duduk di atas meja, tempat papan catur itu berada.

"Yah, kalian benar ... kita adalah kegelapan abadi yang akan menggelapkan Loctanus hanya perlu sabar untuk mendapatkan hal yang begitu besar, baiklah."

***

"Apa yang akan kita lakukan setelah ini?" tanya Delan kepada Denta, sedangkan Denta ia kembali memasukkan benda yang perlu ia bawa untuk keluar dari Capgini. Pelatihannya selama beberapa waktu ia rasa sudah cukup matang dan siap.

"Tentu aja mencari informasi tentang kejanggalan yang ada," jawab Denta sekenanya, Delan mengangguk dan kembali bermain bersama Peony, mereka sungguh akrab dan terlihat sangat terikat satu sama lain.

Sesaat Denta selesai merapikan barang bawaannya kepalanya merasa pusing dan pandangannya mulai kabur, lalu suara-suara tidak jelas muncul.

Mulai dari berbisik hingga teriakan yang memekakan telinga sampai-sampai gadis berambut putih itu terjatuh dan menyebabkan Delan khawatir.

Ia mendengarkan banyak bisikkan yang mengatakan ada sesuatu yang berbahaya di sana dan harus cepat pergi, namun Denta tak mengerti. "Kakak kenapa? Kak!" Delan panik bukan main, ia mencoba mengangkat kakaknya yang tubuhnya 2 kali lebih besar dari dirinya.

"Peony bantu aku, dong!" Sementara makhluk itu hanya menatapnya tanpa ekspresi, Delan kesal ia tak tahu harus apa. "Bunda ... kakak kenapa? Tolong aku!" Ia menggerakan tubuh Denta yang mulai terkulai lemas itu dengan kencang.

Lelaki kecil yang memiliki rambut berwarna senada seperti kakaknya itu pun menangis larena takut, lalu Peony melihat ke luar dari jendela pondok dan tiba-tiba ....

Batu asap terlempar, udara di sana seketika dipenuhi dengan aroma yang dapat membuat seseorang mengantuk. "Apa ini? Penyergapan!" Delan mencoba bertahan, ia menarik kakaknya dari ruang tengah untuk ke sudut ruangan. Peony juga terlihat berusaha melindungi mereka dengan mencoba menutup jendela yang lagi-lagi dilempari batu asap.

"Peony!" Teriakan Delan terdengar beberapa radius dari sana, Peony terkena batu asap yang cukup keras hingga makhluk buntalan kapas itu terpental dan terbentur, lelaki kecil itu menghampiri Peony yang lemas juga lalu pintu pondok terbuka lebar dan menampakkan seseorang tinggi dengan mata kuning yang menyala.

"Bilang hai untuk malam ini, bocah!" Lalu hantaman kuat membentur leher bagian belakang Delan menyebabkan hilangnya kesadaran yang dari tadi ia pertahankan, sementara itu dari luar juga masuk 3 orang lainnya ke dalam pondok.

"Susah sekali untuk berkomunikasi dengan yang satu ini!"

"Yak, kau ini memang bodoh, begitu saja tidak bisa."

"Kalian diamlah, ayo cepat pergi sebelum yang lain datang."

Lalu keempat orang tersebut membawa Denta, Delan serta Peony ke dalam sebuah lingkaran dengan corak spiral.

***

N/A;

Ho~ kalian sudah tahu 'kan nama dari villain di sini? Hwhw! Dan juga siapa, ya yang menculik Denta, Delan serta Peony? Ayo jawab!!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro