18. Luka

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hidupnya kembali ke sediakala, setelah sang ibunda tak lagi menetap di rumahnya. Tiga hari bualan belaka, umi Elena sengaja memperpanjang masa menginap menjadi satu minggu karena perintah dari sang suami agar anak dan menantu kesayangan mereka bisa menghabiskan waktu berdua meski hanya berpura-pura. Umi Elena tidak ingin tahu itu, selama ia tinggal satu rumah dengan Alma dan Faris, hubungan kedua insan itu baik-baik saja seperti pasangan suami istri pada umumnya.

Padahal Alma tak akan ingin menunjukkan sikap yang sebenarnya, sekarang ia sangat merasa legah dan bebas dari sandiwara yang ia ciptakan sendiri. Pura-pura menjadi istri solehah dengan rajin beribadah dan menyiapakan makanan bersama umi Elena untuk Faris. Laki-laki itu tak ingin menaruh harapan terlalu banyak dan juga tak ingin suudzon dengan istrinya yang tiba-tiba berubah, mau bersikap baik atau buruk Faris tetap akan memuliakan istrinya. Percayalah, memuliakan istri adalah pembuka pintu rizeki yang mengalir tanpa henti. Terbukti ternak sapi milik Faris yang berada di kampung halaman neneknya, akhir-akhir ini mengalami peningkatan produksi susu sapi perah dan jumlah sapi betina yang bunting juga terus bertambah. Bulan ini Faris belum sempat pergi ke sana, dia ingin coba-coba mengajak Alma nanti jika ada waktu luang.

Belum jauh kepergian umi Elena, wanita itu sudah kembali masuk ke dalam rumah meninggalkan suaminya. Naik tangga terburu-buru dan masuk ke dalam kamar, mengunci pintu kamarnya juga. Memainkan handphone yang selalu ada digenggamannya, Alma menelfon Kevin. Sang pacar yang hingga kini tak kabar. Setiap malam mau tidur Alma selalu menangis merindukan Kevin. Tak heran jika setiap pagi matanya selalu bengkak. Dia pun merasa bersalah karena terlalu jujur, rasanya sangat tersiksa diacuhkan pacar sendiri dan nomor handphone Alma juga diblokir. Semua gara-gara Alma tidur bersama Faris yang menyebabkan Kevin cemburu.

"Ayolah."

Alma sudah kehabisan cara, dia tidak harus bagaimana lagi. Bahkan semua akun sosial media miliknya juga diblokir Kevin. Percuma menghubunginya beribu kali.

"Aku harus bagaimana?" ucapnya dengan air mata berjatuhan di pipi.

***

Setelah kejadian itu, mereka jadi dekat. Pergi dan pulang kerja bersama, pergi ke tempat makan di waktu istrahat selalu berdua. Dua hari yang lalu Dara sengaja membawa dua bekal ke kantor untuknya dan Kevin. Dara Kamlia, seorang gadis sederhana yang gemar membaca buku dan menonton anime ketika ada waktu kosong di kantor. Berhati lembut dan suka membantu orang yang dilanda kesusahan.

Berpenampilan tak begitu menarik, karena ia tak menyukai sesuatu yang berlebihan, apa adanya. Boleh dikatakan gaya berpakaiannya cukup jadul ketinggalan zaman. Sebab itulah tidak ada yang ingin berteman dengannya di kantor perusahaan ini. Namun, ia tetap bersyukur. Dirinya masih bisa bermanfaat bagi orang lain, orang-orang mendekatinya saat ada perlu saja, tapi tidak dengan Kevin.

Pertama kalinya laki-laki itu menemukan sosok perempuan langka seperti Dara, jika bukan karena Dara mungkin Kevin sudah menggadaikan motor bututnya. Bagaimana bisa Kevin bertahan hidup tanpa uang, sampai detik ini dia tak ikhlas uangnya dicuri begitu saja oleh dua petugas club malam. Kevin sudah menemui mereka, tapi tidak ada yang mengaku. Kevin malah dihajar habis-habisan dengan botol minuman keras bekas oleh mereka, untung dia dengan cepat mengubungi Dara. Jika tidak, nyawanya terancam karena dia sudah kehilangan banyak darah karena terdapat luka robek di wajah dan kepala. Tidak menerima keadaan Kevin yang mengenaskan, Dara ingin melapor ke polisi. Namun, Kevin melarangnya. Dia takut, nanti Dara juga ikut terlibat menjadi korban mereka. Hingga akhirnya, Kevin menutup kasus pencurian uang yang dilakukan dua petugas club.

Dua hari berada di rumah sakit, Kevin bisa melihat ketulusan hati Dara yang menemani dan merawatnya dengan telaten di saat tidak ada siapapun disampingnya. Sampai sekarang Dara masih perhatian dengan keadaan Kevin.

"Dar."

"Iya?"

"Kamu mau jadi pacar aku?"

Hati memang bisa berubah, bagaimana jika cinta untuk pacarnya Alma perlahan-lahan memudar?

Sudah satu minggu mereka tak berkabar, Kevin masih kesal lantaran cemburu. Tak rela Alma tidur dengan Ustadz Faris, meski mereka tidak melakukan apapun. Kevin memutuskan tidak akan menghubungi Alma untuk sementara. Namun, sejak kedekatannya dengan Dara hari-hari Kevin mulai terbiasa tanpa Alma. Sudah tiga hari Kevin menjalin hubungan dengan Dara. Perempuan itu tak pernah curiga sedikitpun, jika dia adalah orang kedua. Kevin berjanji secepatnya akan jujur pada Dara, mau hubungan mereka berakhir atau tetap berlanjut nantinya, Kevin tak ingin menyakiti Dara lebih lama karena Dara terlalu baik untuknya.

Kevin memandangi fotonya bersama Alma sesaat, lalu menghapusnya. Tak ada lagi kenangan yang tersisa tentang Alma di handphone maupun di tempat tinggalnya. Kevin menyesal, baru menyadari bahwa dirinya dan Alma tidak cocok lagi. Sekarang Kevin tak perlu memikirkan kapan dia akan menikahi Alma, berapa mas kawin yang akan dia berikan, semegah apa pernikahan mereka dan sebesar apa biaya menghidupi Alma. Sungguh dia tak mampu. Bagi Kevin lebih baik dia menikah dengan perempuan sederhana yang tak punya banyak tuntutan dan pengertian.

Mendegar suara ketuka pintu yang cukup keras, Kevin terbangun dari tidur. Terpaksa dia beranjak dari tempat tidur menuju pintu dengan langkah sempoyongan karena masih mengantuk. Matanya pun setengah terpejam, dia tahu siapa yang datang. Kevin membuka pintu.

"Happy birthday, Kevin."

"Dara."

***

Alma mengikat tali tambang nylon besar di pagar teras dengan sekuat tenaga, ini satu-satunya cara kabur dari rumah, Dia jengkel pada suaminya yang sengaja menguncinya dari luar. Semua jendela di rumah ini ada teralis. Faris benar-benar kejam mengurungnya sendirian di rumah. Sedangkan dia pergi di pagi buta tadi, seperti biasanya mengisi ceramah di salah satu acara TV dan katanya pulang siang. Alma memblokir nomor Faris, laki-laki itu membuatnya repot saja.

Alma menjatuhkan tali tambang nylon besar ke bawah, menelan ludah melihat ketinggian lantai dua rumahnya ini. Jika ia jatuh, maka rencananya akan gagal. Alma menyeberangi pagar teras, berpegangan pada tali. Dengan mata terpejam memberanikan diri, perlahan-lahan turun dari ketinggian lantai dua di belakang rumahnya.

"Astaga, umi."

Tangannya yang basah berkeringat dingin, hampir melepaskan tali. Syukurlah, Allah masih melindunginya. Beberapa saat kemudian, sepatunya sudah menyentuh tanah. Alma berhasil, dia berjingkrak-jingkrak kesenangan.

"Yey, akhirnya."

Lalu dia bergegas keluar melalui pintu pagar rumah belakang yang tak terkunci, berjalan sampai menemukan angkot. Syukurlah, kemarin umi Elena memberinya uang walaupun tak begitu banyak. Setidaknya hari ini Alma bisa menemui pacarnya dan membeli rangkaian bunga hidup untuk pacarnya yang ulang tahun.

Beberapa lama kemudian, Alma sampai di rumah susun tempat penginapan Kevin. Dia pun langsung berlari menaiki tangga berkali-kali, hingga sampai di depan pintu tempat penginapan pacarnya dengan nafas ngos-ngosan. Alma hendak mengentuk pintu. Namun, terdengar suara perempuan sedang cekikikan di dalam sana. Tak percaya dengan adanya perempuan di tempat penginapan pacarnya, dia mendekatkan telinga di pintu yang masih tertutup.

"Kevin, ih jangan hapus fotonya tolong. Ini aku imut banget."

"Iya, tapi akunya jelek Dara. Masa mukaku penuh butter cream semua."

"Dara? Siapa Dara?" batin Alma, penuh tanda tanya.

Perlahan ia mencoba membuka pintu yang ternyata tak terkunci, mengintip mereka yang sedang berfoto mesra sambil memegang kue. Alma menutup kembali pintu dengan hati hancur. Badannya tiba-tiba lemas, tak kuat untuk melabrak Kevin dan perempuan itu. Bunga yang berada digenggamannya pun jatuh, Alma baru menyadari keberadaan sepatu kets milik perempuan di samping pintu. Air mata tak terbendung lagi, mengalir deras di pipinya. Dia pergi membawa sejuta luka yang hanya bisa diungkapkan melalui air mata.

Entah, mau pergi ke mana setelah ini, rumah bukanlah tempat yang tepat untuk bersedih. Pikirannya sangat kacau, Alma hanya bisa termenung.

"Dek mau ke mana?"

Kehadiran Alma di dalam angkot, membuat kernet angkot ini prihatin. Keadaan yang menyedihkan, dia yakin perempuan satu ini sedang tidak baik-baik saja. Berwajah pucat, langkah kakinya terihat begitu berat serta menangis tanpa suara tiada henti.

"Waduh, tak beres nih perempuan. Jangan-jangan dia mbak kunti," batin si karnet angkot.

Karena tidak ada orang lain selain Alma diangkot ini, sementara sang sopir sibuk dengan dunianya sendiri, menikmati musik dangdut. Kernet angkot terpaksa akan meminta sopir berhenti, dia jadi ketakutan dan bulu kuduknya pun berdiri. Belum sempat meminta sopir berhenti, Alma sudah lebih dulu memencet bel angkot. Entah, kenapa dia tiba-tiba mual ingin muntah. Alma bergegas keluar dan memberikan uang pada kernet angkot.

"Loh, dia manusia toh," ucapnya melongo.

Alma berlari, mencari tempat yang sepi untuk mengeluarkan semua isi perutnya. Tak tahan lagi, pada akhirnya Alma muntah di pinggir jalan.

Alma bukan orang yang mabuk perjalanan, ini pertama kalinya dia muntah ketika naik mobil. Rasa mual datang tiba-tiba, tanpa sebabnya atau mungkin ada buah hati di rahimnya.

***

Yg baca kok pada diam bae, kita kenalan yukkk di komentar 😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro