02. Mia, that's me.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ada sedikit pergantian nama. Kalau di chap sebelumnya kalian membaca "pangeran Theron/ Theoron" sekarang sudah diganti menjadi "pangeran Lowel". 
Thank you~
.
.
"Mia itu...-"

"Ah disini kau rupanya Daniel." kata seseorang yang suaranya sangat ku kenal sambil membuka pintu ruang makan.

"Ada apa Fay?" tanyaku bingung.

"Saya meminta ijin untuk berbicara dengan Daniel Putri." kata Fay hormat.

"Silahkan." kata Putri Vionna sambil sedikit mengangguk.

"Aku dari tadi mencarimu." kata Fay kesal.

"Maaf-maaf, ada yang bisa ku bantu?" tanyaku merasa bersalah walaupun sambil tersenyum.

Fay mulai membuka buku dan menunjukan kepadaku sebuah menu. "Apa kau pernah membuat ini?" tanya Fay serius.

"Em... Tidak, tetapi menurutku ini tidaklah susah." kataku sambil melihat resepnya.

"Memang, tetapi aku gagal membuat kulitnya." kata Fay pasrah.

"Hm... Akan coba kubuat." kataku dengan mata yang masih belum lepas dengan buku resep itu.

"Ini." kata Fay sambil menyodorkan sebuah kotak.

"Kau membawanya sampai ke sini..." kataku speechless. Aku membuka sarung tanganku dan mengelap tanganku dengan sarung tangan yang selaluku bawa untuk jaga-jaga. Aku mengambil sesuatu yang berbentuk bulat dan berwarna abu-abu terang itu. Sambil melihat resep, aku mencoba membuat bentuk kulitnya dengan cara menekan dan sedikit memutarkan kulit itu dengan tambahan sedikit tepung. Setelah ku rasa ketebalannya cukup, aku memasukan isinya ke tengah kulit yang sudah melebar itu dan menutupnya.

"Begini?" tanyaku sambil menunjukan apa yang diperbuat tadi dan dibalas tepukan kagum dari Fay dan putri Vionna.

"Tu-tunggu, kenapa kalian bertepuk tangan?" tanyaku kaget dan malu.

"Kau sangat lentur Niel." kata Putri Vionna sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya dan tersenyum manis.

"Aku akan berusaha." kata Fay semangat.

"Iya, kau pasti bisa." kataku sambil tersenyum lembut.

Fay terdiam lalu cepat-cepat mengambil kotaknya dan pergi begitu saja.

"Aku yakin kau akan menjadi laki-laki yang sangat populer di luar sana." kata Putri Vionna dengan gaya yang masih sama.

"Begitukah?"

"Oh iya, kau tadi sepertinya mengetahui siapa Mia bukan? Siapa dia?" tanya Putri Vionna penasaran.

"Tentu saja, karena Mia itu adalah aku." kataku sambil tersenyum.

Putri Vionna terdiam.

"Em... Vio?" panggilku sambil memiringkan kepalaku.

"HAAAAAAAAH?!" akhirnya beberapa detik kemudian Putri Vionna berteriak yang membuatku kaget dan sedikit lega sebenarnya.

Terdengar pintu terbuka cepat dan tampaklah pangeran Lowel yang terlihat panik. "Ada apa?!" tanyanya dengan suara panik.

"Sebenarnya...-" perkataan ku terhenti karena tanganku digenggam cepat oleh Putri Vionna dan perkataannya "bukan apa-apa!" serunya cepat.

"Benarkah?" tanya pangeran khawatir.

"Iya, hanya saja aku meminjam butler pribadimu." kata Putri Vionna cepat sambil menarik ku.

"Tunggu, pribadi?" tanyaku bingung.

Putri Vionna menarik ku sampai kelantai dua, tepatnya di kamarnya yang sangat feminim itu. setelah sampai, putri Vionna melepaskan tanganku dan mulai berjalan bolak-balik sambil mengigit kukunya.

"Vio, tak baik mengigit kuku seperti itu." kataku mengingatkan.

Akhirnya Putri Vionna duduk di sofa, walaupun duduknya tenang raut wajahnya berkata sebaliknya.

"Butler kakakku bernama Daniel yang mempunyai nama asli Mia." gumam putri Vionna.

"Tenanglah Vio..."

"Bagaimana bisa?! Kau datang dengan membawa nama Daniel tetapi nama aslimu adalah Mia!" seru Putri Vionna.

"Itu betul Putri." kataku santai.

"Dan kau dengan santainya mengatakan kau adalah Mia."

"Karena memang itu kebenarannya." kataku polos.

Putri Vionna terdiam dengan raut muka kesal. Apakah aku berkata sesuatu yang salah?

"Tunggu, apa kau itu... Perempuan?" tebak Putri Vionna hati-hati.

"Tepat sekali." kataku sambil tersenyum.

"Jangan tersenyuuum!!" seru putri Vionna kesal.

"Eh?! Tenangkan dirimu Putri. Apakah aku perlu menceritakan kepadamu?" tanyaku sambil berusaha menenangkan Putri yang berada di depanku.

Putri Vionna melihatku dengan tatapan interogasi. Aku menghela nafas ku pasrah.
.
.
Terdengar suara orang-orang yang sedang berlalu lalang, kadang juga terdengar kereta dan kaki hewan yang sedang berjalan. Dengan berat, aku membuka mataku dan ternyata aku sedang berada di sebuah gang kecil yang tak dilewati siapapun. Aku tak mengingat apapun kecuali namaku, Mia. Setelah keluar dari gang aku melihat ke kiri dan kanan banyak orang yang beraktifitas dengan senangnya. Ada juga yang sempat melirikku lalu tak acuh dengan keberadaan ku.

Dengan tanpa tujuan, aku berjalan melewati orang banyak yang tak peduli denganku. Tiba-tiba saja perutku berbunyi nyaring yang membuatku tersipu. Walau begitu tetap tak ada yang peduli, kecuali satu orang yang menertawakan ku. Aku menatapnya datar.

"Hei-hei jangan marah, nih apel untukmu." katanya sambil melempar apel di kantung belanjanya.

"Terimakasih. Kau baik sekali." kataku sambil tersenyum senang.

"Sama-sama, kau tinggal di mana? Kenapa kau di sini?" tanyanya sambil mendekatiku.

"Aku... Aku merasa bukan dari sini, tetapi aku tak ingat apapun. Yang aku tau hanyalah namaku, Mia."

"Kalau begitu salam kenal Mia, namaku adalah Adrean. Aku adalah butler pangeran Lowel yang berkuasa di sini." kata orang itu dengan bangganya.

Aku melihatnya sejenak memikirkan sesuatu.

"Kenapa? Apakah aku terlalu tampan di matamu?" tanya orang itu dengan pdnya.

"Jangan sok gitu deh, menurutku kau tidak tampan. Aku hanya berpikir... Berpikir untuk menjadi butler." kataku mantap.

"Hah? Apa kau mengigau? Seharusnya kau menjadi maid, bukan butler." kata orang itu tak percaya.

"Butler terdengar lebih seru. Sekali-kali aku ingin mencoba menjadi laki-laki walaupun bukan fisiknya." kataku sambil tertawa hambar.

"Tidak-tidak! Menjadi butler tidak semudah yang kau pikirkan."

"Memangnya berbeda dengan maid?"

"Tidak terlalu banyak sih, tetapi siapa tahu kau sebelumnya keluarga bangsawan dan tidak kuat dengan sesuatu yang berat?"

"Aku rasa tidak juga."

"Kalau benar bagaimana?"

"Berarti aku menantang diriku agar lebih kuat!" Seruku senang.

"Hah?"

"Ayolah, kumohon. Aku tidak ada tempat tinggal lagi." Pintaku.

"Baiklah, tetapi kalau ada masalah bukan tanggung jawabku."

"Tentu saja, memangnya kau ibuku?"
.
.
"...begitulah." kataku sambil tertawa hambar.

"Kau bermaksud merahasiakannya?"

"Tidak." kataku santai sambil tersenyum manis.

Putri Vionna lagi-lagi terdiam tetapi sambil menunduk.

"Pu-putri?"

"Jangan memanggilku Putri!"

"Ah maaf." kataku kaget.

Tiba-tiba Putri Vionna mengayunkan tangannya, bersamaan dengan itu seragamku berubah menjadi dress.

"Pu..-Vio, apa yang sebenarnya kau ingin buktikan?" tanyaku sambil menutupi bagian atas dressku yang tak bertali, itu sangat mengganggu.

"Membuktikan kalau kau benar-benar perempuan." katanya polos.

Aku ingin protes tetapi tak ada kata-kata yang keluar dari mulutku. Vio tetap melihatku seperti berkata "ada yang kurang". Aku menghembuskan nafas pasrah dan menarik rambut palsuku dan membiarkan rambut asliku yang berwarna ungu itu terurai kebawah. Vio melihatku tak percaya sedangkan aku sendiri bingung mengapa ia terlihat kaget.

"Vionna, apa...-"

Aku menoleh kearah pintu kamar Vio dan terlihatlah pangeran Lowel sedang membuka pintu tetapi terdiam dengan Adrean di belakangnya. Aku langsung memeluk diriku sendiri karena merasa malu tiba-tiba ada laki-laki yang masuk begitu saja.

"Kau... Rambutmu..." kata pangeran Lowel terbata-bata.

Aku melihat pangeran Lowel bingung.

"Peri Eleanor?" tanya pangeran Lowel tak percaya.

Huh? Peri apa itu?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro