12.BERHARGANYA DIRIMU, BAGIKU

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kalian bersenang-senang?" Brian kebetulan sedang menikmati kopi di depan teras. 

"Ya, Pa." Zee menjawab singkat sebagai tanda penghormatan saja. 

"Kami hanya nonton dan makan, Om." Derren ingin bilang kalau mereka sempat bahas sekolah yang ingin Zee tuju setelah lulus. Tetapi dia tahan karena belum saatnya. Mungkin Zee yang akan mengatakannya sendiri. 

Derren ingin pamit tak lama setelah Brian membahas progress kerjasamanya dengan Aryo. Ternyata Brian minta waktu untuk membahas lebih detail di rumahnya. 

"Silakan, Om! Jangan sungkan sama saya. Bagaimanapun Om lebih senior dari saya." 

Keraguan yang Brian rasakan perlahan hilang dengan kalimat Derren itu. 

"Kamu pasti sudah tahu tentang model yang ingin saya pakai untuk proyek kerjasama kita." 

Derren mengangguk. Dia tidak menduga kalau Brian akan membahas hal ini dengannya. Entah apa tujuan di balik pembicaraan ini, Derren tidak bisa menerkanya. 

"Aku minta tolong apa pun yang kamu tahu, rahasiakan. Jangan sampai Zee atau orang lain tahu."

"Oke, nggak masalah buat saya, Om. Karena dengan Om memakai model sendiri memudahkan kami untuk mengerjakan hal lain. Dari segi dana juga bisa lebih ditekan pengeluarannya." 

"Derren, aku tahu kamu nggak bodoh dan paham betul apa maksudku." Brian menatap tajam pria pemilik perusahaan yang dia ajak kerjasama. 

"Iya, saya paham, Om. Jangan khawatir, kalau sampai nanti Zee tahu, saya pastikan itu bukan dari saya atau Aryo. Kami bisa membedakan urusan bisnis dan pribadi." 

Brian tertohok dengan kalimat Derren. Dengan dia membahas ini sama saja dia sudah mencampuradukkan bisnis dan pribadi. Tetapi dia tutup telinga untuk saat ini saja. Dia sedang berusaha memperbaiki semuanya, meskipun tidak mudah dan akan ada yang akan sakit nantinya. 

"Aku tahu kamu menaruh perhatian pada Zee." 

Derren membeku. "Maksud, Om?" 

"Kita saling membutuhkan Derren. Kamu jaga rahasiaku dan akan kuijinkan kamu dekati Zee." 

Derren tertawa demi menutupi amarah yang mulai tersulut karena kata-kata Brian. Sekuat tenaga Derren menekan emosinya hingga level terendah. Bagaimana bisa Zee memiliki ayah seperti ini. Tindakan Brian ini sama saja menjual anaknya demi bisnis. Dan itu membuatnya ingin meninju wajah Brian kalau tidak ingat dia ayahnya Zee. 

"Tidak perlu lakuin itu, Om. Benar Zee sangat berarti bagi saya, tapi biarkan dia fokus dengan hidupnya. Pastikan saja semua kerjasama kita fair tanpa melibatkan urusan pribadi." 

Derren menyesap kopi yang disuguhkan Mbok Nah tadi. Dia menaruh cangkirnya agak kencang hingga cangkir itu pecah. 

"Oh, maaf, Om. Mbok Nah, tolong ambilkan saya sapu, ya." Derren tidak bisa menutupi kalau pembicaraan ini membuatnya tidak nyaman. 

"Sepertinya kamu lelah, aku akan pulang." Brian tahu Derren ingin segera mengakhiri pembicaraan. Karena itu dia langsung pamit dan berharap Derren memegang kata-katanya tadi. 

"Ya, Om! Sekali lagi maaf karena kejadian ini." 

Brian tersenyum basa-basi untuk menutupi rasa malu dan emosi juga. Memang benar, posisinya salah, tapi dia lebih tua dan seharusnya Derren bisa lebih menjaga sopan santunnya. Apalagi dia tahu benar Derren menyukai Zee. Seharusnya dia lebih menghargainya, kan. 

Di kamarnya, Zee bertanya-tanya apa yang diinginkan Brian dari Derren. Mungkin urusan bisnis, dia ingat mereka pernah bertemu di restoran waktu itu. Pikirannya kembali ada rasa aneh yang muncul tadi. Kenapa dia merasa kesal saat Derren dihubungi oleh perempuan? Apa dia cemburu? 

Zee menyembunyikan wajahnya dibalik bantal. Saat matanya terpejam, wajah Derren muncul. Suaranya yang dulu biasa saja, kenapa sekarang dia ingin mendengar itu? Zee mengacak-acak rambutnya. Dia pasti sudah gila sekarang. Kalau sampai Derren tahu, apa yang akan dia katakan? Zee yakin pasti Derren akan menertawakannya. 

Lamunan Zee buyar seketika karena ponselnya berdering. Jantungnya kembali berdetak cepat, dengan tidak sopannya menggetarkan hati dan sekujur tubuhnya. Dering ponsel terhenti. Mungkin Derren mengira dia sedang belajar atau langsung tidur. Itu lebih baik, sehingga Zee bisa melanjutkan hidupnya sekarang. 

***

Keesokan hari Zee merasa lebih semangat berangkat sekolah. Padahal semalam dia tidak mau mengangkat telepon dari Derren. 

Zarra melihat wajah Zee yang semringah pun ikut bahagia. Brian yang juga sedang di meja makan melihat mata putrinya yang lebih berbinar dari sebelumnya. Meski tipis Zee tersenyum padanya. Perubahan yang bisa dipastikan karena Derren. Tetangganya sudah mengambil hati putri tunggalnya. 

"Hari ini mau Papa antar, Zee?" Brian coba menawarkan diri, karena kesempatan bagus untuk memperbaiki hubungannya. 

Suasana hati Zee sedang senang, tapi untuk dekat lagi dengan Brian dia masih perlu waktu. Mungkin tak lama dia akan mencoba membuka hati untuk menerima Brian lagi. 

"Hari ini sudah terlanjur janji sama Kak Derren, Pa. Maaf." 

"Tak apa, Sayang. Papa tahu kamu butuh waktu untuk terima maaf Papa." 

Jeda tercipta, semuanya fokus dengan sarapan masing-masing. Zarra sudah menyiapkan bekal makan siang untuk Zee dan Brian. Kebiasan baru yang tentu saja menyenangkan bagi Zee. Meta yang tahu perubahan itu ikut bahagia. Bahkan waktu itu dia menyarankan Zee untuk memaafkan papanya. Sepertinya saran itu akan segera dia lakukan. 

"Zee berangkat, Pa, Ma." Pagi itu semua krang rumah merasakan aura positif yang menentramkan bagi siapa pun orang yang melihat. Pagi itu awal dari menyatunya pecahan hati menuju utuh kembali. 

Derren yang ikut berpamitan segera membukakan pintu mobil untuk Zee. Dia sudah lama melakukan itu, tetapi sekarang menjadi hal yang teramat manis bagi gadis itu. 

"Kelihatannya ada yang lagi bahagia, nih." Derren melihat wajah Zee yang semringah dan dia lebih cantik. Entah apa yang membuatnya berbeda. 

"Cantik," gumam Derren lalu segera menutup mulutnya rapat-rapat. 

Tidak kencang tapi cukup jelas masuk ke indera pendengaran Zee. Wajahnya memanas, sontak dia palingkan muka ke arah lain. Sadarkah Derren kalau pipinya merona sekarang. 

***

Thank you for reading, Guys. See you on the next part.

Alhamdulillah.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro