👑15👑

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Parisa, nama yang kini mulai mengusik para bangsawan. Dia tiba-tiba muncul seperti badai di musim panas, dan hanya dalam waktu singkat membeli semua bangunan di dekat jalan utama pusat kota. Tidak hanya itu, dia juga mulai bergerak dengan mendanai pembisnis kecil sehingga mampu membuat pasar sendiri.

Rumor mengatakan bahwa itu nama bayangan dari seorang lady, dan semakin mengusik bangsawan. Lady mana yang diajarkan bisnis, karena di sini semua lady hanya belajar tata krama, musik, menyulam, menulis puisi, dan akutansi jika akan menikah dengan bangsawan kelas tinggi. Beberapa bangsawan diam-diam mencari informasi siapa orang di balik Ria Parisa. Namun tentu saja sangat sulit, karena setiap informasi yang di dapat tidak pernah akurat, dan terkadang malam membuat mereka rugi sendiri.

Saat ini ada 2 lady yang dicurigai, yaitu Carina Cane dan Real Deana, dua lady yang terang-terangan membangun bisnis. Namun Carina memang secara khusus ditugaskan untuk mengurus perdagangan milik Marquess Cane, dan keluarga Cane tidak tertarik dengan bisnis di dalam kerajaan Cinder yang kacau sekrang. Sedangkan Real walau memiliki bisnis, tapi rumor yang lebih mengikatkannya adalah kedekatan lady Real dengan Pangeran mahkota Silas. Jika dia bisa menjadi Ratu, untuk apa harus pusing memikirkan penghasilan, dia bisa memiliki uang lebih banyak tanpa harus bersusah payah. Dan semua kecurigaan antara keduanya berakhir dengan jalan buntu.

"Maaf tuan, tapi kami tidak mejual Informasi," jawab Xi dengan wajah kesal. Sudah banyak orang yang datang dan menayangkan tentang Parisa.

Sekoantong uang di naikan ke atas meja. "Apa ini cukup?"

"Tuan tahu, ada yang lebih banyak menawar kemarin. Dan andai saya tahu, pasti sudah saja ambil uang-uang itu." Dia tahu, namun tidak ada yang lebih membuatnya takut dari kemarahan tuannya.

Pria itu menghela nafas, dia membawa kantong uang itu dan menuju ke meja pojok di mana seorang pria lain sedang duduk. Walau menutupi rambutnya dengan tudung dan memakai baju sederhana, akan mudah mengenali dia seorang bangsawan. Hampir semua bangsawan termaksud Ryan tertarik pada Parisa.

Pria tadi menggelengkan kepala kepada Ryan, mengtakan bahwa kali ini pun dia tidak mendapatkan informasi khusus tentang Parisa. Sudah kesekian kali dia mendatangi ke tempat-tempat, dan semua hasilnya nihil. Siapun orng itu, dia pasti pintar menyembunyikan identitasnya.

"Baiklah ayo keluar," ujar Ryan pada Hester, ajudan kepercayaannya.

"Siap yang mulia."

Hester melangkah keluar lebih dulu, walaupun dengan satu mata, dia bisa melihat dan memperhatikan sekeliling dengan baik. Satu matanya hilang karena perang saat dia masih muda. Sebelum akhirnya ditunjuk menjadi ajudan Duke Muda.

Ryan berdiri, dan berjalan di belakang Hester. Namun perhatiannya teralihkan, ketika melihat seorang gadis bertudung melewatinya. Hanya sekilas karena sang gadis berlari masuk ke dalam kedai dengan terburu-buru mendekati wanita yang ia tanyai tadi.

"Aku pesan lotre!" ujar gadis itu dengan nada melengking seraya mengeluarkan beberapa koin dalam kantungnya.

###

"Aku pesan lotre!" teriakku pada Xi yang melihatku dengan tampak tidak mengenakan.

"Bukankah uang yang kau hasilkan sama dengan nomila lotre? Apa masih kurang?"

Aku terkekeh. "Entah kenapa lotre seperti penenang otakku."

"Walau kau hanya menang sekali karena beruntung?" dia tersenyum masam, berusaha mengungkit bahwa aku menang sebelumnya karena belas kasih seseorang.

"Kurasa," ku naikan bahu dan tersenyum padanya.

Walaupun berkata seperti itu, Xi mengambil uangku dan memberiku lotre. "Semoga kau menang dengan jujur kali ini."

Kata-kata menusuk, walau dengan suara lembut. "Terima kasih." Aku mengeluarkan kertas. "Bisakah kau mencarikannya padaku."

Dia mengambil kertas yang kuberikan, memperhatikannya seksama sebelum kembali tersenyum. "Kau tahu, aku menjual segala hal kecuali informasi."

"Dan wanita?"

"Sebenarnya aku juga menjualnya, tapi bukan untuk sesama wanita," dia mengedipkan satu mata padaku yang langsung membuaku merinding. "Ngomong-ngomong kenapa kau membutuhkan ini?"

"Hmm kau tahu saat ini bagaimana?" orang-orang mulai mencari siapa sosok Parisa. sedikit menggangu, dan juga bukan Silas, aku pasti sudah habis sebelum sampai di sini. Untuk berjaga-jaga aku membutuhkan benda itu.

"Baiklah Ria, apapun untuk mu. Jika tuan kurang bisa memuaskanmu di ranjang bilang saja padaku," ujar Xi.

"Ahahaha," aku tertawa garing. Bahkan aku terkadang melihat Silas seperti saudariku dengan fisik laki-laki karena wajahnya. Walaupun tidak dipungkiri, saat itu entah kenapa dadaku berdetak kencang. Buat apa juga, perasaan hanya menghancurkan dirimu. seperti yang terjadi padaku dulu, dan Rina.

Aku membalikan badan ketika pelanggan lain datang menghampiri Xi. Bahkan di siang hari tempat ini berbau alkohol dan banyak pria tidak berguna yang tidur setelah mabuk berat di dini hari. Melihat mereka terkadang membuatku enggan untuk datang ke sini lagi. Tapi bagaimanapun berkat Xi bisnisku bisa berjalan sampai sekarang.

Urusanku sudah selesai, kurasa waktunya kembali ke Mansion. Beberapa saat lalu aku keluar untuk sekedar mengawasi bisnis ini. Walau orang Silas sudah melakukan, tetap saja aku pemilik tempat ini. Dan juga menjernihkan fikiran, terus berada di Mansion dengan mata yang selalu mengawasi sangat menggangu. Harsukah aku membuang semua mata Count itu?

Perhatianku teralihkan pada artikel yang terpanjang di rak depan sebuah toko. 'Tempat Tenang di Kerajaan Cinder', tulisan yang berhasil membuatku berhenti dan membelinya langsung. Aku akan membacanya nanti saat di Mansion. Rencanaku tidak berubah, aku akan keluar dari Mansion, melepas kebangsawanan Real, dan mencari tempat tenang untuk tinggal. Bisnis ini juga tidak akan bertahan lama, setidaknya aku punya cukup uang untuk membangun rumah dan membuat pertanian atau pertenakan kecil untuk bertahan hidup.

Orang-orang berfikir Real Deana sedang mengincar posisi Ratu dengan dekat pada putra Mahkota. Namun bagiku berada di sekitar orang-orang yang menatapku dengan munafik seperti mereka. Memori Real masih ada, rasa mencekik ketika para bangsawan itu membicarakannya masih membekas dan membuatku ingin segera lepas dari kurungan emas itu.

Aku tersendad ketika mengambil artikel itu dari rak. Buru-buru aku berlari cepat ke ujung jalan, dan berbelok ketika melihat gang kecil. Seseorang sedang mengawasiku sejak keluar dari kedai, dan ketika aku berlari dia ikut berlari. Aku mengikuti gang itu, dan menembua pelabuhan yang sedang padat orang. Di tengah keramaian aku berusaha mencari jalan sambil terus melangkah maju.

Sayangnya tubuh Real benar-benar tidak menguntungkan. Aku rindu tubuhku yang dulu, setidaknya aku bisa berlari lebih jauh dari sekarang tanpa nafas terengah-engah. Aku akhirnya berhenti di sebuah ujung tempat yang cukup sepi karena terhalang bangunan. Namun jika orang itu berbahaya, aku bisa berteriak keras dan ada banyak orang di balik bangunan ini.

"Kenapa kau mengikutiku!" teriakku sambil berusaha mengontrol nafas.

Pria bertudung melangkah maju, keluar dari bayang-bayang banguanan. "Harusnya saya yang bertanya," suara yang tidak asing bagiku. Dia membuka tudung, dan memperlihatkan rambut kemerahan miliknya. "Kenapa Lady Deana ada di tempat seperti ini sendirian?"

Aku tersengir mendengar pertanyaan itu. "Bukankah yang mulia Duke tidak perlu mengurusi kehidupan mantan tunangannya?" karena kau bahkan tidak peduli pada Real yang sedang demam tinggi dan hampir mati, lalu sekarang kau memperdulikanku? Lucu sekali, apalagi aku bukan Real yang kau kenal Duke Ryan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro