👑18👑

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tetangga kerajaan Cinder adalah kerajaan Cleopat. Di sana memiliki budaya yang berbeda, dengan iklim yang sangat berbeda dengan kerajaan Cinder. Hanya ada gurun pasir dan bukit batu di sana, dengan suhu udara sangat panas, Sama seperti daerah timur tengah. Tidak bisa bertani, dan sulit untuk berternak. Harusnya kerajaan Cinder memiliki perekonomian lebih unggul, tapi nyatanya berbanding terbalik.

Kerajaan Cinder sebenarnya memboikotnya sihir, karena pendiri kerajaan merasa mereka akan hidup makmur tanpa ada sihir. Dan lagi karena kepercayaan yang di anut penduduk. Sedangkan kerajaan Cleopat, sihir adalah bagian dari mereka sejak dulu kala.

Banyak artefak sihir kuno di sana, dan sempat terkubur ribuan tahun di bawah gurun pasir, sampai ditemukan puluhan tahun lalu. Mereka mengetahui bahwa di dalam bukit batu terdapat banyak permata sihir. Tidak hanya yang kupakai, tapi batu-batuan seperti zambrud, lapislazuli, lazuardi, dan lainnya yang berasal dari kerajaan Cleopat pasti mengandung sihir.

Dari Silas aku tahu, salah satu artefak kono mengatakan bahwa pernyihir kuno pada tahun awal sangat kuat. Mereka bisa membangkitkan orang mati, atau memindahkan jiwa dari satu tubuh ke tubuh lain. Tidak hanya itu, dalam artefak yang sama mengatakan bahwa terdapat jalan portal yang menghubungkan dunia satu ke dunia lain. Namun sampai sekarang semua artefak yang membahas itu belum bisa dibuktikan.

Walau aku penulis novel ini, namun dunia ini lebih luas dari yang kubayangkan. Aku hanya menggambarkan satu sudut pandang, yaitu Layla dan Ryan, juga karakter di sekitarnya. Bukan aku yang mencipta dunia ini. Kemungkinan aku hanya sebatas tahu dan secara kebetulan karakter yang sebenarnya nyata di dunia lain. Tapi tidak menjelaskan kenapa aku bisa di sini. Apalagi seingatku, aku belum mati. Walaupun dalam dunia paranormal banyak kasus orang mati tidak sadar dia sudah mati. Hidup ini semakin sulit saja, masalah lain belum selesai, di tambah lagi satu.

"Kau sangat tertarik sepertinya dengan permata-permata itu," ujar Silas yang sudah kembali berpakaian seperti tunawisma.

Setelah makan, kami pergi ke kedai Xi. Hanya di sini tempat yang aman untuk berbicara masalah bisnis. Aku tidak bisa pulang, karena akan sulit keadaannya bagiku nanti jika pulang sendiri. Ada rooftop di atas kedai milik Xi, dan ini adalah ruang kerja pribadi milik Silas. Dari sini kau bisa melihat pantai dan istana yang saling berhadapan. Silas duduk di kursi goyang yang ada di sana, sedangkan aku duduk di kursi depannya.

"Kau pasti bertanya, kenapa aku menjalin hubungan seperti ini denganmu. Padahal kau yang banyak mengambil keuntungan," Ujar Silas.

"Apa karena hubunganku dengan Grand Duke Ryan?" jawabku dengan nada datar.

Dia langsung tertawa mendengarnya, aku sudah tahu sejak awal. Silas yang di novel atau di saat ini sama saja, mendekati seseorang yang berhubungan dengan Ryan. Orang-orang yang sekiranya bisa membuat Duke Ryan hancur.

"Maaf tapi mari kita memperjelas kesepakatan kita sebelumnya lebih lanjut," dia kembali menunjukkan senyum itu walau dengan tatapan tajam.

"Baiklah katakan saja, kurasa aku hampir bisa menebaknya."

Silas tersenyum sebelum mengutarakan kata. "Kau benar, aku mendekatimu karena kau mantan tunangan Grand Duke Lote. Aku berharap dia menyesal melepasmu, dan sekarang kau berada di sisiku. Mendengar bagaimana orang-orang membicarakannya, dan cara ia menatapmu seperti tadi rasanya aku mendapat satu rekor kemenangan. Kau pasti sudah tahu kenapa."

"Sudah menjadi rahasia umum hubungan yang mulia putra mahkota dengan yang mulia grand Duke Lote. Ya kan?" aku tersenyum palsu.

"Itu sebabnya aku ingin menyebar rumor kedekatan kita seluas mungkin, dan kuharap bisa lebih dari dekat biasa."

Lagi-lagi dia memancing ke arah situ. Jelas aku menolaknya, karena akan sangat merepotkan. "Jika anda meminta pertuangan atau bahkan pernikahan aku menolak. Walau aku tahu hubungan antara Bangsawan bersifat politik."

"Kau masih saja menolakku, aku kecewa." gadis lain pasti akan luluh mellihat ekpresi memelasnya di wajah cantik itu. Tapi tidak bagiku, sebaliknya, aku malah jijik. "Jangan melihaku seperti kotoran."

"Maaf yang mulia saya tidak sopan." Aku mendengus keras. "Pasti ada alasan lain bukan?"

"Lady seperti sudah krusus tentang strategi bisnis."

Sekedar informasi, dulu aku pernah mendapat mata kuliah tentang itu. Walaupun hampir tertidur karena dosen yang seperti sedang menceritakan dongeng dengan suara lembut dan kecil.

"Katakan saja, apa ini alasanmu menyuruhku memberi nama area bisnisku?"

"Betul sekali, aku butuh namamu untuk bisnisku." Silas berdiri dan menggelar sebuah denah area kota. "Kau pasti tahu, aku menggunakan pelabuhan lama untuk transit. Dan menjadikan gorong istana sebagai tempat bisnis. Di lain seperti kedai milik Xi dan sekitarnya, aku menggunakan mereka sebagai mata ketigaku. Dan semua semua tempat itu jauh dari pusat kota." Dia menerangkan sambil menunjuk area-area di denah.

"Jadi kau ingin menggunakan namaku untun menguasai area dekat pusar kota. Membuat pasar baru yang lebih legal dari transaksi bawah tanah, begitu?"

"Aku bisa jatuh cinta padamu jika lady sepintar ini," dia mengatakan itu dengan wajah malu-malu yang dibuat-buat. Sekali lagi aku hanya mendengus dan memutar bola mataku.

"Itu sebabnya kau ingin membantuku mendapat rumah ini," kutunjuk rumah Layla yang tepat ada di daerah kumuh belakang pertokoan milikku. Cerita sudah berbuah, kurasa Silas juga sudah tahu bahwa Layla tidak akan kembali ke rumah itu bersama Sam.

"Sebenarnya ada masalah yang cukup rumit." Sekali lagi Silas meletakan gulungan kertas ke atas meja. Dia menggelarnya sehingga aku hisa membaca isinya. Aku langsung melongok melihatnya. "Tidak hanya aku yang berkecimpung dalam bisnis jual beli. Ada satu orang yang menguasai pasar.'

"Marquess Cane?" namanya tertulis jelas di kertas itu. "Bukannya dia fokus kebisnis ekspor impor?"

"Sama sepertiku, dia hanya kedok." ada lipatan di bawah mata Silas. "Mustahil bukan perekenomian kerajaan yang kaya jatuh dalam waktu singkat. Pasti ada dalam di balik semua. Dan semua orang langsung mengarah pada kerajaan, tidak memikirkan hal lain."

Seperti yang kukatakan dulu, 'Love Rose' novel romansa yang menceritakan percintaan tokoh utama. Masalah perekonomian hanya menjadi penambah latar belakang mengapa Layla bisa ada di kediaman Duke. Bahkan sampai cerita berakhir tidak ada keterangan bahwa kerajaan Cinder memiliki perekonomian yang baik. Kematian penerus kerajaan satu-satunya, hancurnya Duchy Lote, jelas mengisyaratkan bahwa kerajaan Cinder jatuh.

Aku tersenyum tipis. "Saya tidak tahu anda juga memiliki rakyat."

"Kenapa kau tiba-tiba berbicara formal dengan irama seperti itu. Tidak cocok dengan gadis sepertimu," celotehnya sambil mengacak-acak rambutku. Dia tetawa melihatku yang memasang ekpresi kesal.

"Berhenti bercanda, aku bersedia melakukannya jika bukan hanya untuk urusan pribadi." Jika perekonomian Kerajaan Cinder, aku tidak perlu khawatir hidup susah walau menjadi rakyat biasa. Dan lagi aku mungkin berkesempatan mengetahui rahasia artefak kuno kerajaan Cleopat itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro