👑25👑

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku masih ingat komentar yang di lontarkan pada novel 'Love Rose'. Beberapa pembaca mengatakan, 'Jika aku jadi Real, aku akan menghardik dan memarahi Layla agar sadar pada posisinya', apalagi Real termaksud kelas bangsawan atas, pasti sangat mudah menjatuhkan wanita seperti Layla. Tapi sayangnya Real hanya karakter tambahan yang mendukung tokoh Ryan yang mengabaikan semua wanita namun tidak untuk Layla. Real sendiri juga mendapat tekanan dari Count, yang menginginkan sosok istri bangsawan sempurna agar ia tidak merugi membesarkan Real.

Real tumbuh dengan sosok lembut yang haus kasih sayang, terutama dari Ryan. Dan saat itu Real juga masuk dalam hasutan Dhara yang menjadi boneka Silas untuk menghancurkan Ryan. Silas sendiri juga melindungi Layla. Sehingga tidak ada celah bagi Real untuk mengganggu Layla.

Namun saat ini situasinya tidak sama. Dhara bukan boneka Silas, dan Silas sudah menjadi pijakanku. Aku tidak peduli dengan sosok sempura yang diharapkan Count untuk Real, dia sudah bungkam sejak aku mengatakan akan bertunangan dengan Putra Mahkota.

Lalu haruskah aku menjadi antagonis dan menggangu tokoh utama seperti yang diharapkan pembaca untuk membalas dendam? Aku bukan Real yang sakit hati karena perbuatan mereka, dan sejak awal aku tidak membenci karakter yang kubuat, walau tidak suka dengan cara mereka membuat kebahagiaan. Untuk sekarang mereka bisa bebas bahagia tanpa membuat orang di sekitar menderita. Aku akan di sini, melihat alur berjalan sebagai penonton.

Yang jelas ini hidupku, aku ingin hidup tenang dan tanpa menginjakki alur menyakiti seperti di novel. Walaupun di ending Real menemukan kebahagiaannya, dan kehancuran untuk tokoh utama. Namun kurasa kehancuran itu tidak akan terjadi, atau mungkin karena alur yang kuubah akan menimbulkan Butterfly effect besar di sini.

##

"Lepaskan aku!" bentak wanita pelayan berambut hitam yang di geret oleh 2 orang pengawal masuk ke aula Mansion.

Sorot mata dingin berwajah datar menatap ke arahnya ketika kedua pengawal mendorong pelayan itu hingga tersungkur ke lantai. Saat tubuh pelayan itu akan naik, salah satu pengawal menahannya agar tetap bersujud, hingga hanya kepalanya yang dapat ia angkat.

Matanya berbinar menatap pria yang duduk dengan angkuh di depannya. "Yang Mulia, tolong saya, kenapa saya diperlakukan seperti ini?"

Pria itu tidak menjawab, matanya menoleh ke samping, di mana ada seorang wanita bergaun indah yang menutupi senyumanku di balik kipas genggamnya. Hester berjalan mendekat, dan melempar 2 botol kosong yang membuat pelayan itu melongok ketika berhenti di depannya.

"Layla Rowan, ah tidak- Layla Noor terbukti telah memasukan ramuan ke dalam minuman Yang mulia Grand Duke Lote!" tegas Hester.

"Waah ternyata begini cara dia menarik seorang Duke, murahan sekali," kekeh Carina yang saat ini berdiri di samping Ryan. Dia sudah tahu dari awal, dan hanya berpura-pura polos sekarang.

Ada puluhan orang di sini, yang semuanya merupakan pengikut Keluarga Lote, pelayan, pengawal, juga pekerja Mansion. Semua menatap hina dan memberi cacian pada Layla. Sedangkan Ryan sedari tadi menatap rendah dirinya.

Layla meneteskan air mata, memasang wajay memelas seperti gadis polos. "Yang mulia itu tidak benar, perasaan saya tulus. Lalu setelah semua yang kita alami, yang mulia-"

"Tutup mulutmu!" bentak Ryan memotong ucapan Layla. Layla melongok membatu. "Karena wanita sepertimu sudah banyak kerugian yang kualami. Orang-orang menghinaku, uang, dan ... aku kehilangan seseorang," nada berat terdengar di kata terakhirnya. "Mungkin jika bukan karena penawar mikik Lady Cane, aku tidak akan sadar."

"Wanita jalang sepertimu perlu tidur lama untuk memimpikan posisi Duchess. Akan lebih baik jika kau tetap setia dengan suamimu dan bangun lebih awal. Itu sebabnya kaummu tidak boleh menginginkan langit. Malang sekali," caci Carina. Dia menutup kipasnya, menampakkan senyumnya pada Layla. "Penjara akan jadi penembusan dosa terbaik sebelum kau di eksekusi."

"Bawa dia!" lanjut Ryan.

Layla kembali di angkat oleh dua pengawal. Layla sempat memberontak, namun itu justru membuatnya di tarik kasar oleh pengawal itu.

"Tidak! lepaskan! Ini tidak benar, semua bohong. Yang mulia percayalah pada saya!" teriakkan sambil di derai air mata.

Ryan tidak goyah dan masih tetap diam sambil melihat kepergian Layla. Semua orang seperti sedang memberi kutukan padanya, bahkan para penjilat yang dulu baik padanya agar bisa memanfaatkan kedekatannya dengan Ryan. Suara teriakan Layla semakin mengecil, dan sesekali dia merintih sakit karena di bawa pergi dengan brutal. Ketika sudah sunyi, Ryan berdiri dan berjelan ke belakang, menuju ruang kerjanya. Dan Carina mengikutinya dari belakang.

Begitu masuk, Ryan melepas jasnya dan membuka 2 kancing kemeja atasnya. Carina duduk di sofa yang ada, sambil tersenyum tipis seolah hal tadi tidak ada artinya.

"Belum terlambat jika yang mulai ingin mendapatkan lady Real lagi," ujar Carina.

"Rasanya seperti orang bodoh," gumam Ryan. Dia menuangkan wine ke dalam gelas, meminumnya sambil bersandar pada daun jendela. "Pertunangan mereka besok."

"Itu hanya pertunangan yang mulia, bukan pernikahan. Jika kalian bisa putus saat pertunangan, begitupun mereka. Apalagi sifat putra Mahkota yang seperti itu."

Pelayan masuk dan memutus pembicara mereka, dia menyeduhkan teh untuk Carina dan meletakan beberapa makanan kecil di sana. Carina tersenyum yang membuat pelayan itu tersipu, lalu cepat-cepat keluar ruangan.

Ryan melirik pada Carina yang saat ini sedang menyeruput teh dari cangkir kecil yang di lukis bunga mawar putih dengan langit berwarna biru, membuatnya teringat dengan lady Real Deana.

"Apa kau segitunya ingin berurusan dengan putra mahkota?"

"Sudah rahasia umum bahwa hubungan Pangeran Silas dan Duke Ryan tidak akur. Namun hanya kedua pihak yang tahu bahwa keluarga kerajaan berseteru dengan keluarga Cane. Mungkin hanya dipemerintahan Raja Eden situasi membaik. Tapi tidak untuk seterusnya bukan?"

"Jadi benar bahwa penguasa pasar gelap adalah Putra Mahkota Silas?"

"Saya tidak tahu yang mulia, saya hanya pedagang bukan pencari kebenaran." Carina menetap Ryan. "Jika benar, bukankah itu cela untuk anda merebut lady Real lagi?"

Ryan terdiam dan kembali meneguk wine yang ia tuang. Dia membalikkan badan dan menghadap ke langit malam yang gelap. Entah sejak kapan ia merasakannya, mungkin saat pertama mata mereka bertemu. Mata biru seindah langit dan rambut seputih awan, terlalu fantasi untuk hidup di dunia ini. Namun fikirannya mulai kalut ketika wanita itu mulai memberi sesuatu pada minumannya. Dan saat eteknya memudar, langit yang ingin ia genggam berubah dan memilih tempat baru yang lebih tinggi untuknya. Dia bahkan jauh lebih indah dari sebelumnya.

"Ini kesempatan kita yang mulia."

Silas Apolyus Zeus adalah satu-satunya penerus resmi raja Eden. Garis Suksesor setelah Putra mahkota adalah milik Marquess Cane, dan penerus Marquess Cane adalah Lady Carina Cane. Ryan sudah tahu bahwa lady ini sengaja memanfaatkannya untuk mendapatkan hak suksesor itu. Dan itu juga bisa membawa Real kembali ke pelukannya lagi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro