👑26👑

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Semua orang memakai topeng, namun dari rambut mereka aku tahu mereka adalah Bangsawan. Aku celingukan ke sana kemarin ketika pintu terbuka, tidak ada rambut berwarna hitam, padahal harusnya Layla datang di sini sebagai satu-satunya rakyat biasa.

"Putra Mahkota Silas Apolyus Zeus dan Lady Real Deana masuk ke aula!" seseorang menyebutkan nama kami dengan keras.

Silas tersenyum padaku sambil menggenggam tanganku setinggi bahu. Semua mata tertuju pada kami yang nampak mencolok dengan pakaian berpasangan berwarna hitam. Padahal yang lain memakai gaun dan pakaian berwarna yang indah juga aksesoris meriah.

Kami berjalan lurus menuju singgasana di mana Raja Eden duduk. Ini pertama kali aku bertemu langsung dengan Raja ini, dari rautnya dia terlihat jelas bukan seseorang yang ramah dan cenderung naif. Selain warna rambut dan mata, tidak ada yang sama dengan Silas. Aku tidak perlu mengatakan bahwa Raja ini akan mati di akhir cerita karena kerakusannya sendiri.

"Kami memberi salam untuk satu-satunya matahari kerajaan Cinder," ujar aku dan Silas bersamaan.

Dia menyengir dengan wajah yang setengah tertutup topeng. Aku bisa melihat orang yang lebih besar kepala, count Deana yang mencari posisi terdekat dengan Raja. Dia yang paling senang melihat aset berharganya akan menaikkan posisinya nanti.

"Salam juga untuk anakku. Selamat atas pertunangan kalian. Semoga hubungan kalian memberi keberuntungan untuk kerajaan Cinder sekarang dan masa depan," ucapan yang bijak untuk seseorang yang biasanya tidak peduli dengan anaknya. Aku bisa melihat Silas menahan tawa mendengar kata-kata itu.

Kami mundur ke belakang, dan nampak beberapa orang berusha mendekati kami. Namun kami abaikan dan berjalan menuju tempat dansa. Pembukaan pesta biasanya di awali dengan dansa, dan khusus acara ini kami yang harus memulainya. Sedikit canggung, apalagi aku belum pernah berdansa sejak menjadi Real. Ingatan Real masih ada, tapi kuharap akan sangat membantu.

"Menarik sekali melihat kau gugup," bisik Silas.

"Saya hanya takut menginjak kaki yang mulia."

"Jika orang lain pasti akan mendapatkan ganjaran, tapi jika kau- aku tidak keberatan." Silas mencium punggung tanganku seraya tersenyum kecilnya.

Musik berbunyi, dia tidak memberiku aba-aba dan langsung melingkarkan tangan di pinggang kecilku. Satu tangan ke taruh di atas bahu Silas, dan satu lagi memegang tangannya yang lain. Memalingkan wajah di anggap tidak sopan, sehingga aku harus melihat senyum iblis ini sampai selesai.

Dia mulai bergerak, satu langkah ke belakang, depan, kanan, kiri, lalu memutar tubuhku dan menangkapnya dengan begitu lembut. Silas penari yang sangat baik. Silas mempercepat ritme gerakannya, dia menantangku dengan sengaja. Sayangnya berkat dia ingatan dansa Real yang sempurna muncul, secepat apapun dia bergerak mengikuti lagu, aku bisa mengikutinya. Rasanya seperti sedang bersaing dan gerakan tubuh yang bicara.

Dia mendekatkan wajah ke telingaku. "Kau menari dengan cantik," bisiknya membuat telingaku tergelitik.

Ketika aku ingin menyahut, Silas memegang pinggangku dengan kedua tanganku. Aku hampir ingin berteriak saat dia mengangkat ku. Tidah hanya itu, dia memutarkan seperti anak kecil yang bermain pesawat-pesawatan. Dan senyum di wajahnya itu semakin membuatku kesal. Semua orang melongok melihat kami, membuatku sedikit merasa malu. Saat kakiku kembali mengunjak lantai, musik berhenti dan semua orang bertepuk tangan.

Aku menghembuskan nafas berulang kali. "Kau sangat menyebalkan," gumamku padanya.

"Terima kasih kembali," jawabannya seperti tidak ada dosa.

Silas membawaku ke belakang, tempat yang sedikit jauh dari keramaian. Orang-orang semakin ingin berbicara dengan kami, namun secara alami Silas memasang tembok agar mereka terutama para pria yang ingin mendekat padaku menjauh. Dia memberi tatapan sinis dengan senyum yang malah membuat orang-orang merinding. Apa maksudnya dia melakukan seperti itu.

"Kau lelah Real?" tanyanya padaku dengan nada sok manis.

"Menurutmu, tadi itu berdansa atau perlombaan daya tahan? Orang lain pasti akan jatuh dan dipermalukan," aku merengut padanya.

Silas mencubit pipiku. "Untungnya itu kau," ujarnya.

Seseorang mendekati kami, dia memakai seragam resmi kstaria Raja. "Pangeran, yang mulia memanggil anda," ujarnya.

Silas memberi tatapan Sinis pada kstaria itu, sangat sinis seperti ingin merubahnya menjadi batu. Kenapa dia bertindah seperti ini, aneh sekali. Walau memang aku jarang melihatnya yang sedang menjagi putra mahkota di depan banyak orang. Karena Silas yang biasa kulihat bukan seperti pemuda yang akan mewarisi sebuah kerajaan.

"Pergilah, aku akan istirahat sebentar," ujarku padanya.

Dia menghela nafas berat. "Jangan berkeliaran dengan pria lain."

Aku mendengus. "Kau fikir aku apa," aku juga tidak ingin.

Silas pergi, sesekali dia melinguk dan melihatku di belakang. Aku melambaikan tangan dan berusaha menampakan senyum selebar mungkin. Sebenarnya aku tidak suka keramaian, tempat yang banyak orang namun tidak ada satupun kukenal. Rasanya seperti di dalam lautan dalam, dan membutmu sesak karena pengap. Musik di sini juga tidak membuat perasaanku membaik, rasanya tetap sepi di tempat yang ramai.

Mataku terbuka lebar saat melihat sekilas bayangan dua pasangan yang sedang berdansa. Sedikit tidak jelas karena tertutup banyak orang. Aku menyelinap hingga mencapai tempat yang pas untuk melihatnya.

Grand Duke Ryan hanya akan berdansa dengan patner yang ia ajak dari awal, walau sempat tidak berlaku bagi Real dulu. Saat ini dia berdansa dengan wanita yang juga ia bawa sejal awal pesta. Namun wanita itu bukan Layla, melainkan Lady Carina Cane, aku bisa mengenalinya dengan rambut merah muda seperti kelopak bunga itu.

Entah kenapa mendadak kakiku terasa lemas. Butterfly effect yang sempat kukhawatirkam terjadi. Aku mengubah hal-hal yang kuanggap kecil, namun sebenarnya berdampak besar dalam berjalannya alur cerita ini. Tokoh utama yang harusnya bersama sekarang, malah di gantikan oleh tokoh sampingan lain yang tidak memiliki adegan khusus dalam cerita asli.

Berubahnya alur cerita sampai seperti itu membuaku merinding. Aku sekarang tidak bisa menebak apa yang akan terjadi di masa depan. Dan ada kemungkinan aku yang berusaha menghindar kemalangan tokoh lain, justru membuat bencana baru dalam alur cerita yang harusnya berkahir bahagia ini. Apa yang akan terjadi padaku? Apakah semua akan baik-baik saja walau alur cerita sudah tidak lagi sama? Aku bahkan sampai sekarang tidak tahu alsan mengapa bisa masuk ke dalam tubuh Real.

Musik berhenti, dan aku tidak sadar sudah lama berdiri membantu. Beruntung karena topeng ini orang-orang tidak tahu ekpresiku yang sebenarnya. Aku celingukan, dan sepertinya ada beberapa Lady yang selesai berdansa ingin mendekatiku. Saat ini aku benar-benar tidak ingin bermain menjadi Real, fikiranku serasa kacau. Aku membalikan badan, dan berjalan keliar Aula, ke taman yang jauh dari keramaian. Silas pasti bisa menemukanku di sana. Mari tenangkan fikiran dan berusaha mencari titik temu masalah ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro