👑27👑

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Butterfly effect, hal kecil yang menimbulkan perubahan besar. Aku merubah banyak hal dalam alur cerita ini, mulai dari membuat Layla dan Sam bercerai. Membawa Bea dan Anais ke tempatku. Bahkan menjalin hubungan dengan antagonis utama cerita ini. Semua perubahan yang kulakukan, membuat alur cerita ini tidak lagi sama. Entah kenapa ini membuaku sedikit takut.

Aku berhenti di tepi danau buatan dekat aula pesta. Udara di sini cukup dingin, namun aku memang sudah terbiasa kedinginan. Bulan purnama hampir sempurna menghiasi langit. Ukurannya lebih besar dari tempatku dulu, dan warna bintang lebih bervariasi tidak hanya seperti kunang-kunang yang diam di langit.

Senandung lagu terdengar sampai sini, aku tidak melihat Silas saat keluar, dan sekarang aku ingin sendiri dulu. Aku berjalan lurus hingga sampai ke sebuah tangga yang mengantar langsung pada perahu. Ku tatap pantulan bayanganku di atas air danau yang tenang. Wajah bertopeng yang masih terlalu asing, namun dengan raut wajah yang sama. Perasaan kosong di dalam diriku sampai sekarang tetap ada, dan entah kapan akan berakhir.

"Anda sedang apa di sini Lady Real?" suara lembut mengagetkanku.

Aku memutar badan dan melihat gadis bertopeng merah dengan gaun merah muda lebih tua dari Rambutnya tersenyum padaku. Carina Cane, lady yang tadi kulihat berdansa dengan Ryan di dalam. Menurut ingatan Real kami tidak terlalu dekat, dan hanya sebatas hubungan formal biasa antara anak bangsawan. Aneh rasanya dia menemuiku langsung seperti ini, padahal dia tidak bergidik walau Real mendapatkan cemooh.

"Hanya sedang mencari udara segar. Lady sendiri sedang apa kemari?" aku memberi senyum palsu yang sama sepertinya.

Dia melangkah ke depan menuju pinggir danau, tepat di sampingku. "Saya merasa sedikit lelah setelah berndansa." Matanya menatap padaku. "Dansa kalian juga indah. Ngomong-ngomonh di mana yang mulia Putra mahkota?"

Perasaanku mulai tidak enak dari sini. Ada alasan tertentu dia mendekatiku. "Silas- maksud saya putra mahkota sedang di panggil Raja." Aku sengaja menyebut namanya untuk melihat reaksinya. Sudah kuduga dia nampak tidak senang.

Dia tersenyum lebar menutupi ketidak senangnya. "Kalian benar-benar serasi, aku akan mendoakan kebahagiaan kalian."

Saat ini aku terlalu malas untuk meladeninya. Kurasa ada hubungannya dengan hal yang Silas katakan padaku kemarin. Lady Carina Cane akan menjadi pewaris keluarga Cane, tentu dia juga akan ikut serta ke dalam suksesor.

"Kalau begitu saya permisi dulu." Aku mengambil langkah untuk pergi, tapi ada aura berat yang mengikatku. Ini bukan hal biasa, seperti sihir.

"Sayang sekali, padahal ada hal penting yang ingin kutanyakan." Kalung yang ia pakai bersinar, dari sana sumber sihirnya. Senyum yang daritadi ia pasangan memudar. Menekuk ke bawah dengan tatapan tajam yang mengintimidasi. "Kau bukan Real yang sebenarnya kan?" tanyanya padaku.

Pertanyaan yang menusuk padaku, aku melongok mendengarnya, dan keinginanku untuk pergi menghilang. Aku tidak bisa pergi, tapi bisa mendekat padanya. Ku beri tatapan sinis dan senyuman kecil padanya.

"Dan kau juga bukan kan?"

"Sudah kuduga, pantas saja alur cerita ini kacau. Iya memang, aku bertransmigrasi ke sini."

Ini benar-benar mengejutkanku, ternyata bukan aku saja yang masuk ke dalam cerita ini. Ada orang lain yang juga ikut serta dan mengacak alur dengan alasan tertentu.

"Apa yang telah kau lakukan pada tokoh utama?"

Dia mendesis lalu tertawa kecil. "Wanita seperti itu tidak pantas menjadi tokoh utama. Dia terlalu egois dan benar-benar sampah." Jarinya menunjuk padaku. "Harsunya Real lah yang menjadi tokoh utama. Tapi kau malah memilih jalumu sendiri."

Jika ku katakan bahwa ini hidupku, dan aku lah yang menentukan alur ceritaku, pasti dia tidak mengerti. "Siapa kau yang seenaknya mengatur. Kau pembaca? Atau ... penulis cerita ini?"

"Bukankah kita berdua sama-sama pembaca." Senyumannya kembali merkah. "Tapi saudariku yang membuat cerita ini."

Jantungku hampir terhenti, aku melongok seolah jiwaku akan dicabut. Tubuhku menggigil dan bergetar, aku meremas ujung gaunku untuk menenangkan diriku sendiri, bahkan saat ini bernafas rasanya susah. Rasanya sangat abstrak mengetahui orang di depanku ini adalah Rina, saudari kembarku yang meninggalkan karena bunuh diri.

Kami sudah lama berpisah. Tapi perasanku masih sama. Mungkin orang lain akan berlari dan memeluk saudara yang sudah lama tidak ia temui, dan mengatakan fakta yang sesungguhnya bahwa aku adalah saudarinya. Namun aku tidak, apalagi mengingat hal-hal suram yang terjadi, saat dia masih hidup, dan bahkan saat dia sudah mati.

Bagaimana semua orang lebih memperhatikannya dan membandingkannya denganku. Dan bagaimana semua melampiaskan perasaannya padaku karena kehilangannya. Rasa sakit dari tubuh yang dipukul, juga hati yang remuk hingga mati rasa masih teringat. Jika aku tidak bisa mengendalikan diri mungkin saat ini, aku akan menembak kepalanya dengan pistol, dan membuatnya mati untuk kedua kalinya.

Aku tersenyum. "Jadi kau ingin mengubah tokoh utama karena tokoh utama sebelumnya sampah, begitu?"

Dia berlagak sangat percaya diri. "Sejak aku datang di sini aku sudah memutuskan untuk menjadi penonton. Namun setelah aku tahu fakta kelam FL (Female Lead) dia tidak pantas menjadi FL di sini."

Aku memegang daguku. "Bisakah kau katakan kenapa? Kau tahu, berbelit-belit itu sangat menyebalkan." Membuatku semakin susah mengontrol diri sendiri.

Carina berdecak kesal. "Kau tahu, wanita itu memasukan ramuan cinta ke minuman Duke agar Duke jatuh cinta padanya. Bukankah itu sampah. Namun sekarang dia sedang menunggu di eksekusi, ganjaran yang pas sekali," dia terkekeh di akhir kalimat.

Aku tidak terlalu kaget. Sudah kubilang, dunia ini jauh lebih luas daripada yang bisa kutulis ke dalam lembaran kertas. Banyak hal yang tidak dijelaskan, bahkan alasan mengapa Ryan jatuh cinta pada Layla masih kurang jelas. Jawaban bahwa Layla memasukan ramuan cinta untuk memikat Duke sangat masuk akal. Alasan lain kenapa aku tidak tetkejud ada di depanku. Aku sudah cukup terkejut melihat saudara yang tidak ingin kutemui lagi ada di hadapanku.

"Lalu kau ingin Real menjadi FL yang sesungguhnya begitu?" aku menunjuk diriku sendiri.

"Jika kau mengikuti alur yang kubuat, pasti akan baik-baik saja. Namun sayangnya kau malah memilih Silas."

Dia daritadi merasa terganggu tentangku dan Silas. Aku menatapnya sinis. "Memangnya kenapa? Kau terganggu dengan itu?"

"Itu karena Silas diciptakan untukku! Saudariku membuat wajah Silas sama dengaku di kehidupan sebelumnya, harusnya aku yang berada di sisi Silas dan menyelamatkan dari kehancuran!" ucapan keras sambil meremas kedua tangannya. Hubunganku dengan Rina sangar renggang, sampai aku tidak tahu dia punya nyali sebesar ini. "Bisa-bisanya kau yang harusnya menjadi boneka Silas jutsru berada di sampingnya. Posisi itu adalah milikku sejak awal."

"Pftt ... bhawahahah! Ahahahah!" aku tertawa sangat keras, bahkan sampai meneteskan air mata. Dia nampak sangat bodoh dan lebih naif daripada Layla. Bagaimana dia bisa berfikir sedengkal itu, padahal dia tidak pernah berfikir bagaimana keadaan Ria setelah ia mati. Bagaimana aku yang merasakan neraka setiap hari karenanya. Saat ini dia nampak sangat kesal.

Aku menepis air mata dari mataku. "Kau bukan penulis cerita ini, bagaimana bisa kau memikirkan seperti itu."

Carina nampak sangat emosi, ekpresi marahnya tidak tertutup walau menggunakan topeng. Dia akan meledak dan menghardikku setelah ini. Namun ia tidak bisa melepasnya, karena seseorang datang menghampiri kami.

"Real kau di sini, aku mencarimu ke mana-mana tadi," ujar Silas, dia nampak mengkhawatirkanku.

"Ah ... Silas!" sebutku.

Aku berlari ke arahnya, sambil memberi sengiran pada Carina. Silas kebingungan saat aku menarik kerah bajunya agar dia menunduk ke arahku. Dan lalu ....

Cupp! Bibir kami bersentuhan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro