👑28👑

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku merebahkan badan ke kasur yang berbalut banyak selimut tebal. Pakaianku sudah berganti dengan gaun tidur putih yang biasa kupakai. Dhara dan Bea juga sudah keluar kamar setelah membantuku membersihkan diri setelah pesta. Aku tidak pernah benar-benar merasakan pesta seperti ini. Real biasa pulang ketika awal pagi, sekitar jam 3, saat pesta benar-benar sudah selesai. Dan ini pertama kali aku merasakannya. Walau tak banyak yang kulakukan selain menerima ucapan selamat dari para bangsawan sambil tersenyum palsu.

Ada hal yang sangat menggangu, hal yang benar-benar tidak kusangka. Rina, saudari kembarku ternyata juga bertransmigrasi ke cerita 'Love Rose', dan lagi sekarang dia menjadi Villaines. Memang benar karakter urama cerita ini sampah, tapi bisakah dia tetap diam, apalgi Carina hampir tidak memiliki adegan dalam alur 'Love Rose'. Bodohnya dia mengincar Silas, ya memang dengan wajah Rina dulu, dia akan mudah menjadi artis, tapi sayangnya dia mati dulu.

Silas memang tampan, walau lebih ke arah cantik menuruku. Sebenarnya, dia mengikuti tipe idamanku saat masih SMP, yang nakal dan sedikit psikopat. Tapi itu masa lalu, aku tidak lagi memikirkan asmara karena sudah hidup penuh tekanan setelah kematian Rina. Walau beberapa kali aku berpacaran dengan orang. Oke, mari kembali ke topik.

Kurasa Rina hanya membaca sampai titik awal kehancuran Silas, yaitu saat Sam di eksekusi karena memimpin pemberontak. Dia tidak memiliki waktu untuk tahu ending cerita yang sebenarnya, soal Silas juga akhirnya mati. Walau kurasa itu akan menjadi api untuknya semakin mendekati Silas. Bodohnya lagi dia berfikir bahwa aku membuat Silas spesial untuknya. Untung saja dia tidak tahu bahwa aku adalah saudarinya di sana. Mungkin bisa keinginannya terwujud, karena aku berniat tinggal di sini selama 2 tahun ke depan, dan setelah itu bukan urusanku jika Rina mendekati Silas.

Aku akan mengurus tentang Layla nanti, memang dia salah, tapi aku perlu penjelasan tentang alur yang sebenarnya. Untungnya para gadis di pesta sempat menyinggung tentang Layla, jelas semua penduduk kota akan tahu tentang ini. Layla akan dieksekusi seminggu dari sekarang. Kuharap Sam masih ada jauh dari Kerajaan Cinder, aku tidak ingin dia mendengarnya, dia pasti akan semakin terluka. Rina sendiri nampak biasa, berbaur seperti bangsawan lain seperti tidak terjadi apa-apa. Kurasa dia sudah lama menjadi Carina.

Ngomong-ngomong sejak aku mencium Silas tadi, dia bertingkah aneh setelahnya. Walaupun sebenarnya itu hanya sebatas bibir yang menempel, bukan ciuman yang sebenarnya, meski memang cukup lama, karena aku menunggu sampai Rina pergi. Tapi setelahnya, Silas malah seperti menjauh dariku, dia bahkan hanya berbicara singkat. Aku takut dia salah paham dengan ciuman itu.

Aku bangun dari tempat tidur, menatap pintu rahasia yang membaur dengan perabotan lainnya. Aku mengambil selendang rajut, untuk menutupi pundakku, dini hari di sini cukup dingin. Kakiku melangkah pintu itu, dan mendorongnya ke dalam. Nampak ruangan kosong yang seperti ruang kerja, ada sofa panjang juga meja, yang dikelilingi rak buku.

Tidak ada Silas di sini, kurasa dia sudah tidur di kamarnya. Namun ketika aku ingin berbalik ke kamarku, ada tarikan kuat yang membuatku ingin mengunjungi Silas. Perasaanku berkecamuk, mengingat bagaimana dia menghindarku tadi. Aku tidak mau terjebak di situasi seperti itu dalam waktu panjang, apalagi dalam hubungan bisnis ini. Lebih baik ku intip, dan jika dia sudah tidur aku akan pergi.

Aku melangkah ke sisi lain ruangan itu, tempat pintu yang mengarah ke kamar Silas. Aku mendorongnya sedikit, ini sangat ringan untuk di buka. Ada suara gaduh di dalam, kurasa Silas belum tidur. Walau sedikit ragu, aku memutuskan untuk mendorong pintu itu.

Creess ... Ujung pedang membesit ke tubuh yang membuatnya tumbang dengan satu kibasan. Darah merah kental keluar darinya, juga ada luka menganga yang tidak sepenuhnya di sembunyikan. Aku melongok melihatnya, bahkan sampai selendang yang kupakai jatuh ke bawah. Tanganku bergetar, dan kuremas rok bawah gaunku.

'Jangan takut, jangan lari, mari bersikap biasa,' ujarku berulangkali dalam hati.

Aku menatap datar orang yang memegang pedang itu, ia membelakangi cahaya bulan dan berusaha mengontrol nafasnya sendiri. Bajunya terdapat bercak darah, dan noda yang sama Dia menepis poni panjangnya kebelakang, dan saat itu dia melongok ke arahku.

"Re-real ... Kau ...-" ucapannya terbata-bata.

Aku terus berusaha menenangkan diri, mengingat ini bukan mayat pertama yang kulihat, walau situasinya jauh berbeda. Aku memalingkan wajah. "Maaf sepertinya kau sibuk, aku akan kembali ke kamar."

Silas membatu dan tidak merespon sambil terus menatapku dengan mata melotot besar. Aku menutup pintu secepat mungkin. Keringat bercucuran dari keningku setelahnya. Tadi benar-benar mengerikan, padahal saat menonton film thriller aku biasa saja, malah cenderung suka. Situasinya berbeda ternyata saat melihat pembunuhan langsung. Memang aku yang bodoh menciptakan karakter psikopat seperti Silas, lagipula tipeku saat kecil aneh-aneh. Sudahlah, mari ke kamar dan berushaa untuk tidur, walau kurasa tidak akan bisa.

Tubuhku sudah lebih dulu gemetaran. Aku cepat-cepat menuju pintu sebrang. Ini benar-benar hari yang berat, seperti hari sialku semua datang sekarang. Aku mulai menyesali pertunangan ini. Harusnya aku pergi dari rumah Count dengan dana seadaanya, daripada pusing seperti ini.

Ketika aku ingin menarik pintu, sebuah tangan menghalangi pembatasnya, sehingga tidak dapat tertarik ke depan. Aku mendadak merinding, dan suasana sekitar seperti film horor, sangat mencekam. Bau amis darah tercium, setidaknya bisakah dia melepas bajunya dulu. Jika seperti ini sulit bagiku untuk bersikap biasa saja.

"Apa kau takut padaku?"

Sebenarnya, aku takut banget. Aku bahkan ingin menangis sekarang. Bayangin saja melihat orang yang hampir selalu di samping kita membunuh orang lain tepat di depan mata. "Tidak," bohongku.

"Kau bohong bukan?"

Jelaslah, kau fikir aku jujur. Tubuhku gemetaran gini. Jadi, jangan tanyakan hal yang sudah jelas. "Kau seperti sibuk, kurasa aku akan bicara besok. Aku juga sudah lelah." Malam ini aku ingin menyiapkan skenario pura-pura tidak melihat.

"Melihatmu pergi seperti tadi, sangat menggangu."

Itu prilaku normal, justru aku abnormal jika tidak lari. "Lalu aku harus apa?" Aku mengangkat kepala, dan melihat sorot matanya yang nampak frustasi ke arahku. Sedikit membuaku terteguk, itu bukan mata yang setiap hari kulihat.

"Jika kau tidak takut, maka ...," Dia menjeda ucapannya cukup lama. "Cium aku seperti tadi."

Haaa ... Dia tidak bodoh kan? Kenapa dia minta hal seperti itu, apalah di situasi seperti ini. Apa yang harus kulakukan, harsukah aku jujur bahwa aku takut padanya agar dia melepaskanku? Aku terdiam dan menundukkan kepalaku lagi, berusaha berfikir hal terbaik yang harus kulakukan.

Tangan Silas melingkar di pundaknya, melilitku agar lebih dekat padanya. Kumohon, aku memakai gaun putih, bisa saja noda darah juga akan menempel padaku. Kenapa hari ini Silas bertingkah sangat gila. "Jadi ... Apa kau takut padaku Real?" Bisiknya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro