👑29👑

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bukan salah Silas jika membunuh seseorang dengan mudah. Dia hidup di tempat yang jika ia lemah, maka nyawa akan hilang. Semua orang tersenyum dan memberikan doa, namun di baliknya mereka berharap kematian Silas. Bahkan Ayahnya sendiri terkadang merasa getir terhadapnya, dan beberapa mengirim pembunuh bayaran ke Silas. Begitupun bangsawan lain yang haus akan kursi kekuasan.

Aku sendiri yang menulis semua itu, tentang bagaimana Silas yang dulu anak polos dan lugu, berubah menjadi bengis yang sangat berambisi, dan tanpa hati mempermainkan seseorang juga membunuhnya. Terpaksa aku membalikan badan, dan mengangkat kepala. Aku menatap Silas dengan mata berbinar, dan sekeras apapun aku menahan, air mataku tetap menetes.

"Tentu saja aku takut dasar bodoh! Maka biarkan aku pergi!" Sentakku. Sebenarnya aku menangis bukan hanya takut, tapi juga sedih karena merasa seperti orang bodoh, denga egoisnya membuat alur cerita sampah seperti ini.

Silas melongok beberapa detik, sebelum ia berdecak dan mengigit bibirnya sendiri. "Maafkan aku menakutimu Real," sahutnya seraya menghapus air mataku.

##

Gorden jendela terbuka lebar, membiarkan cahaya bulan masuk, dan melihatnya perlahan-lahan turun berganti dengan fajar. Cahaya lilin yang sudah di matikan kembali menyala, walau hanya ada 3 lilin Yang berdiri sejajar di atas meja samping kasurku. Kemeja berlumur darah tergeletak di atas lantai, dan seseorang memainkan rambutku dari belakang.

Aku mendengar suara detak jantung Silas dari sini. Aku duduk di antara belahan dua kakinya, dan dia di belakang sedang asik memainkan rambutku. Entah bagaimana kami bisa seperti ini, orang lain pasti akan salah paham jika melihatnya. Silas bertelanjang dada berada di atas kasur dengan aku yang hanya memakai baju tidur, walau tidak ada yang kami lakukan lebih dari ini.

"Jadi kau menghindarku di pesta karena ada seseorang yang sedang mengikutiku? Apa itu pembunuh tadi?"

"Lebih baik kau sebut dia hama. Sasarannya adalah aku, untung saja dia tidak menyentuhmu. Jika iya, kau sudah melihat potongn tubuh tadi," jawan Silas. Dia mendengus. "Jangan khawatir, aku sudah tahu kau tidak mungkin menciumiku tanpa alasan. Keculi kau sudah jatuh cinta padaku."

"Berhenti bicara hal tidak masuk akal. Dia nampak menyebalkan, aku hanya memberinya sedikit tamparan tidak langsung."

"Memangnya dia kenapa?"

Aku menatap Silas sambil tersenyum. "Dia menyukaimu, dan cemburu aku berada di sisimu. Menurutmu apa yang dia lakukan padaku?" Walau alasan sebenarnya aku hanya ingin memberi pelajaran pada saudariku.

"Hmm ... Pertengkaran biasa antara wanita. Tidak terlalu mengejutkan. Mengingat dia selalu menatapku saat pesta."

"Kenapa tidak kau bertunangan saja dengannya." Walaupun situasinya akan buruk nanti.

"Jika aku bertunangan dengannya, sama saja aku mengaku kalah pada Marquez Cane."

Tentu saja, tujuan Silas adalah menghancurkan Marquez Cane sekarang. Di 'Love Rose' tujuan Silas adalah balas dendam pada pada Grand Duke Lote. Kurasa Silas merasa menang setelah merebut ku dari Ryan, dan lagi Silas yang sekarang tidak terobsesi pada Layla. Banyak hal yang sangat berbeda dengan cerita aslinya.

"Aku mengantuk, bisakah kau pergi?"

Bukannya pergi, Silas malah semakin mendekat padaku. Ia melingkarkan kedua tangan ke pinggangku, dan menyandarkan kepala ke pundakku. "Bisakah aku tidur di sini. Kau tau bukan, di kamarku ada mayat. Dan mungkin akan ada hama berdatangan sebelum pagi."

"Pelayanku akan salah paham jika melihat kita seperti ini."

"Tidak masalah, kita sudah bertunangan."

Aku menghela nafas berat. "Jika kita bertemu beberapa tahun lalu, mungkin sekarang aku langsung jatuh cinta padamu," desisku. Silas tidak merespon apa-apa. Aku melepaskan diri darinya, dan berbaring ke bagian kasur yang masuk kosong. Ku miringkan badan membelakanginya. "Selamat tidur yang mulia," ucapku terakhir sebelum memejamkan mata.

###

Ketika aku bangun, Silas sudah tidak ada di kamarku. Lilin juga masih utuh, itu berarti dia mematikan lilin dan pergi beberapa saat setelah aku tertidur. Mengingat situasi kami semalam, aku tidak ingin mengganggunya sekarang. Lagipula ada hal yang harus kulakukan.

"Layla akan di eksekusi 3 hari dari sekarang lady," ujar Bea.

Walaupun sudah keluar dari Mansion Duke, Bea masih berhubungan baik dengan teman-teman lamanya di sana. Dia tahu apa yang terjadi di dalam kediaman Grand Duke, termaksud yang terjadi pada Layla.

Awalnya semia biasa saja, sama seperti yang terjadi pada novel, yaitu Duke jatuh cinta dengan Layla. Namun semua mulai berubah sejak kedatangan Lady Carina ke mansion duke. Awalnya semua mengira Carina datang sebatas bisnis. Namun ia datang sangat sering sambil memberikan Duke obat khusus. Seiring itu juga, Duke mulai menjauhi Layla.

Suatu hari seluruh penghuni mansion di kumpulkan, dan layla di geret ke hadapan Duke sambil bersujud. Di sana Duke mengatakan bahwa Layla mempengaruhinya dengan ramuan khusus agar Duke jatuh cinta padanya, dan ia sadar berkat obat yang diberikan Carina. Duke tanpa fikir panjang langsung memerintahkan pengeksekusian pada Layla.

Aku bisa melihat senyum tipis yang menandakan kebahagiaan melintas di bibir Dhara. Dia sejak lama mengutuk Layla. Pemikiran wajar untuk orang-orang yang mendengar khasus Layla dalam satu sudut pandang.

"Apa Layla mengatakan sesuatu?" Tanyaku.

"Itu ... Dia terus menyangkal. Tapi tidak ada yang mau mendengarkannya. Kudengar karena terlalu berisik, mulut Layla di sumpal dengan kain. Dan tidak akan di buka sampai eksekusi."

"Bagaimana cara dia makan dan minum?" Bea hanya menggelengkan kepala. Aku terdiam sejenak.

"Bukannya itu bagus untuk wanita seperti dia," sahut Dhara.

"Tetap saja, ada hal yang ganjil."

"Lalu, apakah anda akan ke penjara dan menemuinya?"

"Dhara, itu ide yang bagus."

Dhara melongok mendengar jawabanku. Kurasa dia tidak habis fikir dengan ideku sekarang. "Anda gila," tegasnya.

"Tapi lady, kurasa bangsawan tidak diizinkan masuk."

"Jangan khawatir soal itu." Aku mengambil kalung berliangku di dalam laci, dan memakainya. Seketika, Rambut putihku berubah menjadi hitam. "Dengan seperti ini tidak ada yang tahu aku bangsawan."

"Dan anda bisa bilang bahwa anda saudara jauh Layla karena warna rambut kalian sama," sahut Dhara.

"Kau cerdas sekali Dhara." Dhara mendecak dan memutarkan bola mata. "Apa kau boleh masuk ke sana Bea?"

"Hmm ... Kami cukup dekat saat di mansion. Kurasa aku boleh melihatnya. Lady ingin saya antarkan?" Dia langsung mengerti apa yang kufikirkan.

"Jangan paksakan dirimu jika kau keberatan."

"Tidak masalah, lady juga telah banyak membantuku dan adikku," ujarnya sambil tersenyum. "Tapi ... Bagaimana dengan yang mulia?"

Silas, hal ini tidak ada hubungannya dengan kesepakatan kami. Hubungan kami hanya sebatas rekan bisnis, dan tunangan palsu untuk kepentingan masing-masing. Hal seperti ini adalah urusan pribadiku, dia tidak perlu tahu apalagi sampai terlibat. Sama seperti aku mengurus Sam, dan Bea, semua itu aku sendiri yang melakukannya. Siapapun bahkan orang di ruangan ini tidak perlu tahu alasan mengapa aku melakukan ini. Karena mereka tidak mungkin bisa mengerti jika aku katakan, aku bukan Real yang asli.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro