👑31👑

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Apa perjalananmu ke penjara menyenangkan?" Tanya Silas ketika aku baru saja masuk ke kedai Xi. Dia sedang duduk depan Xi di temenin segelas anggur.

Mataku langsung tertuju pada cincin yang kukenakan. "Kau sungguh keterlaluan."

Aku berjalan masuk lebih dalam ke ruangan yang hanya bisa di akses orang-orang tertentu. Silas mengikutiku, meninggalkan minumannya dan Xi yang sedang mengelap gelas-gelas. Sebelumnya aku sudah meminta Bea untuk pulang lebih dulu, dia langsung menurut setelah kukatakan akan kencan dengan Silas. Iya ... Aku bertemu dengannya sekarang, Tapi bukan kencan.

"Kenapa kau tertarik pada wanita yang menghancurkan pertunanganmu?"

"Kurasa itu bukan urusan anda," jawabku sinis.

Silas meluruskan bibirnya dan mendengus. "Baiklah." Dia mengeluarkan lembaran gulungan kertas dari dalam laci. "Tapi kurasa ini urusanku."

Aku merebutnya dari Silas, isi dalam surat itu hanyalah susunan kata-kata formal yang di ulang-ulang. Singkatnya, mereka sudah mengesahkan kawasan milik Parisa. Aku melongok ketika melihat peta wilayah milikku.

"Hampir setengah kota?" Tanyaku dengan nada tinggi.

"Punyamu tetap punyamu. Sisanya adalah milikku. Tidak masalah kan jika berbagai sedikit?"

"Kau benar-benar gila."

Aku duduk di sofa, menyandarkan punggung pada busa yang sangat lembut, jelas ini sofa mahal. Aku sempat kehilangan kendali saat bertemu Layla. Dia memancingku untuk mengatakan hal-hal bodoh. Dan dia tetap bungkam. Sebenarnya apa yang kuharapkan darinya. Tidak masalah jika dia mati besok. Namun rasanya ada yang tidak beres.

"Jadi ... apa rencanamu sekarang?" Walau sebenarnya aku sedikit pusing untuk mendengarkannya.

Silas memberi senyuman yang tidak mengenakan. Rencana liciknya mulai menggeliat di dalam otak. "Aku akan menghancurkan terowongan penghubung."

Ada 2 jalur untuk pergi keluar kerajaan. Pertama menggunakan kapal, dan kedua terowongan penghubung. Silas sebagai penguasa pasar gelap menggunakan kapal karena bisa langsung di arahkan ke dalam selokan istana. Sedangkan Marquess Cane menggunakan terowongan. Alasannya sederhana, agar semua transaksinya tidak terlalu terekspos. Hanya segelintir orang yang menggunakan terowongan, karena memakan waktu lebih lama, dan jalur yang cukup ekstrim.

"Kau benar-benar ingin berperang dengan Marquez. Dia pasti akan langsung tahu itu rencanmu."

"Tidak masalah, aku ingin memberi sedikit hadiah padanya."

Aku memperhatikan peta antar kerajaan. Jalur terowongan mengarah ke banyak tempat. Salah satunya kerjaan Cleopat. Aku sempat tertarik pada tempat itu karena batu-batu sihirnya.

"Bagaimana caramu menghancurkan terowongan yang besar itu?" Karena setahu perlu banyak dinamit. Dan akan memancing kecurigaan jika membawa bawaan dinamit dalam jumlah yang banyak.

"Dengan sihir, itu cara temudah." Aku mengangkat alisku, menunggu Silas menjelaskan lebih detail. "Ada alat sihir yang bisa meledakkan sesuai dengan mudah. Ledakan yang dihasilkan hanya menghancurkan objek, dan tidak meninggalkan bau maupun bekas bakar seperti dinamit. Aku hanya perlu memasukan alat itu ke sela-sela tembok terowongan."

"Tetap saja perlu waktu yang lama bukan?"

"Jangan khawatir. Marquez akan mengirim barang lagi bulan depan. Masih ada waktu untuk memasang alat sihir itu."

Aku menyimak lagi rencana yang dikatakan Silas. Cukup matang, namun ada hal yang kurang. Sebab ada alur yang hampir mirip dengan ini. Silas berusaha menghancurkan Duke dengan menyerang kereta persediaan untuk Duchy. Awalnya semua nampak sempurna. Sampai rumor mengatakan bahwa Silas lah dalang di balik itu. Memang itu benar, tapi rumor itu begitusaja menyebar bahkan tanpa bukti pasti, hanya sebuah kalimat yang di tambahin bumbu. Dan itu awal dari kehancuran Silas. Hal sama akan terjadi sekarang.

"Tidak masalah jika hanya Marquess yang tahu kau dalangnya. Akan masalah jika semua orang tahu. Sekalipun tanpa bukti. Kau akan tetap hancur."

"Sepertinya lady Real punya rencana bagus."

Aku melipat tangan ke depan dada sambil tersenyum semanis mungkin. "Mari bulan madu."

"Pftt, ahahahaha, jangan membuatku tertawa."

"Aku mendengar ada trend bulan madu walau masih bertunangan. Kurasa itu tidak buruk. Tentu saja kita tidak melakukan hal itu." Tanpa menjelaskannya kurasa dia tahu, semua tergambar di wajahnya.

"Teruskan, sepertinya tertarik."

"Orang-orang bisa mencurigaimu jika kau di sini saat pengeboman. Tapi jika kita pergi 2 Minggu sebelumnya, kurasa mereka tidak akan menyalahkanmu."

"Marquez Cane tidak bisa dibodohi dengan cara itu."

"Dia tahu, tapi bukan yang lain." Aku menghela nafas sambil memikirkan kalimat yang tepat. "Kita akan pergi sekitar 2 Minggu dengan kapal sebelum kau meruntuhkan terowongan. Lalu kembali 2 Minggu setelah pengeboman dan berpura-pura terkejut. Kau bisa bertingkah seperti pahlawan dan mengatakan akan merenovasi terowongan itu. Bukankah itu ide bagus?"

Dia menatapku dengan aneh sambil tersenyum. "Sudah kuduga tidak salah aku memilihmu sebagai rekan." Silas berjalan mendekatiku, dan kini berdiri di depanku. Tubuhnya maju, dan mengambil sedikit bagian dari rambuku. "Jadi ... Ke mana kita akan pergi?"

"Hmmm ... Aku ingin ke Cleopat. Kudengar ada festival sihir, aku ingin melihatnya." Sebenarnya aku lebih penasaran dengan batu-batu di sana.

"Itu mudah, Raja Cleopat pernah memberiku istana sebagai hadiah ulang tahun." Hmm ... Tidak terkejud. "Lalu ... Kapan pesta kedewasaanmu?"

"Kurasa, akhir musim dingin." Ulang tahun Real ada di sana.

"Baiklah, aku akan bersabar menunggunya."

Perasaanku jadi tidak enak ketika Silas mengatakan hal itu. Apalagi dengan ekpresi iblisnya. Dia memang mirip dengan saudariku versi laki-laki, namun semakin kuperhatikan, dia nampak sangat berbeda. Logisnya, ada banyak orang yang memiliki wajah sama di dunia ini, namun ada beberapa hal yang membedakan keduanya, dan seperti itulah situasi sekarang. Aku takut, aku mulai menganggap Silas sebagai lawan jenis, dan terhanyut ke dalamnya. Walau itu tidak mungkin.

###

Dear Real

Semua mulai rumit sekarang. Ada hal berbeda dengan yang kutahu. Aku semakin tidak paham dan terkadang kehilangan tujuan. Alasan aku berada di sini. Dan kapan waktuku akan selesai. Semua belum kutemukan jawabannya. Semakin aku berjalan, aku akan semakin memasuki juri duri yang lebih menyakitkan. Aku berjanji akan memberikan akhir bahagia untukku. Namun kadang keyakinanku pupus. Bahkan tokoh utama sebentar lagi akan di eksekusi. Lalu bagaimana dengan ku?

"Lady, saya permisi dulu," ujar Dhara yang langsung menutup pintu dari depan tanpa menunggu aku menjawab ucapannya. Terkadang dia sangat tidak sopan. Real memakluminya, karena Dhara tumbuh besar bersamanya.

Aku menutup jurnal yang kutulis untuk Real. Sudah 2 musim aku di sini. Kufikir aku akan menjadi penonton dari alur 'love rose'. Namun sepertinya tidak. Karena alur cerita sudah sangat berubah. Mataku tertutup perlahan-lahan, dan entah bagaimana aku sudah masuk ke tempat lain yang tidak kukenali.

Rambut hitam pendek, kulit kuning langsat dengan tubuh sedikit berisi. Sudah lama aku tidak merasakan tubuh berat yang sangat mudah mengantuk ini. Aku kembali menjadi Ria. Kepalaku terangkat, dan melihat wajah yang tidak asing. Wajah yang hampir setiap hari ku tatap sekarang. Rambut putih salju dengan mata bulat seindah langit biru. Dia Real ....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro