👑39👑

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Orang-orang lalu lalang di pelabuhan. Beberapa keluar masuk dari kapal, beberapa mangangkut barang, dan hanya sisanya numpang lewat. Udara dingin terasa di sini, bahkan banyak karang yang membeku. Tidak semua orang beruntung memakai mantel tebal agar hangat, aku banyak melihat orang hanya memakai selimut dari bulu domba kasar yang di taruh pada pundak sebagai penghangat badan.

Tangan dingin Dhara menggenggamku, dibandingkan dengan biasanya, dia seharian ini tersenyum padaku. Sungguh pemandangan yang sedikit janggal. Mengingat dia hanya bereaksi jika berhubungan dengan uang. Sebenarnya sifat janggal Dhara bukan cuma sekarang, melainkan sejak hari aku terbangun. Gerak geriknya sedikit berbeda dari biasanya dan yang kutahu. Dan semakin aneh ketika Dhara mengatakan tidak akan ikut denganku ke Cleopat. Bagaimanapun jika aku tidak di sini, harus ada seseorang yang mengurus distrik Parisa.

"Kau tak apa-apa di sini?" Tanyaku sekali lagi pada Dhara.

"Saya lebih suka tempat dingin dan tinggal di istana daripada ikut ke tempat yang panas," dia menjawab hal yang sama.

Rasanya sia-sia aku bertanya hal ini padanya. "Pastikan kau tetap hidup saat aku kembali," ceplosku.

Mendadak senyum di bibir Dhara memudar, namun ia kembali melebarkannya lagi. "Anda jangan meremehkan saya."

"Benar, kau yang lebih hebat soal bertahan hidup daripada aku." Aku melepas tenganku dari Dhara. "Sampai jumpa lagi Dhara," ujarku sambil melangkah pergi menuju atas kapal.

"Semoga perjalanan anda menyengakan lady," jawab Dhara sambil memberi hormat.

Aku menaiki papan yang mengarah ke atas kapal. Di mana terlihat ada Silas yang sedang berbicara dengan Kwan, yang baru kuketahui dia adalah adik Xi. Sepertinya mereka cukup dekat satu sama lain. Selain Xi, aku memang tidak terlalu tahu siapa orang-orang yang menjadi kaki tangan Silas. Wajar, karena orang-orang itu hanya bertindak sebagai bayangan Silas yang tidak terlihat.

Menyadari kehadiranku, Silas mengakhiri percakapannya dengan Kwan dan menghampiriku. Dia kembali memarkan senyum iblis kecil yang sering kali membuaku muak. Terkadang aku berfikir, darimana ia belajar cara tersenyum seperti itu. Sedangkan senyum milik Raja Eden nampak seperti orang rakus dan serakah. Apa mungkin dari Lina, ibunya?

"Bagaimana, apa kau takut di perjalananmu dengan kapal yang pertama kali?" Tanya Silas.

Memang, Real belum pernah keluar dari kerajaan Cinder, apalagi menaiki kapal. Namun aku pernah beberapa kali menaiki kapal saat liburan semasa sekolah dan sekedar refreshing. Walaupun jenis kapal yang digunakan sangatlah berbeda. "Kurasa ini akan menakjubkan."

Aku selalu membayangkan bagaimana rasanya berlayar dengan kapal bak Bajak laut. Layar besar, badan kapal yang terbuat dari kayu, jangkar, dan semua yang sering ku lihat pada kapal-kapal bajak laut di film. Kapal ini hampir mirip, dan sama besarnya. Bahkan di isi dengan perompak.

"Kau bisa terus berada di sampingku bila takut," ujar Silas.

Benar-benar perkataan yang tidak berarti. "Jangan repot-repot, aku hanya menjadi beban bagimu."

Silas kembali melebarkan senyumannya, dia menyodorkan kepala dan mendekatkannya dengan telingaku. "Aku malah suka jika kau berada di dekatku." Dia menyisir rambutku dengan jarinya. "Pasti sangat menarik." Sorot matanya sedikit membuat jantungku berdetak kencang.

Aku menghela nafas. "Terserah kau saja," aku memalingkan wajah darinya.

"Duduklah di dalam jika kau merasa pusing," ujarnya sambil mengelus kepalaku sebelum pergi dan kembali berbicara kepada Kwan.

Perasaan ini, sudah lama aku tidak merasakannya. Detak jantung kencang, dan perasaan aneh yang kufikir tidak akan kurasakan. Kufikir hatiku sudah keras dan tidak akan luluh lagi pada seseorang hanya karena tindakan kecil, dan kuharap juga begitu. Karena setiap kali aku jatuh cinta pada seseorang, aku pasti akan kehilangan akal dan selalu mengejarnya walau pun itu ke arah neraka. Dan endingnya, aku akan dicampakkan begitu saja. Aku tidak ingin merasakan hal itu lagi. Karenanya aku bertekad untuk tidak lagi membiarkan perasanku ini membesar. Lagipula ini hanya perasaan sementara, dan hanya aku yang merasakannya. Betapa lucunya itu.

Kapal bergerak, aku melambaikan tangan pada Dhara yang masih dengan senyum yang sama. Dan aku menurunkan tanganku ketika sudah merasa lelah. Mataku menatap pelabuhan dan orang-orang yang semakin nampak mengecil ketika kapal mulai bergerak menjauh. Angin laut mengibarkan Rambutku, memberantakkan tata rambut yang dibuat Dhara tadi pagi.

Akhirnya aku meninggalkan kerajaan Cinder, walau hanya sementara. Banyak sekali hal yang sudah kualami sejak bangun sebagai Real. Awalnya semua berjalan datar dan sedikit membuaku jenuh. Namun ketika kenyataan sesungguhnya terungkap, aku justru dibuat sesaak.

Belum ada kabar pasti tentang Rina sejak kejadian itu. Layla sudah bebas dan kini sepertinya sedang perjalanan ke kampung halamannya. Aku membawa Anais bersamaku, dan sampai sekarang tidak ada yang mengatakan padanya bahwa besok Bea akan dieksekusi. Aku sengaja meminta Silas berangkat ke Cleopat sehari sebelum eksekusi Bea, lebih cepat daripada jadwal asli keberangkatan kami. Sampai saat ini Anais hanya tahu bahwa Bea dipanggil lagi ke mansion untuk bekerja. Dan cepat apa lambat dia akan tahu kenyataannya.

Banyak hal yang sudah terungkap, dan terasa baru padaku. Dan kuyakin akan banyak hal terjadi lagi selama aku menjadi Real. Aku bahkan merasa di Cleopat akan lebih banyak hal yang kuhadapi. Aku tidak pernah seyakin ini dalam mempercayai sebuah firasat. Tapi sudah banyak plot twist yang sulit dipercaya sekarang.

"Apa yang sedang kau fikirkan?" Silas kembali lagi padaku. Menghancurkan lamuan yang sedang memutar di otakku.

"Aku hanya penasraan seperti apa Cleopat nanti."

"Hmmm ... Tidak ada hal lain selain gunung berbatu dan juga padang pasir. Namun karena mereka kerajaan yang memuja sihir, pusat kota berkali-kali lebih makmur daripada Cinder." Ekpresi Silas nampak tidak suka membicarakan itu.

"Kudengar istana kerjaan Cleopat sangat indah. Apa kita akan tinggal di sana?"

Silas terkekeh dan menggelengkan kepalanya. "Kita tidak akan ke istana itu. Sekalipun kau yang memintanya."

Jika difikirkan lagi, kerjaan Cinder dan Cleopat sedang perang dingin. Barang-barang dari Cleopat tidak bisa masuk secara terbuka ke kerajaan Cinder, begitupun sebaliknya. Itulah mengapa ada pasar gelap milik Silas, dan Bisnis ilegal milik Marquess Cane. Untuk apa mau masuk ke istana musuh jika hanya untuk sekedar liburan yang tidak ada sangkut paut dengan bisnis.

"Lalu ... Kita akan tinggal di mana nanti?"

Matanya kembali menatapku, mebuat perasaanku kembali tidak nyaman. "Aku ingin merasakan bagaimana rasnaya menjadi pelancong di kerajaan orang."

"Dan kau mengajak aku?" Aku tersenyum sinis.

"Tidak masalah bukan jika bermain dengan tunanganku. Kau juga sering berkeliaran seperti rakyat jelata di kota." Nada menyindirnya sangat kental.

Itu bukan ide yang buruk. Dengan menyamar menjadi rakyat biasa aku bisa mencari informasi tentang kristal pemindah jiwa. Itu akan lebih mudah daripada datang sebagai tamu dari kerajaan musuh.

Aku tersenyum pada Silas. "Kurasa itu ide yang cukup bagus yang mulia putra mahkota."







###
See you Minggu depan^^)/
Follow YukiMedia juga yuk, bentar lagi ada event spesial di sana

Real Deana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro