👑49👑

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku meraba buku-buku yang disusun dalam satu rak. Bau khas dari kertas yang sudah mulai menguning dan tersimpan di sini terlalu lama bisa kucium. Ujung jariku menghitam, karena terlalu banyak menyeret debu dari rak itu. Ini adalah perpustakaan kerjaan Cleopat. Tempat terbaik untuk mencari sesuatu. Buku tebal dengan banyak tulisan kecil, kuakui, aku tidak terlalu suka membaca. Namun ini bukan tempat di mana kau bisa mencari jawaban saat ujian hanya dengan mengetik di layar HP, lalu internet akan memaparkan jawaban yang kau butuhkan. Aku rindu peradaban modern, tapi tidak dengan orang-orangnya.

Setelah cukup lama mencari, aku akhirnya mendapatkan buku yang kubutuhkan. Dulu aku sama sekali tidak percaya dengan hal ini. Karena sesuatu yang tidak bisa dijelaskan secara logis dan belok tentu terjadi karena tidak ada yang pernah kembali setelah mengalaminya, terasa begitu aneh. Aku berfikir itu hanya ajaran suatu agama, dan ada pula agama lain yang tidak mempercayainya. Sehingga hal itu benar-benar ada atau tidak, tergantung kepercayaan mereka dan tentu saja juga tidak benar ada. Namun rasanya sekarang hal itu benar-benar ada, 'reingkarnasi' dan 'kehidupan kedua', hal itu di dunia ini ada.

Kerajaan Cleopat mempercayai tentang Reinkarnasi, dan kehidupan kedua setelah kematian. Sama seperti Cinder, mereka menyembah keagungan Dewa Dewi. Walaupun di Cinder tidak terlalu religius seperti Cleopat. Aku mencari tempat duduk yang sepi, agar aku nyaman untuk membaca. Tempat dengan cahaya cukup, karena beberapa sisi perpustakaan ini cukup gelap.

Aku membuka lembar demi lembar, sampai akhirnya menemukan sesuatu yang menarik dan pernah kudengar. Singkatnya reinkarnasi adalah kelahiran kembali sebuah jiwa ke wujud tertentu sesuai dengan perbuatan yang pernah ia lakukan dulu. Jika dia berbuat baik di kehidupan sebelumnya, maka dia akan mendapatkan kebahagiaan di kehidupan sekarang, begitupun sebaliknya.

Bukan tanpa alasan aku mencari hal ini. Tentu saja ini ada kaitannya dengan keberadaanku dan Rina. Mengapa kami ada di sini? Dengan posisi seperti ini? Rina yang kutahu adalah orang baik, walau kami tidak terlalu dekat. Kehidupan memang baik-baik saja, dia di sayangi semua orang karena sifatnya, aku lebih banyak melihat sisi baiknya daripada buruknya, setidaknya sampai di akhir hayatnya. Entah apa yang ia alami sampai sehancur itu. Namun Rina yang kukenal, tidak akan melakukan hal sekejam ini hanya untuk melampiaskan keinginannya.

Aku bertanya-tanya? Apa Carina memang saudariku Rina? Kami tumbuh bersama, walau dengan jalan yang berbeda. Dia selalu ingin menjadi si nomer satu, tapi dengan cara yang jujur dan usaha keras. Apa itu semua palsu? Lalu pertanyaanku sekarang adalah, apakah bisa sifat seseorang berubah drastis setelah mengalami proses reinkarnasi.

Kuakui, sifatku juga sangat berubah. Mungkin jika aku masih menjadi Ria, aku tidak peduli distrik Parisa akan di bakar. Asal aku selamat, dan aku bisa menyelamatkan hartaku, itu sudah cukup. Tidak peduli nasib orang-orang di sana. Aku dulu hidup dengan penuh kebohongan, setiap hari pasti ada seseorang yang kubohongan, walau hanya hal kecil yang tidak berguna.

Sebelum itu, ada yang aneh dengan dunia ini. Bahkan sampai sekarang aku ragu tempat ini nyata. Bagaimana Jika dunia ini hanya ilusi yang terjadi di bawah alam sadarku. Tidak ada yang nyata, semuanya hanya bagian dari keinginannku yang merasa tidak adil hidup dengan cara seperti itu. Aku berharap punya seseorang yang setia dan selalu di sampingku. Orang yang menatapku dengan tatapan hangat dan penuh cinta. Aku bisa melakukan apapun yang kumau, tanpa takut dan ragu. Semua yang tidak bisa kulakukan dan kudapatkan sebelumnya terjadi saat ini. Bagaimana jika semua itu benar.

Tangan dingin menyentuh keningku. "Otakmu akan meledak jika berfikir terlalu keras," suara lembut itu membubarkan fikiranku.

Aku menoleh ke samping, dan mendapati Silas dengan senyum menyebabkan itu duduk di sampingku. "Sejak kapan kau di sini?" Tanyaku seraya menyingkirkan tangannya. Walau kuakui, itu membuatku merasa lebih baik.

"Ketika kau mulai nampak terlalu serius. Kau sadar, itu tidak terlalu cocok untukmu."

"Apanya? Apa aku merasa aku selama ini tidak pernah serius?"

Dia terkekeh. "Terkadang, kau orang yang sangat sulit di tebak. Dan lagi, buku ini, kurasa itu bukan hal yang dibutuhkan untuk situasi sekarang. Mungkin akan lebih masuk akal jika kau membaca buku tentang cara membunuh seseorang dengan cepat," celotehnya.

Maaf, tapi sebenarnya kau tidak tahu. Aku jika tidak ingin menjelaskan apapun pada Silas sekarang. Ini terlalu rumit, aku juga masih tidak mengerti dengan keadaan ini. Dan lagi, walaupun Silas telah banyak membantuku, aku tidak bisa sepenuhnya percaya padanya. Aku sempat merasa percaya dan akan terbuka padanya. Namun setelah aku tahu dia mengirim Dhara untuk hal yang berbahaya, aku kembali merasa waspada padanya.

"Aku hanya penasaran, apakah kehidupan kedua itu benar ada." Aku kembali membalikkan buku, namun dengan cepat hingga sampai ke lembar-lembar akhir buku.

"Agak konyol memang, tapi aku tidak akan percaya jika tidak pernah melihatnya secara langsung," jawab Silas. Dia memang orang yang seperti itu.

Aku tidak menggubris ucapan itu, dan kembali fokus pada bacaan di depanku. Dikatakan bahwa tidak hanya perbuatan selama hidup yang mempengaruhi kehidupan kedua seseorang. Namun juga bagaimana mereka meninggal. Ada cerita tentang kesempatan kedua bagi mereka yang merasa mati dengan cara tidak adil, salah satunya dikhianati atau menjadi korban pembunuhan. Ada kalanya Dewa berbaik hati, dan memberikan mereka kesempatan kedua dengan mengulang kehidupan itu, dengan tujuan agar hal yang tidak diinginkan itu, tidak terjadi. Dan mereka bisa pergi tanpa merasa tidak adil.

Rina meninggal bukan karena hal itu, dia meninggal karena keputusannya sendiri. Lalu aku, aku juga sama, walau aku tidak yakin apakah benar-benar sama. Kami merasa kehidupan kami terlalu berat, dan terlalu takut untuk menghadapi hal yang akan terjadi di masa depan. Apakah semua itu berpengaruh dengan kehidupan kami sekarang? Sekali lagi aku merasa frustasi.

"Hei, jangan mengabaikanku." Silas memegang daguku, dan menolehkan kepalaku ke arahnya. "Kenapa kau memasang ekspresi seperti itu?" Raut wajahnya yang tadi nampak kesal, berubah menjadi khawatir.

"Ah bukan apa-apa," aku memalingkan wajah dan menutupi mataku dengan tangan.

"Sudah kubilang jangan mengabaikanku," dia tidak mau berubah. Kali ini Silas menutup buku yang kubaca. Silas juga menggenggam lenganku, dan menariku. "Kau memang tidak cocok membaca buku itu."

"Siapa kau yang seenaknya,- tunggu!" Dia menarikku ke arah pintu keluar.

"Ingat, aku masih berstatus sebagai tunanganmu," ujarnya dengan lantang.

Aku ingin membalas, namun mulut dan otakku tidak berjalan selaras. Aku membungkam dan membiarkan Silas menarikku ke tempat yang dia suka.

####

Hai semua jangan lupa vote, koment, dan follow untuk yang belum ^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro